Presiden Joko Widodo akhirnya harus menelan pil pahit, Indonesia masih tak sanggup menolak impor beras. Meski anggaran Kementerian Pertanian tahun 2015 meroket 157% dari Rp12,72 triliun menjadi Rp32,81 triliun, namun ribuan ton beras (dari rencana 1 juta ton lebih beras impor Vietnam dan Thailand), dipanen di pelabuhan sejak pekan lalu.
Masuknya beras impor ini mengakhiri drama tarik-menarik tajam di jajaran kabinet. Keputusan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk impor beras, yang sempat dimentahkan Presiden Jokowi meski fenomena El Nino menguat, akhirnya terealisasi. Hal ini mengkonfirmasi kabar bahwa Kementerian Perdagangan sudah mengeluarkan izin impor pada akhir September 2015 dan Bulog pun sudah meneken kontrak dengan Vietnam pada awal Oktober di Kedubes RI di Singapura.
Sejauh ini, memang belum ada penjelasan resmi pemerintah berapa jumlah beras impor dari Vietnam dan Thailand. Namun, dari analisis dan pemberitaan pers asing, Indonesia akan mengimpor beras 1,5 juta ton sampai Maret 2016. Departemen Pertanian AS (USDA) menyebut, Perum Bulog harus impor sedikitnya 1,1 juta ton untuk mempertahankan stok Bulog 2,5 juta ton sampai akhir 2015, mengingat distribusi Raskin akan digandakan sampai November ini.
Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu membenarkan bahwa beras impor dari Vietnam sudah masuk di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara sebanyak 4.800 ton. “Iya, sudah datang,” ungkapnya. Namun, dia tidak menjawab ketika dikonfirmasi Agro Indonesia soal sudah masuknya beras impor yang sama di Pelabuhan Serang (Ciwandan), Banten dan Pelabuhan Belawan (Sumatera Utara).
Yang menarik, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman tetap yakin negeri ini tidak perlu impor. Bahkan, Amran tak kenal lelah berkeliling ke berbagai daerah melakukan panen padi. El Nino, yang sudah membuat malu negeri ini dengan asap kebakaran hutan dan lahan yang mengotori negara jiran, dinilai tak pengaruhi produksi. “Buktinya, kami dalam bulan ini secara berturut-turut melakukan panen raya padi di berbagai daerah,” kata Amran. Apalagi, angka ramalan (ARAM) II Badan Pusat Statistik (BPS) juga ikut mendukung. Produksi padi hanya susut 560.000 ton gabah kering giling (GKG) menjadi 74,99 juta ton dari 75,55 juta ton GKG pada ARAM I. Angka itu sudah memasukkan pengaruh El Nino.
Namun, ketika impor akhirnya terjadi, Amran masih sanggup berkilah. Meski berulang kali mengatakan tahun ini tidak perlu impor, ternyata yang dimaksud tahun ini tak lain satu tahun pemerintahan Jokowi. “Dari 20 Oktober 2014-20 Oktober 2015 kita tidak ada impor,” katanya.
Pertanyaannya, sanggupkah Amran menghalau malu Presiden Jokowi, yang akhir 2014 di depan petani di Kecamatan Bojong Jaya, Subang, Jabar, berkata: “Saya malu saat bertemu Presiden Vietnam bulan lalu. Baru ketemu ditanya ‘Presiden Jokowi, beli beras dari saya lagi kapan?’ Coba, malu ndak?” AI