Bulog Baru Serap Beras 154.000 Ton

Kementerian Pertanian kembali optimis produksi padi meningkat dan akan terjadi surplus beras tahun ini. Namun, faktanya, sampai akhir Maret, serapan gabah/beras petani oleh Bulog terhitung seret dan baru terkumpul sekitar 154.000 ton. Padahal, target yang dipikul Bulog tahun ini sangat besar: menyerap beras 3,9 juta ton. Ada apa sebenarnya?

Setelah menelan pil pahit terjadinya impor beras di tahun 2015, Kementerian Pertanian optimis produksi padi tahun ini meningkat dan bakal terjadi surplus beras. Bahkan, Kementan mengalokasikan anggaran Rp20 triliun hanya untuk membeli gabah petani melalui Perum Bulog. Maklum, saat ini sedang masuk musim panen raya dan harga gabah kering panen (GKP) sudah melorot di kisaran Rp3.200-Rp3.300/kg — jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) Rp3.700/kg.

Namun, penurunan harga yang mengindikasikan terjadi banjir pasok, ternyata tidak tercermin pada kinerja penyerapan beras Bulog. Sampai 31 Maret 2016, Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu mengaku pengadaan Bulog masih kecil. “Sekitar 154.000 ton,” ujarnya.

Ini jelas angka yang mengejutkan. Apalagi, Bulog tahun ini dapat target penyerapan beras 3,9 juta ton, di mana 700.000 ton di antaranya beras premium melalui skim pembelian komersial. Dengan serapan beras 154.000 ton, berarti Bulog baru menyedot 3,9% dari target total 3,9 juta ton. Meski demikian, Wahyu tetap optimis pihaknya bisa mencapai target serapan beras dalam negeri.

Namun, di mata pengamat ekonomi pertanian Husein Sawit, angka serapan Bulog ini sangat riskan. Pasalnya, serapan mayoritas Bulog itu terjadi selama Maret-Juni, yakni sampai 80% dari total target. “Jika sampai Juni mampu menyerap 2,5 juta ton, Bulog sudah aman. Dengan kata lain, tiap bulan serapan Bulog sekitar 600.000 ton. Tapi, melihat data serapan Maret ternyata baru 154.000 ton, ini memang riskan,” ujarnya.

Pertanyaannya, mengapa Bulog kesulitan menyerap beras/gabah petani, sementara Kementerian Pertanian menyatakan produksi padi melimpah? Bahkan, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Hasil Sembiring mengaku banyak petani yang mengeluh karena harga gabah kering panen (GKP) sudah di bawah HPP. Berdasarkan data harian per 31 Maret, harga GKP di bawah HPP Rp3.750/kg terdapat di 36 kabupaten dengan kisaran harga Rp3.000-Rp3.700/kg. “Kalau kita lihat data, masih ditemukan harga gabah yang rendah. Info itu juga sudah kita berikan (ke Bulog). Kenapa Bulog tidak bisa ambil (beli)? Ini yang mungkin harus dikaji,” tegas Hasil.

Husein Sawit sepakat penyerapan Bulog memang harus ditinjau ulang. Namun, dia juga mengingatkan, persaingan Bulog menyerap beras makin berat karena harus bersaing dengan 182.000 penggilingan padi maupun penebas yang juga menjadi pedagang. Jika tidak segera berbenah, impor pasti terjadi lagi. AI