Alsintan Makin Dicari Petani

Petani yang punya pola pikir modern makin senang menggunakan alat dan mesin pertanian (Alsintan) dalam melakukan usaha taninya. Terbukti, di beberapa sentra produksi pertanian, jasa sewa-menyewa Alsintan laris manis disewa petani.

Salah satu Alsintan yang paling sering dicari petani pada saat panen adalah combine harvester. Sementara traktor dicari petani pada saat pengolahan lahan. Alsintan jenis lainnya pun nyaris tak pernah ‘nganggur’ karena memang dibutuhkan petani.

Buat petani yang tergabung dalam suatu kelompok, maka tidak terlalu sulit untuk menyewa Alsintan tersebut. Namun bagi petani non anggota, untuk menyewa Alsintan mereka bisa pergi ke Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang ada di daerah setempat.

Salah satu UPJA yang kebanjiran sewa combine harvester adalah UPJA Jaya Makmur di Desa Wringin Agung, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Bahkan, UPJA yang dikembangkan Gapoktan Tani Agung sejak 2012 tersebut mendapatkan pesanan sewa Alsintan hingga ke beberapa kecamatan di Jawa Timur.

Ketua UPJA Jaya Makmur, Paimin mengakui, pihaknya kewalahan melayani permintaan sewa combine harvester. Bahkan, tak hanya melayani petani di Kecamatan Gambiran, pihaknya juga melayani penyewaan hingga ke kecamatan lain, seperti Kecamatan Blimbing Sari (dekat bandara) dan Srono. “Intensitas sewa combine harvester pada musim panen awal tahun ini terjadi peningkatan signifikan,” ujarnya.

Paimin mengakui, banyak keuntungan didapatkan petani dengan menggunakan Alsintan. Yang pasti adalah mempercepat pekerjaan petani. Petani yang panen dengan combine harvester  hanya butuh waktu 3 jam/hektare. Bahkan, petani kini sudah tak asing lagi menggunakan Alsintan.

Dengan cepatnya proses panen, maka petani bisa langsung mengolah tanah lagi. Awal Mei lalu, petani sudah ada yang mulai mengolah lahan lagi setelah panen. “Saat musim kemarau, petani tetap melakukan olah lahan karena sebagian lahan petani ada yang sudah dilengkapi dengan fasilitas irigasi,” katanya.

Paimin mengungkapkan, selain memanfaatkan combine harvester, dalam pengolahan lahan penggunakan traktor tangan juga sangat membantu petani. Dengan traktor, lahan seluas 0,25 ha  hanya perlu waktu setengah hari. “Jika pengolahan lahan hingga siap tanam perlu waktu setengah hari. Sehingga, waktunya lebih pendek dibandingkan dengan olah tanah secara tradisional,” tuturnya.

Karena penggunaan Alsintan mampu mempercepat pekerjaan petani, Paimin mengakui kini semakin banyak petani yang tertarik memanfaatkan Alsintan untuk olah lahan sampai panen.

“Beda dengan 7-10 tahun lalu. Kalau zaman dahulu, paling hanya mesin traktor saja yang dimanfaatkan petani. Tapi saat ini banyak petani yang memanfaatkan alat mesin panen. Sebab, penggunaan alat mesin panen ini lebih efektif dan efisien, biayanya pun lebih murah dibanding panen manual,” katanya.

Hemat Biaya dan Tenaga

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengakui, penggunaan Alsintan dapat menghemat biaya dan tenaga kerja. Dia mencontohkan, pengolahan tanah satu hektare dengan manual/cangkul membutuhkan tenaga kerja sebanyak 30-40 orang/hari dengan lama kerja 240-400 jam, dan biayanya mencapai Rp2 juta-Rp2,5 juta.

Namun, dengan mekanisasi menggunakan traktor tangan, tenaga yang dibutuhkan hanya dua orang dengan waktu kerja 16 jam/ha, dengan biaya hanya Rp900.000 hingga Rp1 juta.

Contoh lainnya, penyiangan. Jika dilakukan secara manual, butuh tenaga kerja sebanyak 15-20 orang dengan jumlah jam kerja 120 jam/ha dan biaya yang dibutuhkan mencapai Rp600.000. Namun, dengan mekanisasi menggunakan power weeder, jumlah tenaga kerja yang diperlukan hanya dua orang dengan jumlah jam  kerja 15-27 jam/ha, dengan biaya hanya Rp400.000.

Untuk menggunakan Alsintan, kata Paimin, petani atau kelompok tani yang menyewa combine harvester hanya dipatok harga sewa sebesar Rp1,2 juta/ha. Sewa combine harvester ini sangat murah dibandingkan dengan biaya panen secara manual.

Selain biayanya lebih murah, petani juga lebih efektif dan efisien ketika panen menggunakan combine harvester. Kehilangan hasilnya juga sangat sedikit, sehingga banyak petani yang beralih menggunakan alat panen tersebut.

UPJA Jaya Makmur  juga memiliki traktor tangan dengan jumlah cukup banyak, yakni 5 unit. Sewa traktor tangan ini hanya dipatok Rp300.000 per 0,25 ha atau sekitar Rp1,4 juta/ha.

Sedangkan untuk rice transplanter  disewakan ke petani plus benihnya  hanya dipatok Rp800.000/ha. Sewa rice transplanter ini memang lebih murah dibandingkan dengan petani yang menanam secara manual. Cara tanam padi dengan mesin modern ini juga lebih efektif dan efisien.

UPJA Jaya Makmur yang beranggota 54 orang petani ini tercatat sebagai UPJA terbaik nasional. Pada tahun 2017, UPJA Jaya Makmur mampu membukukan keuntungan sewa Alsintan sebesar Rp100 juta. Sedangkan tahun 2018 hingga November 2018, pendapatan UPJA sudah sebesar Rp28,6 juta.

UPJA Jaya Makmur tercatat memiliki Alsintan relatif banyak. Di antara alsintan bantuan Kementerian Pertanian (Kementan) itu meliputi rice transplanter 1 unit, traktor tangan 5 unit, hand sprayer 2 unit, pompa air  1 unit, APPO (alat pembuatan pupuk organik) 1 unit, combine harverster (besar) 1 unit, combine harvester (sedang) 1 unit,  dan traktor roda 4  sebanyak 1 unit.  PSP