Musim kemarau diprediksi akan mencapai puncaknya pada Agustus dan September 2020. Untuk mengantisipasi hal itu, Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan membangun 1.100 unit irigasi perpompaan pada 2020. Sampai awal April 2020 sudah terealisasi 271 unit atau 19%.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, tujuan pembangunan irigasi perpompaan adalah untuk meningkatkan intensitas pertanaman, meningkatkan produktivitas pertanian, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Pembangunan irigasi perpompaan itu memanfaatkan potensi sumber air permukaan sebagai suplesi air irigasi. “Pengembangan irigasi perpompaan juga mendukung subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan,” katanya.
Mentan mengatakan, irigiasi perpompaan bisa membantu produktivitas dalam hijauan makanan ternak (HMT), serta untuk sanitasi dan minum ternak dari aspek penyediaan air.
Adapun dalam pembangunan irigasi perpompaan akan menerapkan sistem swakelola berbasis padat karya, sehingga melibatkan anggota kelompok tani.
Mereka ini akan menerima bantuan agar lebih aktif bekerja. Tahapan pembangunan akan dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan serta pemeliharaan dengan melibatkan partisipasi penuh petani.
Mentan Yasin Limpo menambahkan, program pembangunan itu diprioritaskan pada lokasi kawasan pertanian yang sering mengalami kendala atau kekurangan air irigasi, terutama saat musim kemarau.
Menurut Mentan, keberlanjutan produk pertanian dipengaruhi beberapa faktor, antara lain iklim, sumber daya, teknologi, pemasaran, dan manusia sebagai pelaku usaha. Kementan yang bertugas menjaga keharmonisan semua faktor tersebut pun berusaha menjaga ketahanan pangan dan keberlanjutan pangan nasional.
Adapun langkah antisipasi yang dilakukan Kementan adalah mendorong penggunaan bibit padi yang cocok untuk lahan kering, menyiapkan pompanisasi dan pipanisasi, membangun embung atau dam parit di daerah rawan kekeringan, serta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
“Menurut saya, pompanisasi dan pipanisasi adalah program yang efektif karena bisa menyediakan air untuk menanam dengan hasil tiga kali lipat, meski di tengah ancaman kekeringan,” kata Mentan.
Irigasi Perpompaan
Sementara itu, terkait target pembangunan 1.100 unit irigasi perpompaan, Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy menjelaskan bahwa alokasinya akan tersebar di 32 propinsi.
Sarwo pun mencontohkan realisasi pembangunan fisik irigasi perpompaan yang sudah teralisasi, yaitu di Desa Sangiang melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sauyunan, dan Desa Bojongloa dengan kelompok tani (poktan) Berkah Saluyu.
Kedua desa itu berada di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dia mengatakan, pada dua desa tersebut sedang dibangun pengairan seluas 40 hektare (ha) untuk mendukung perkembangan tanaman pangan.
“Hingga 1 April sudah ada realisasi keuangan sebesar 19,01% atau 271 unit untuk pembangunan irigasi perpompaan yang dilakukan secara padat karya,” ujar Sarwo Edhy.
Adapun bentuk bantuan pendanaan yang diberikan kepada kelompok tani berupa pembelian pompa air, pekerjaan bak penampung, pembuatan rumah pompa, pembelian pipa serta pekerjaan saluran distribusi.
“Irigasi perpompaan ini bisa memenuhi kebutuhan suplai air pada musim kemarau di lahan petani yang jauh dari sumber air. Jadi, air bisa ditarik ke lahan pertanian yang jauh dari sumber air,” tegasnya.
Sawo Edhy pun berharap bantuan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga petani memperoleh hasil yang maksimal juga.
Sumur Suntik
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyatakan, Kementan terus berupaya mengurangi dampak musim kemarau yang dialami petani guna memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Salah satu upaya nyatanya adalah mengalokasikan bantuan pompa air dan sumur suntik.
“Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kami memastikan bahwa bantuan pompa air dan sumur suntik diberikan sesuai target, yaitu petani yang berada di daerah-daerah rawan kekeringan, sehingga mereka masih tetap dapat bertani di tengah musim kemarau,” kata Suwandi di Jakarta, Kamis (7/5/2020).
Suwandi menjelaskan, Kementan telah mengantisipasi sejak awal potensi terjadinya kekeringan di sejumlah daerah tiap tahunnya. Hadirnya bantuan pompa air dan sumur suntik diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. “Tidak hanya tahun ini, tapi untuk tahun-tahun ke depan setiap kali memasuki musim kemarau,” katanya.
Selain bantuan pompa dan sumur suntik, sambung Suwandi, Kementan pun melakukan percepatan tanam dengan penyaluran benih unggul, mengawal ketersediaan pupuk, gerakan pecepatan olah tanah dengan traktor, pompanisasi.
Kepala Seksi Penanggulangan Dampak Kekeringan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Yunita Fauziah menambahkan, menghadapi musim kemarau tahun 2020 ini, Kementan mengalokasikan pengadaan pompa air sebanyak 2.000 unit kepada daerah yang mengusulkan bantuan.
Kemudian, terdapat juga bantuan pembuatan sumur suntik sebanyak 100 unit kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani yang lahannya mengalami keterbatasan air. Terutama akibat sumber air/saluran irigasi yang kering atau tidak adanya sumber air/saluran irigasi, sehingga petani tetap dapat bercocok tanam.
“Karena itu, kami optimis, petani pada musim kemarau ini tetap dapat menanam. Prediksi BMKG, musim kemarau tahun ini tidak menimbulkan kekeringan seperti tahun 2019,” ujarnya. Yunita berharap, dengan adanya bantuan pompa air dan sumur suntik ini akan mengurangi lahan sawah yang terdampak kekeringan. Selanjutnya bantuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi kekeringan pada musim-musim tanam selanjutnya. PSP