Kementan Minta Daerah Manfaatkan Sumber Air

* Hadapi Musim Kemarau

Menghadapi kekeringan yang diprediksi terjadi mulai Juli 2023, Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memanfaatkan sumber air yang ada.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau diperkirakan pada bulan Juli, Agustus, dan September tahun 2023.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, sumber air di lahan pertanian sudah dibangun pemerintah, seperti embung, dam parit dan irigasi perpipaan/perpompaan. “Sumber air ini dibangun memang untuk mengantisipasi kekeringan,” katanya.

Mentan menilai, strategi pompanisasi dan pipanisasi yang diterapkan Ditjen PSP sebagai langkah mitigasi kekeringan sudah efektif. Dengan begitu, petani tetap bisa bercocok tanam meskipun terancam kekeringan.

“Pompanisasi dan pipanisasi menurut saya adalah program yang sangat efektif karena bisa menanam dengan hasil tiga kali lipat. Sistem ini juga sangat efisien menghemat anggaran negara,” katanya.

Mentan Syahrul mengatakan, pada tahun 2023 ini pihaknya akan mengalokasikan embung sebanyak 500 unit, alat perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) 3.213 unit.

Sebelumnya, pada 2020 sampai 2022, Kementan telah mengalokasikan kegiatan irigasi peningkatan ketersediaan air RJIT sebanyak 11,866 unit, perpompaan 2.177 unit, perpipaan 439 unit, dan embung 1.531 unit.

Selain itu, Mentan mengatakan, para petani bisa menggunakan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian sebagai permodalan utama dalam meningkatkan produktivitas budidaya.

Menurutnya, petani bisa memperbaiki lahan kering dengan membeli Alsintan maupun mesin pencacah untuk panen.

“Kita harus memperkokoh kekuatan sumber daya manusia (SDM) kita melalui KUR. Kemudian memperkokoh produksi kita dengan benih unggul dan pengembangan pupuk organik,” ujarnya.

Tak hanya itu, Kementan juga terus mendorong para petani untuk mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang dapat memberikan ganti rugi bagi petani yang gagal panen.

Lebih lanjut, Mentan meminta jajarannya mendampingi petani dan menyiapkan sumber pengairan, baik yang berasal dari sumur bor maupun aliran irigasi.

“Menghadapi musim kering ekstrem atau El Nino, saya minta jajaran berada di lapangan membantu para petani yang kesulitan. Kemudian saya juga meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Irigasi Perpompaan

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menjelaskan, Kementan telah melaksanakan banyak program pengembangan bangunan konservasi air, seperti embung, irigasi perpompaan dan perpipaan.

Dia menyebutkan, untuk irigasi perpompaan, Ditjen PSP mencatat sejak 2020-2022 telah membangun 2.177 unit. Dengan estimasi luas layanan per unit 20 hektare (ha), maka luas oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 43.540 ha.

Pengembangan embung, dalam empat tahun terakhir (2020-2023) mencapai 1.531 unit. Dengan estimasi luas layanan 25 ha/unit, maka mampu memberikan dampak pertanaman seluas 38.275 ha.

“Sarana dan prasarana tersebut dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau. Tahun ini kami akan membangun 590 unit embung dan 169 unit Irigasi Perpompaan/Perpipaan,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, pihaknya akan memprioritaskan dan mengawal pemanfaatan sumber-sumber air sebagai suplesi pada lahan sawah yang terdampak kekeringan. “Kami segera mengindentifikasi sumber air alternatif yang masih tersedia dan dapat dimanfaatkan melalui perpompaan dan irigasi air tanah dangkal,” tegasnya.

Tidak hanya itu saja, Kementan juga mengingatkan dinas agar alat dan mesin pertanian (Alsintan) dimanfaatkan untuk mengatasi mitigasi kekeringan.

“Kita minta, manfaatkan semua pompa air yang tersedia di daerah dan kerahkan Brigade Alsintan untuk membantu petani dalam mengamankan standing crop dan memitigasi kekeringan,” ujarnya.

Ali Jamil menyebutkan, total bantuan pompa air dari tahun 2020-2022 sebanyak 18.922 unit. Khusus daerah yang sumber airnya masih tersedia dan mencukupi, disarankan untuk segera manfaatkan Alsintan dan kerahkan Brigade Alsintan untuk melakukan percepatan tanam padi dan komoditas lainnya.

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto menambahkan, pihaknya siap membantu menyediakan infrastruktur yang diperlukan bagi daerah-daerah terdampak kekeringan dengan menyediakan paket bantuan kepada petani.

“Pertama adalah pompanisasi dan pipanisasi. Bantuan tersebut digunakan untuk menarik air dari sumber-sumber yang ada, baik dari sungai maupun mata air,” ujarnya.

Dia juga menyebut, petani serta Dinas Pertanian setempat harus bersinergi mengantisipasi kekeringan ini. Salah satu upayanya adalah pengawalan gilir giring irigasi, penanganan illegal pumping, dan sosialisasi dalam mematuhi jadwal tanam.

Dia mencontohkan, sejumlah daerah yang telah mengikuti program pipanisasi untuk menarik air dari sungai pada musim kemarau lalu di antaranya Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal. Intinya, jika daerah-daerah yang terancam kekeringan memiliki sumber air, maka akan dibantu dengan pompa dan pipa.

“Ini bisa menyelamatkan lahan sawah yang terancam gagal panen. Bila ada daerah lain juga membutuhkan, silakan ajukan permintaannya,” ungkapnya.

Kementan juga bisa menyediakan pembangunan embung atau long storage. Dia menerangkan, program ini untuk kelompok tani guna menampung air di musim hujan (bank air) kemudian dialirkan ke sawah bila dibutuhkan. Hal lain yang bisa dilakukan, kata Rahmanto, membangun sumur dangkal (sumur bor) di lahan-lahan yang mengalami kekeringan.

“Kami akan lakukan koordinasi dan memonitor ketersediaan air waduk dan bendungan. Melakukan penertiban pompa-pompa air ilegal di sepanjang saluran irigasi utama,” jelasnya. PRP

Tepat, Langkah Kementan Antisipasi El Nino

Mantan Menteri Pertanian 2009, Suswono mendukung langkah dan antisipasi pemerintah dalam menghadapi cuaca kering ekstrem yang dipicu El Nino dengan secara aktif terus menyiapkan kebutuhan air, baik yang berasal dari sumur bor, irigasi maupun embung.

Menurutnya, langkah tersebut harus dilakukan mengingat lahan sawah di beberapa daerah adalah tadah hujan.

Oleh karena itu, peringatan akan adanya El Nino ini sejatinya menjadi sangat penting agar tentu saja stok pangan kita tersedia untuk mengantisipasi pada saat terjadi penurunan produksi.

“Pemerintah biasanya sudah mengantisipasi. Karena kalau kita bicara produksi pangan, pasti kita bicara tentang air. Nah, air ini kan harus tersedia sepanjang tahun,” ujar Suswono.

Sejauh ini, tambah Suswono, Kementerian Pertanian sudah mempersiapkan program embung secara baik, sehingga lahan sawah yang kategori tadah hujan bisa terairi secara merata. Menurutnya, program semacam ini yang diperlukan petani dalam menjaga produksi.

“Tentu saja Kementerian Pertanian harus mempersiapkan program-program rutin seperti membuat embung yang banyak di berbagai tempat, terutama yang tadah hujan yang tidak ada irigasi. Kalau untuk yang ada irigasi, sepanjang suplai airnya aman, saya kira tidak ada masalah,” katanya.

Berikutnya, dia menilai kehadiran penyuluh di tiap kecamatan sangat membantu dalam menguatkan petani yang terus berproduksi. Penyuluh bagi Suswono harus menjadi garda terdepan dalam membantu petani menyiapkan suplai air dari berbagai titik.

Dengan berbagai antisipasi tersebut, Suswono berharap Indonesia mampu melewati cuaca ektrem musim kemarau panjang yang berpotensi menurunkan produksi dalam negeri. Sekali lagi, kata dia, peran petani dalam menyediakan air perlu didampingi penyuluh yang tersebar di tiap kecamatan.

“Dan saya kira biasanya para penyuluh itu sudah memberikan penjelasannya kepada para petani bahwa akan terjadi El Nino. Oleh karena itu mereka harus menyiapkan pompa-pompa untuk mengambil air dari sungai atau mungkin dari sumber-sumber lain yang memungkinkan untuk dialirkan ke sawah-sawah,” jelasnya. YR