El Nino Kerek Harga Beras

foto: Antara

Indonesia harus cepat dan tepat menangani ancaman kemarau panjang sebagai dampak fenomena cuaca El Nino. Apalagi, cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog juga sangat tipis, yang sangat riskan jika terjadi gejolak harga. Di saat yang sama, harga beras di pasar internasional juga terus bergerak naik karena India dan Thailand sebagai dua eksportir beras utama dunia juga menghadapi masalah produksi.

Ancaman kekeringan akibat datangnya fenomena El Nino tahun ini membuat khawatir banyak pihak. Presiden Joko Widodo juga sudah meminta seluruh kementerian dan lembaga pemerintah mengantisipasi dampak El Nino, termasuk kemungkinan terjadinya kemarau panjang yang memicu kekeringan dan mempengaruhi perekonomian nasional. “Antisipasi potensi musim kemarau panjang akibat El Nino,” tegas Presiden saat menyampaikan pengantar dalam Sidang Kabinet Paripurna Laporan Semester 1 Pelaksanaan APBN Tahun 2023 di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/7/2023).

Buat Indonesia, antisipasi El Nino tahun ini harus segera dilakukan, mengingat dampaknya terhadap ketersediaan pangan, terutama beras. Tanpa ada El Nino saja, sejak awal tahun harga beras terus bertahan tinggi di atas harga eceran tertinggi (HET). Bahkan, ketika HET baru dibuat akhir Maret 2023, harga beras tidak pernah pernah mau turun. Dalam sepekan terakhir sampai Jumat (7/7/2023), Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) dari Bank Indonesia mencatat, harga beras kualitas medium I sudah mencapai harga rerata HET beras premium nasional, yakni Rp14.900/kg.

Tingginya harga beras ini memang cerminan nyata dari minimnya stok yang dimiliki pemerintah (CBP) di Perum Bulog. Menurut Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Andriko Noto Susanto, kondisi minim CBP ini terjadi sejak akhir tahun lalu sampai pertengahan 2023. Per awal Juli saja, kata Andriko, total cadangan beras Bulog hanya 627.000 ton, di mana CBP sebesar 561,5 ribu ton dan 65,7 ribu ton stok komersial. “Ini kalau dihitung berdasarkan kebutuhan sebulan, hanya mencukupi 24%. Jumlah yang sangat riskan sebenarnya untuk Indonesia dengan 257 juta penduduk,” katanya dalam Focus Group Discussion Perhimpunan Agronomi Indonesia di Bogor, Kamis (6/7/2023).

Yang juga patut diwaspadai, harga beras di pasar internasional meningkat sejak adanya El Nino, yang mengancam rontoknya produktivitas di sejumlah negara produsen beras. Bahkan India, eksportir beras terbesar di dunia, di mana tahun 2022 ekspor mencapai 56 juta ton, berpotensi membatasi ekspor beras untuk mengamankan stok domestik. Jika terjadi, harga pasti naik. Padahal, harga indeks global beras Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) saat ini sudah mencapai titik tertinggi dalam 11 tahun.

Sementara Thailand, eksportir beras terbesar kedua dunia, telah menyiapkan rencana darurat guna menghadapi El Nino. Untuk menghemat air, pemerintah sudah meminta petani menanam padi hanya sekali saja.

Bagaimana Indonesia? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah mendorong Pemda menyiapkan lumbung pangan di daerah masing-masing. “Dampak El Nino bisa sangat berbahaya jika tidak diantisipasi secara tepat dan cepat,” katanya, ketika memberikan arahan pada kegiatan Forum Diskusi “Meskipun El Nino, Bisa Panen” di Kantor Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan, Bogor, Selasa (4/7/2023).

Menghadapi kekeringan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) juga melakukan pengawalan ketat gilir giring irigasi dari waduk. Pembagian air harus berdasarkan wilayah dan waktu yang ditetapkan berdasarkan SK Bupati. Pompanisasi digunakan untuk memanfaatkan sumber-sumber air yang masih tersedia. Untuk kekeringan di daerah non-irigasi, langkah yang dilakukan pemanfaatkan irigasi air tanah, pompaniasi air pemukaan dan pemanfaatan embung dan bangunan konservasi lainnya. “Kami juga akan segera mengidentifikasi sumber air alternatif yang masih tersedia dan dapat dimanfaatkan melalui Perpompaan dan Perpipaan” ujar Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto di Jakarta, Jumat (7/7/2023). AI