Food Estate, Lumbung Pangan Masa Depan

* Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan, Ditjen PSP, Erwin Noorwibowo

Erwin Noorwibowo

Di tengah tantangan peningkatan laju pertumbuhan penduduk dan alih fungsi lahan pertanian yang sulit dibendung, tentunya sektor pertanian dituntut untuk menyediakan pangan nasional dalam jumlah yang cukup, sehingga masyarakat tidak kekurang pangan.

Pembukaan lahan baru seperti food estate (lumbung pangan) menjadi salah satu kegiatan yang dipandang sangat relevan untuk penyediaan pangan masa depan. Konsep pengembangan Food Estate (FE) dirancang melalui pendekatan aspek hulu dan hilir.

Berbagai kegiatan, seperti penyediaan infrastruktur pertanian, irigasi, aplikasi teknologi pada aktivitas budidaya, pengelolaan dan pemasaran hasil panen, penguatan kelembagaan serta jaminan pasar (off-taker), harus dapat terlaksana dengan baik.

Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan), Erwin Noorwibowo mengatakan, pengembangan FE harus dilakukan melibatkan seluruh Kementerian/Lembaga dan stakeholder.

“Pelaksanaan kegiatannya dilaksanakan secara sinergi yang dikoordinasikan oleh instansi setingkat kementerian koordinator,” kata jebolan Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Palembang ini kepada Agro Indonesia di Jakarta, Sabtu (8/10/2023). Berikut bincang-bincangnya.

Apakah konsep pengembangan FE untuk komoditas padi saja?

Konsep pengembangan food estate dilakukan melalui pendekatan diversifikasi pertanian. Komoditas yang dikembangkan tidak hanya fokus pada komoditas tanaman pangan (padi).

Tetapi sudah mulai dikembangkan untuk komoditas-komoditas perkebunan (kelapa genjah), hortikultura (buah-buahan dan sayuran) serta peternakan (ternak itik) atau komoditas yang dipandang mampu mendukung peningkatan nilai tambah dari pengembangan komoditas utama (tanaman pangan).

Dengan adanya FE, apa Indonesia kelak bebas dari krisis pangan?

Insya Allah, melalui konsep pengambangan FE ini diharapkan Indonesia bisa terlepas dari ancaman krisis pangan. Antisipasi kebutuhan pangan masa depan harus dari sekarang, misalnya membuka lahan baru untuk pertanian pangan.

Apa tujuan dari pengembangan FE, terutama di Kalteng?

Tujuan utama pengembangan kawasan FE berbasis korporasi petani di lahan rawa Kalimantan Tengah adalah untuk membangun kawasan sentra produksi pangan multikomoditas, utamanya padi,

Komoditas lainnya, berupa aneka buah dan sayuran, serta kelapa dan ternak itik, melalui penerapan teknologi pertanian maju dan modern serta keterpaduan hulu-hilir yang berbasis korporasi petani untuk meningkatkan produksi dan cadangan pangan serta pendapatan masyarakat.

Apa misi sesungguhnya dari kegiatan atau pengembangan FE?

Ada tiga misi. Pertama, meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, dan nilai tambah melalui penguatan inovasi teknologi dan rantai produksi-pemasaran produk multikomoditas pangan.

Kedua, mensejahterakan masyarakat melalui pengembangan kawasan produksi multikomoditas pangan yang terintegrasi dengan sistem penataan ruang kawasan dan pengembangan infrastruktur wilayah;.

Ketiga, menjaga kelestarian ekosistem pertanian untuk mendukung keberlanjutan kawasan food estate di Kalimantan Tengah melalui pengembangan teknologi produksi modern yang ramah lingkungan.

Bagaimana pola tanam yang diterapkan di FE?

Pola tanam yang diterapkan dalam pengembangan FE berorientasi pada optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan, dengan mempertimbangkan adanya variasi hidrotopografi lahan, yaitu perbedaan tipe luapan air pasang. Maka pola tanam disesuaikan dengan ketersediaan air, tipologi lahan, yaitu sulfat masam atau bersulfida dangkal, lahan bersulfida dalam, dan lahan gambut dangkal.

Pengelolaan air didasarkan pada tipe luapan air untuk lahan rawa pasang surut atau kedalaman genangan pada lahan rawa lebak. Pengembangan kawasan multikomoditas di FE Kalteng sesuai dengan agroekologi lahan adalah untuk komoditas unggulan di luar padi, yaitu pada usaha peternakan (itik), hortikultura (buah dan sayur), dan perkebunan (kelapa genjah).

Apa sih faktor pendukung yang menjadikan FE sukses?

Untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan kegiatan pengembangan kawasan FE Kalteng dilakukan melalui penerapan teknologi maju dan modern pada proses produksi, baik untuk budidaya tanaman maupun untuk penanganan pascapanen.

Pengolahan hasil tanaman secara baik dan tepat waktu akan dikembangkan berbagai infrastruktur pendukung serta Alsintan, meliputi tata air di tingkat makro dan mikro, jalan usahatani, gudang Alsintan dan sarana produksi, bangsal pengolahan hasil dan limbah tanaman, gudang penyimpanan hasil panen dan produk olahan.

Spesifikasi teknis, kapasitas, konstruksi, jumlah dan tata letaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan anggaran serta infrastruktur yang sudah ada dan kondisi lokasi.

Lalu, target atau sasaran apa yang akan dicapai dari pengembangan FE ini?

Sasaran akhir dari kegiatan pengembangan FE berbasis korporasi petani di Kalteng adalah terbangunnya sentra produksi multikomoditas pangan terpadu dan modern secara berkelanjutan untuk penguatan ketahanan pangan dan gizi serta peningkatan kesejahteraan petani di wilayah FE Kalteng.

Bagaimana progres pelaksanaan FE di lapangan?

Progres pelaksanaan FE tahun 2020 melalui kegiatan intensifikasi lahan, dengan luas tanam 29.436 hektare (ha), untuk pengembangan komoditas utama (padi) menghasilkan Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 114.658 ton. Ini terjadi kenaikan hasil produksi sebanyak 38.128 ton dari sebelum adanya kegiatan pengembangan FE.

Pada tahun 2021, melalui kegiatan intensifikasi lahan juga dengan luas tanam 14.135 ha, untuk pengembangan komoditas utama (padi) menghasilkan Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 49.070 ton atau terdapat kenaikan hasil produksi sebanyak 5.140 ton dari sebelum adanya kegiatan pengembangan FE.

Untuk kegiatan ekstensifikasi lahan yang baru dilaksanakan pada tahun 2021 seluas 16.643 ha, saat ini progresnya antara lain telah dilakukan land clearing/land levelling seluas 15.889,30 ha (95,47%). Diharapkan, melalui kegiatan pengembangan kawasan FE ini dapat memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan produksi padi yang berdampak pada penambahan stok pangan baik di tingkat regional maupun nasional.

Apa manfaat FE Kalteng bagi petani?

Pengembangan FE Kalteng melalui intensifikasi lahan dan ekstensifikasi lahan memiliki fokus pada peningkatan produktivitas lahan, indeks pertanaman dan produktivitas hasil. Dengan dasar pelaksanaan kegiatan pada lahan petani, maka petani menjadi subjek dari pembangunan/pengembangan FE Kalteng, dan tentu saja menjadi pihak yang mendapatkan manfaat dari kegiatan ini.

Peningkatan produksi GKG dari produksi intensifikasi lahan tahun 2020 dan 2021 sebagaimana disebutkan di atas tentunya memberikan tambahan nilai ekonomi bagi petani yang dapat disebut sebagai manfaat ekonomi langsung yang didapatkan oleh petani dari hasil budidaya. Manfaat lainnya adalah lahan-lahan petani menjadi lebih tertata dan terkonsolidasi dalam hal produksi beras.

FE di Kalteng sudah berkontribusi terhadap produksi pangan nasional?

Tentunya sudah. Namun, kontribusinya memang masih kecil. Produksi padi nasional tahun 2021 sebesar 54,42 juta ton GKG. Produksi padi dari kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan Kalteng sampai dengan tahun anggaran 2021 (termasuk prediksi produksi dari ekstensifikasi lahan TA 2021) sebesar 213.697 ton GKG, atau setara dengan 0,39% produksi nasional.  SW