GERMAK Ikut Awasi Peredaran MGS Curah Bersubsidi

Kelapa Sawit

Gerakan Masyarakat Awasi Kartel (GERMAK) akan ikut mengawasi produksi dan distribusi minyak goreng sawit (MGS) curah bersubsidi dari permainan kartel minyak yang telah membuat beban hidup masyarakat mengalami peningkatan.

“Pengawasan tidak hanya dilakukan di Jakarta saja tetapi di sembilan provinsi di Indonesia,” ujar Ibrahim Fahmy Badoh  dari NaraIntegrita, salah satu LSM penginisiasi lahirnya GERMAK, dalam konferensi pers secara virtual, Minggu (03/04/2022).

Dalam melakukan kegiatannya, GERMAK akan menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah dan non pemerintah yang memiliki sikap sama yakni  menghapus keberadaan kartel di Indonesia. Salah satu instansi pemerintah yang akan digandeng adalah Kementerian Perindustrian, yang kini memiliki tugas mengawasi produksi dan distribusi MGS curah bersubsidi.

“Jika bisa menjalin kerja sama dengan Kemenperin itu lebih baik karena kita membutuhkan data yang dimiliki Kemenperin,” ujar Fahmi.

Menurutnya,  data mengenai jumlah pabrik dan volume produksinya yang dimiliki Kemenperin sangat penting untuk mengetahui kondisi industri MGS curah di dalam negeri saat ini.

Pada pertengahan Maret 2022, Pemerintah merombak total kebijakan MGS dari semula berbasis perdagangan menjadi kebijakan berbasis industri melalui Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyediaan Minyak Goreng Curah untuk Kebutuhan Masyarakat, Usaha Mikro, dan Usaha Kecil dalam Kerangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Permenperin Nomor 8 Tahun 2022 mengatur tata kelola bisnis dan program minyak goreng curah bersubsidi mulai dari registrasi, produksi, distribusi, pembayaran klaim subsidi, larangan dan pengawasan.

Ditetapkan harga minyak goreng curah bersubsidi dengan HET Rp. 14.000/Liter atau Rp. 15.500/Kilogram dan MGS kemasan menggunakan harga pasar. Diharapkan dengan adanya MGS curah subsidi dapat mengimbangi permintaan MGS kemasan dan juga dapat ikut menstabilkan harga.

Terkait dengan kebijakan penyaluran MGS curah bersubsidi yang dilakukan pemerintah, GERMAK mendukung program MGS curah bersubsidi yang dilakukan oleh pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat atas MGS dengan harga terjangkau dan untuk mengstabilkan harga MGS di pasaran.

Gerakan itu juga mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi pelaksanaan program MGS curah bersubsidi agar tidak dimanipulasi dan dapat disalurkan ke masyarakat luas dengan harga terjangkau

“Kami akan melakukan pemantauan lapangan atas pelaksanaan program MGS curah bersubsidi mulai dari level, pabrik, distributor dan pengecer di sembilan  provinsi,” ujar Fahmi.

Pihaknya mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut mengawasi MGS curah bersubsidi dan melaporkan jika terdapat ”permainan” dari pabrik, distributor dan pengecer.

Selain itu, GERMAK akan membuat posko pengaduan di sembilan provinsi dan melaporkan dan bekerja sama dengan aparat penegak hukum  dalam pengungkapan penyelewengan distribusi MGS curah bersubsidi.

Roy Salam  dari Indonesia Budget Center (IBC) mengatakan pembangunan sektor industri minyak goreng yang melibatkan petani sawit serta  pengusaha kecil dan menengah sangat penting untuk dipacu.

“Hal ini perlukan agar kita tak bergantung kepada pengusaha besar yang bergerak pada mekanisme pasar yang tidak bisa kita taklukkan,” ujarnya.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengungkapkan bahwa konsentrasi pasar MGS di Indonesia dikuasai oleh  empat produsen sebesar 46,5 persen. Dengan sedikitnya pemain/penguasa bisnis di sektor MGS maka memungkinkan timbulnya adanya monopoli dan pengaturan harga MGS kemasan.

Bahkan lebih jauh, mereka dapat membuat “terhambatnya” program stabilitas harga MGS yang dilakukan oleh pemerintah.

Produksi Minyak Goreng Sawit (MGS) baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor sebenarnya selalu mencukupi. Pada tahun 2021 total produksi MGS sebesar 22,4 juta kilo liter, sedangkan untuk ekspor MGS sebesar 11,82 juta ton setara 13,13 juta kilo liter dan untuk kebutuhan dalam negeri sebesar 5,8 juta kilo liter (25 persen dari produksi dalam negeri).

Selain Fahmi Badoh dan Roy Salam, tokoh penginisiasi GERMAK lainnya adalah Ray Rangkuti (LIMA) dan Jerry Sumampow (TePI). Buyung N