Pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) yang dibangun Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) memberi dampak positif bagi warga setempat. Produktivitas pertanian meningkat drastis dan penghasilan petani pun bertambah.
Hasil positif itu yang dialami petani di Desa Jagabaaya, Kecamatan Mekarmukti, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jalan Usaha Tani dibangun Kelompok Tani Mekar Saluyu, dan kini produktivitas pertanian meningkat drastis, yang berujung naiknya penghasilan petani.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dalam era 4.0, sektor pertanian ditandai dengan penggunaan alat mesin pertanian (Alsintan). Untuk menjangkau areal persawahan, maka diperlukan akses berupa JUT agar Alsintan dapat dioperasionalkan.
“Jalan usaha tani ini adalah akses infrastruktur yang dibangun untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Akses jangkauan petani untuk mendistribusikan hasil pertanian juga semakin lancar,” katanya.
Dirjen PSP Kementan, Ali Jamil menyebutkan, JUT merupakan bagian dari tujuan pembangunan pertanian nasional, yakni menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor.
Menurut Ali Jamil, prasarana dan sarana pertanian di era pertanian modern dibutuhkan untuk mendorong terjadinya peningkatan produktivitas.
“Majunya sistem pertanian tak hanya ditandai dengan penggunaan Alsintan, tapi juga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani,” katanya.
Dia mengatakan, JUT akan mempermudah akses Alsintan menjangkau areal persawahan. Jalan pertanian ini akan memutus cost produksi yang besar dan memberi banyak manfaat untuk petani.
Dia mengatakan, keberadaan jalan pertanian sangat penting bagi petani dan merupakan suatu peluang yang dapat ditingkatkan kualitas dan fungsinya menjadi suatu jalan pertanian yang sesuai dengan standar dalam pembangunan dan rehabilitasinya.
Permudah Alsintan dan Pengangkutan
Menurutnya, untuk memenuhi persyaratan penggunaan peralatan dan mesin pertanian serta pengangkutan sarana produksi dan hasil panen, maka diperlukan fasilitas jalan, jembatan serta kelengkapannya yang memadai.
“Dalam konteks sistem pertanian modern, diperlukan penambahan maupun penyempurnaan prasarana dan sarana pertanian yang menunjang untuk penggunaan peralatan dan mesin untuk pra dan pasca panen, serta pengangkutan saprodi dan hasil pertanian dari dan ke lokasi,” ujar Ali.
Seperti JUT yang dibangun untuk Kelompok Tani Saluyu dengan panjang 600 meter, lebar 2 meter dan 1,5 meter dengan ketebalan 15 cm.
Jalan ini merupakan akses yang digunakan masyarakat sekitar lokasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kondisi awal akses jalan tersebut, yaitu berpasir dan berbatu karena lokasi tersebut merupakan kawasan peternakan dan pertanian yang berada di pinggir pantai.
Luas areal yang merasakan dampak positif dengan adanya kegiatan jalan usaha tani ini adalah 25 hektare (ha) untuk bidang pertanian dan 3 ha untuk bidang peternakan, khususnya peternakan sapi potong dan domba.
Selain itu, jalan usaha tani tersebut digunakan para nelayan untuk menuju kapal mereka masing-masing dan juga masyarakat yang berwisata di sekitar lokasi pembangunan jalan usaha tani.
Sementara pembangunan JUT di Desa Balewangi, Kecamatan Cisurupan dibangun dengan panjang 600 meter dan lebar 3 meter dengan ketebalan 15 cm.
Akses jalan tersebut merupakan jalan yang digunakan masyarakat sekitar untuk beraktivitas dan juga melakukan kegiatan usaha. Kondisi awal jalan berbatu dan berpasir, sehingga sedikit menyulitkan warga ketika akan membawa hasil panen.
Dengan adanya pembangunan jalan usaha tani, maka akses para petani dan peternak untuk melaksanakan kegiatan bidang pertanian dan peternakan makin mudah.
Luas areal pertanian yang terlayani dengan adanya jalan usaha tani di Kelompok Tani KTSP Bojong 3 yaitu sekitar 20 ha, areal persawahan sekitar 10 ha, areal palawija sekitar 5 ha, serta areal peternakan khususnya ternak sapi perah dan ayam adalah 5 ha.
Ali Jamil menyebutkan, saat ini jalan pertanian yang ada sebagian besar masih berupa galengan dan belum memenuhi syarat bagi penggunaan peralatan dan mesin, maupun pengangkutan saprodi dan hasil panen.
Untuk itu, diperlukan pengembangan jalan pertanian pada lokasi lahan pertanian yang memadai diperlukan dalam memperlancar mobilitas alat mesin pertanian, sarana produksi dan hasil produksi pertanian dari dan ke lahan pertanian.
Bendungan Tingkatkan IP
Sementara itu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan tambahan 3 bendungan baru untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Tiga bendungan multifungsi telah dilakukan pengisian air awal (impounding) pada Juni 2021 untuk meningkatkan suplai air irigasi pertanian di sentara produksi pangan.
Tiga bendungan tersebut adalah Bendungan Way Sekampung di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung, Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Bendungan Kuningan di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.
Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja mengatakan, pembangunan ketiga bendungan tersebut merupakan Program Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan menambah tampungan air sehingga kontinuitas suplai air irigasi ke lumbung-lumbung pangan nasional terjaga.
Pembangunan bendungan harus diikuti dengan pembangunan jaringan irigasinya, sehingga dengan adanya suplai air yang kontinyu dari bendungan, petani bias meningkatan indeks pertanaman (IP). “Jika bisanya petani tanam setahun 1 kali, maka dengan adanya pasok air dari bendungan itu, petani bisa menanam 2 atau 3 kali dalam setahun,” kata Endra S. Atmawidjaja.
Menurut Endra S. Atmawidjaja, dengan dibangunnya bendungan serta bendung dan kelengkapan jaringan irigasi yang bersumber dari bendungan diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan intensitas tanamnya jika dibandingkan dengan metode tadah hujan yang hanya satu kali tanam dalam setahun.
Bendungan Way Sekampung memiliki kapasitas tampung 68 juta m3 yang akan dimanfaatkan untuk penyediaan air irigasi seluas 72.707 ha.
Wilayah yang diairi Bendungan Way Sekampung ini adalah Daerah Irigasi (DI) Sekampung dengan seluas 55.373 ha dan menambah areal DI Rumbia Extension seluas 17.334 ha.
Selain mendukung kebutuhan pangan di Provinsi Lampung, Bendungan Way Sekampung dengan luas genangan sebesar 800 ha juga dapat dimanfaatkan sebagai infrastruktur pengendalian banjir di Provinsi Lampung sebesar 185 m3/detik karena terintegrasi dengan Bendungan Batutegi dan Bendungan Margatiga (on-going).
Bendungan multifungsi ini juga berpotensi sebagai penyedia air baku untuk Kota Bandar Lampung, Kota Metro dan Kabupaten Lampung Selatan sebesar 2.482 liter/detik, tenaga listrik sebesar 5,4 MW serta menjadi objek wisata di Kabupaten Pringsewu.
Bendungan Paselloreng dibangun dengan kapasitas tampung 138 juta m3 dan luas genangan 169 ha. Endra menambahkan, Bendungan Paselloreng telah di terpadukan pembangunannya dengan bendung dan jaringan irigasi Gilireng yang mampu mengairi areal persawahan seluas 8.510 ha.
Bendungan ini juga berpotensi sebagai sumber air baku untuk 4 kecamatan di Kabupaten Wajo sebesar 200 liter/detik, infrastruktur pengendali banjir wilayah hilir Sungai Gilireng sebesar 1.000 m3/detik, pengembangan sektor perikanan air tawar dan pariwisata serta konservasi Sumber Daya Air pada kawasan green belt.
Bendungan ketiga yang mulai dilakukan pengisian air adalah Bendungan Kuningan di Jawa Barat dengan kapasitas tampung 25,9 juta m3 dan luas genangan 221,59 ha.
Bendungan ini akan memasok air bagi daerah irigasi seluas 3.000 ha di beberapa daerah Jawa Barat bagian Timur dan sebagian untuk Jawa Tengah.
Selain irigasi, manfaat lainnya adalah menjadi sumber air baku bagi Kabupaten Kuningan sebesar 0,30 m3/detik, mereduksi debit banjir sebesar 213 m3/detik, dan potensi sebagai sumber tenaga listrik 0,50 MW. PSP