Energi Terbarukan yang Terabaikan

Polemik kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) kini menjadi isu yang sedang hangat di masyarakat. Ada dua kelompok yang berkepentingan terhadap harga BBM. Kelompok pertama adalah mereka yang mendesak pemerintahan saaat ini untuk segera menaikkan harga BBM. Sedangkan kelompok lainnya menentang desakan kenaikan harga BBM itu.

Kelompok pertama beralasan kalau kenaikan harga BBM perlu dilakukan saat ini guna memberikan ruang fiskal yang lebih besar kepada pemerintahan baru nanti. Selain itu, kenaikan harga BBM juga diperlukan guna mencegah bobolnya dana subsidi untuk BBM pada tahun 2014 ini. Sementara kelompok kedua menyebutkan kalau kondisi APBN saat ini masih cukup aman sehingga belum perlu dilakukannya kenaikan harga BBM.

Dari sisi APBN, mungkin kenaikan harga BBM bisa menjadi solusi yang cepat untuk mengatasi ancaman defisit serta memberikan ruang fiscal yang lebih lebar kepada pemerintah menjalankan perbagai programnya.

Namun bagi rakyat banyak, apalagi mereka yang masuk dalam golongan masyarakat miskin yang jumlahnya masih cukup besar, kenaikan harga BBM bisa menjadi suatu pukulan bagi mereka. Kenaikan harga BBM dipastikan akan membuat biaya hidup yang harus dikeluarkan sebuah keluarga di Indonesia mengalami kenaikan. Misalnya saja harga bahan kebutuhan pokok pasti akan terkerek oleh kenaikan harga BBM, begitu juga dengan ongkos angkutan.

Karena itu, kenaikan harga BBM sebaiknya jangan dijadikan jalan pintas untuk membuat APBN sehat. Pemerintah harus pula mencari cara lain guna menyehatkan APBN. Misalnya saja dengan mendorong pemakaian energi terbarukan yang bahan bakunya banyak diproduksi di Indonesia. Atau juga bisa dengan mendorong realisasi program konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG), yang sudah dicanangkan sejak tahun 2012 lalu.

Penggunaan energi terbarukan memiliki potensi besar mengingat bahan baku pembuatan energy terbarukan, berasal dari tanaman singkong, jarak hingga minyak sawit mentah. Nah terkait komoditas yang menjadi bahan baku energi terbarukan itu, semua orang juga tahu kalau Indonesia saat ini merupakan produsen utama komoditas itu. Indonesia adalah produsen minyak sawit mentah nomor satu di dunia.  Ada kesan kalau energi terbarukan belum dilirik secara serius oleh pemerintah.

Sedangkan bicara soal bahan bakar gas, Indonesia saat ini merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia, Produksi gas nasioal sebagian besar diekspor ke luar negeri karena   tidak terserap di dalam negeri.

Jika pemerintah mampu memaksimalkan penggunaan energy terbarukan dalam penggunaan energi di dalam negeri serta bisa mendorong percepatan realisasi program konversi BBM ke BBG, maka sudah bisa dipastikan besaran dana subsidi untuk BBM dalam APBN akan berkurang drastis. Sehingga, jikapun diperlukan kenaikan harga BBM guna menekan defisit sekecil mungkin, dampaknya tidak terlalu membebani rakyat kecil.

Selain itu, pemerintah juga harus membenahi dan memutus mata rantai impor minyak yang dikendalikan oleh pemburu rente alias para mafia minyak, seperti yang dituduhkan banyak pihak. Untuk itu, pemerintah baru harus membuat skema impor minyak yang dilakukan langsung oleh Pertamina, tanpa ada perantara lagi.