Kawal Kelestarian Komoditas Endemik, KKP Bangun Kampung Budidaya Papuyu

Sebagai salah satu program terobosan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal di perairan tawar, payau dan laut terus dikebut pelaksanaannya.

Desa Mantaren II yang berada di Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah menjadi salah satu lokasi yang telah ditetapkan oleh KKP sebagai kampung perikanan budidaya dengan ikan papuyu sebagai komoditas ikan lokal unggulan. Sebagai tahap awal, melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, KKP telah menyalurkan benih ikan papuyu kepada pembudidaya di Desa Mentaren II sebanyak 100 ribu ekor.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu atau yang biasa disapa Tebe, mengatakan bahwa budidaya komoditas ikan lokal seperti papuyu memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan karena teknologi yang telah dikuasai dan mudah untuk dikembangkan.

“Ikan papuyu yang juga dikenal sebagai ikan betok, merupakan komoditas spesifik lokal yang digemari oleh masyarakat khususnya di Kalimantan. Dengan harga pasar yang relatif tinggi dan preferensi konsumen terhadap ikan lokal yang cukup baik, ikan papuyu bisa menjadi jawaban akan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Tebe dalam pernyataannya yang diterima Agro Indonesia, Selasa (05/04/2022).

Tebe juga menilai bahwa budidaya ikan papuyu sebagai salah satu ikan endemik lokal Indonesia sejalan dengan tujuan awal dari program kampung perikanan budidaya yaitu mengembangkan komoditas unggulan lokal untuk mencegah kepunahan dalam upaya pelestarian ikan lokal Indonesia.

“Melalui BPBAT Mandiangin, KKP terus berupaya untuk mengembangkan teknologi terobosan yang bersifat konstruktif untuk kepentingan masyarakat khususnya pembudidaya. Pemanfaatan teknologi seperti budidaya sistem bioflok untuk papuyu juga telah kami kuasai, yang dapat memangkas masa pemeliharaan serta hemat dalam penggunaan air,” pungkas Tebe.

Kepala BPBAT Mandiangin, Evalawati menekankan pentingnya menjaga kelestarian ikan lokal asli Indonesia untuk mencegah dari kepunahan. Selain papuyu, BPBAT Mandiangin juga menyasar ikan endemik lokal lainnya seperti ikan jelawat, ikan kelabau dan ikan gabus.

“Dengan dukungan dan partisipasi dari masyarakat lokal, kami siap untuk memberikan pendampingan teknis dan arahan kepada pembudidaya mengenai teknologi budidaya yang kami miliki terutama untuk pengembangan Kampung Budidaya Papuyu di Pulang Pisau,” tandas Eva.

Sebagai gambaran, untuk penebaran benih ikan papuyu sebanyak 100 ribu ekor dengan tingkat kelulushidupan 50-60 persen dan masa pemeliharaan selama 6-7 bulan dapat menghasilkan 5-6 ton ikan papuyu berukuran 80 – 100 gram.

Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pulang Pisau, Slamet Untung Riyanto menyatakan siap mendukung penuh dari sisi pemerintah daerah. “Sebagai bentuk keseriusan dukungan dari pemda, Bapak Bupati telah mengirimkan surat dukungan resmi kepada Bapak Menteri Kelautan dan Perikanan, serta menyiapkan anggaran sebesar 1 miliar rupiah untuk pembangunan kampung papuyu di Pulang Pisau,” jelas Slamet.

Slamet mengungkapkan budidaya ikan papuyu memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena tingginya animo masyarakat terhadap ikan endemik ini namun sudah sulit untuk didapatkan melalui penangkapan di perairan umum. Selain itu, pembangunan kampung perikanan budidaya ikan papuyu juga menjadi salah satu upaya untuk mendukung program ketahanan pangan nasional di Kalimantan Tengah yang berorientasi pada komoditas ikan lokal.

“Pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang berbasis kawasan terintegrasi seperti kampung papuyu di Desa Mantaren II diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menumbuhkan daya saing regional,” tutup Slamet.

Salah seorang pembudidaya yang tergabung dalam Pokdakan Selaras Alam dari desa Mantaren II, Supriyadi mengatakan bahwa masyarakat di desanya antusias dengan adanya program kampung budidaya di daerah mereka. Dirinya merasa dengan adanya program tersebut, masyarakat di daerahnya dapat mengembangkan usaha budidaya ikan yang telah digeluti oleh masyarakat sekitar.

“Dengan adanya bantuan ini, kami lebih semangat untuk melakukan usaha budidaya karena adanya dukungan dari pemerintah, apalagi komoditas yang akan dikembangkan adalah ikan papuyu yang memiliki harga jual tinggi hingga mencapai 70 ribu per kg untuk grade A atau ukuran 10 ekor per kg,” beber Supriyadi.Buyung N