Food Estate Kalteng Mulai Produksi

Keputusan pemerintah membangun food estate atau lumbung pangan di sejumlah provinsi, terutama di Kalimantan Tengah, mulai berbuah positif. Bahkan, lumbung pangan di Kalteng seluas 30.000 hektare (ha) sudah dua kali panen sejak dilakukan penanaman perdana akhir tahun lalu. Dari lumbung pangan ini, pemerintah pun berharap ketahanan pangan nasional terus menguat.

Gerak cepat pemerintah merespons peringatan dini terjadinya krisis pangan yang dikeluarkan Organisasi Pertanian dan Pangan (FAO), sebagai imbas dari pandemi COVID-19, mulai membuahkan hasil. Padahal, keputusan yang diambil Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun lumbung pangan (food estate) di bekas proyek lahan gambut sejuta hektare di Kalimantan Tengah ini sempat menimbulkan tanda tanya dan keraguan banyak orang.

Harap maklum, lumbung pangan ini dibangun di bekas proyek gagal pemerintah Orde Baru, yang membuka lahan gambut untuk proyek pertanian. Akan kah pemerintah kembali mengulangi kesalahan dan kegagalan di masa lalu?

Pesimisme itu terjawab ketika program lumbung pangan di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau seluas 30.000 ha itu berhasil panen dari penanaman tahun 2020 dan 2021. Menurut Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan), Ali Jamil, sejak tahun 2020 pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mengembangkan dan memperbaiki infrastruktur irigasi seluas 2.000 ha di Kecamatan Dadahup. Tahun ini, mereka terus menggenjot infrastruktur irigasi di Blok A seluas 43.503 ha.

Hasilnya, kata Ali, dari kondisi pertanaman 2020 yang ditarget 30.000 ha (Kabupaten Kapuas 20.000 ha dan Pulang Pisau 10.000 ha), progres panen saat ini mencapai 25.878 ha dan menghasilkan produksi 101.463 ton. Sedangkan untuk kondisi pertanaman tahun 2021, dari target 14.135 ha, sejak pertengahan Agustus sudah memasuki masa panen.

Hasil ini dinilai pengamat IPB, Prima Gandhi, mampu membantah kekhawatiran dan tanda tanya banyak pihak bahwa program food estate adalah proyek gagal, terutama di Kalteng. Menurutnya, tolok ukur utama keberhasilan food estate adalah realisasi luas tanam dan panen yang tinggi, meningkatnya produksi, indeks pertanaman dan produktivitas. “Dari target ditanam 30.000 ha itu sudah ditanam dan dipanen. Hasilnya di kisaran 4 ton/ha,” katanya.

Menurut dia, keberhasilan produksi dengan hasil tersebut menunjukkan lahan rawa mineral memenuhi syarat untuk tumbuh, syarat kondisi kualitas air irigasi yang ada juga memenuhi syarat, infrastruktur dan kesiapan petani juga tersedia di lokasi food estate di dua kabupaten tersebut. “Jadi, menilai keberhasilan itu langsung cek outcome saja, berhasil dan berproduksi tidak? Ini kan sudah kasat mata, terlihat hasil panennya. Kalau berhasil panen, berarti aspek kondisi lahan, air, agroklimat dan kesiapan petani sudah terpenuhi,” tegasnya. AI