Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengajak petani memfungsikan atau memanfaatkan alat dan mesin pertanian (Alsintan) selama 24 jam. Hal ini perlu dilakukan untuk mewujudkan dan memajukan pangan serta mensejahterakan petani.
Dia menilai, capaian Kementerian Pertanian (Kementan) yang spektakuler adalah buah dari kerja keras segenap jajaran Kementan yang — sejak dipimpinnya — bertekad untuk memajukan pertanian tanah air.
Amran selalu berpesan kepada seluruh jajaran Kementan untuk terus bekerja keras dalam mewujudkan swasembada dan kesejahteraan petani. “Kami siap bekerja 24 jam untuk mewujudkan swasembada dengan terus meningkatkan produksi komoditas pertanian,” katanya.
Dia menegaskan, maksud dari 24 jam ini bukan berarti petani atau pegawai tidak pernah tidur, tapi bagaimana “kami sebagai aparatur siap melayani petani jika dibutuhkan.”
Kalau saat mengolah lahan, misalnya, setiap petani bisa sambil bergantian antara petani satu dengan yang lainnya, tetapi Alsintannya tidak boleh berhenti atau terus bekerja untuk mengolah. Hal lain, misalnya, pelayanan dalam pengurusan ekspor. Itu sudah pasti tidak boleh berhenti atau layanan 24 jam dalam 7 hari.
“Layanan ekspor kan sudah online. Jadi, tidak perlu pegawainya menunggu sampai dengan 24 jam tidak tidur. Biar server-nya (peladen) terus berkerja 24 jam. Petugasnya tinggal mengontrol dari jauh, memantau dan mengawasi selama 24 jam, “ tegasnya.
Amran meminta petani agar mengawal Alsintan bantuan bekerja 24 jam. Maksudnya 24 jam kerja adalah Mesin excavator kerja 3 shift, dengan 8 jam per shift.
Selama ini Alsintan hanya kerja 1 shift, sehingga pemanfaatannya tidak maksimal. Padahal, dengan Alsintan petani bisa menggarap lahan lebih cepat dan dapat menghemat biaya.
Mentan Amran berharap target yang dicanangkan untuk membuka lahan seluas 200.000 hektare (ha) lahan rawa pasang surut melalui program SERASI di Sumsel bisa mencapat target yang diinginkan
“Target pembukaan lahan rawa di Sumsel 200.000 ha. Jika ini tercapai, maka Sumsel bisa meningkatkan penghasilan sebesar Rp14 triliun,” katanya saat kunjungan kerja di Kecamatan Muara Padang, Banyuasin, Sumsel, Rabu (28/8/2019).
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, kecepatan dalam melaksanakan pekerjaan tentu harus dimaksimalkan. Mentan Amran mengibaratkan, jika lomba balapan mobil, pasti yang dituju oleh setiap pembalap adalah juara pertama.
Tidak ada pilihan selain menginjak pedal gas untuk tetap dalam kondisi kecepatan tinggi, tetapi tentunya dengan kehati-hatian dan kontrol yang baik agar tujuan yang dituju tercapai dengan sempurna.
Mentan Amran menegaskan, program-program yang dijalankannya selama periode lima tahun berjalan dengan baik, seperti pemanfaatan Alsintan dan bantuan sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida).
Program lainnya, yaitu Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB), Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA), Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI).
Program ini semua dilakukan untuk mencapai Indonesia Menjadi Lumbung Pangan Dunia di tahun 2045 serta meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia, berjalan sesuai keinginan.
Dia mengatakan, semua program tersebut dipantau setiap hari selama 24 jam, bahkan kemarin hari Selasa sampai Kamis, bersama Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, ada di lokasi rawa untuk melihat langsung kemajuan pelaksanaan program SERASI di tiga Kabupaten yaitu Banyuasin, Ogan Kemilir Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin.
“Saya tugaskan Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen PSP untuk selalu memantau perkembangannya. Kalau perlu para Dirjen tersebut tidur di rumah-rumah penduduk agar mereka juga merasakan apa yang dirasakan oleh para petani, “ tegasnya.
Hemat Biaya
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengakui, penggunaan Alsintan dapat menghemat biaya dan tenaga kerja.
Dia mencontohkan pengolahan tanah satu hektare dengan manual/cangkul membutuhkan tenaga kerja sebanyak 30-40 orang/hari dengan lama kerja 240-400 jam, dengan biaya mencapai Rp2 juta-Rp2,5 juta.
Namun, dengan mekanisasi menggunakan traktor tangan, tenaga yang dibutuhkan hanya dua orang dengan waktu kerja 16 jam/ha, dengan biaya hanya Rp900.000 hingga Rp 1 juta.
Contoh lainnya, penyiangan secara manual membutuhkan tenaga kerja sebanyak 15-20 orang dengan jumlah jam kerja 120 jam/ha. Biaya yang dibutuhkan mencapai Rp600.000.
Namun, mekanisasi menggunakan power weeder, jumlah tenaga kerja yang diperlukan hanya dua orang dengan jumlah jam kerja 15-27 jam/ha, dengan biaya hanya Rp400.000.
Untuk menggunakan Alsintan, menurut Paimin, petani atau kelompok tani yang menyewa combine harvester hanya dipatok dengan harga sewa sebesar Rp1,2 juta/ha. Sewa combine harvester ini sangat murah dibandingkan dengan biaya panen secara manual.
Selain biayanya lebih murah, petani juga lebih efektif dan efisien ketika panen menggunakan combine harvester. Kehilangan hasilnya juga sangat sedikit, sehingga banyak petani yang beralih menggunakan alat panen tersebut.
Sementara Ketua UPJA Jaya Makmur, Paimin menyebutkan, sewa Alsintan cukup diminati para petani. “Minat petani sewa Alsintan tiap musim tanam dan panen cukup bagus,” katanya.
Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Jaya Makmur yang berlokasi di Desa Wringin Agung, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Pada musim panen awal tahun 2019 lalu, penyewaan combine harvester di UPJA Jaya Makmur banyak diminati petani.
“Lumayan sewanya laris-manis. Yang sewa combine harvester tak hanya petani disini, tapi petani dari kecamatan lain seperti Kecamatan Blimbing Sari (dekat bandara) dan Kecamatan Srono,” katanya.
Usaha penyewaan alsintan UPJA Jawa Makmur bukan hanya combine harvester, tapi juga Alsintan olah tanah dan tanam. Namun, mesin traktor dan combine harvester adalah Alsintan yang sangat favorit digunakan petani saat olah tanah dan panen.
Bahkan saat musim kemarau (Juli-Agustus), petani di Kecamatan Gambiran tetap mengolah lahan, karena adanya saluran irigasi teknis. Karena itu, petani bisa tanam padi 3 kali setahun (IP 300).
“Sebagian lainnya masih bisa melakukan olah lahan untuk tanam palawija, seperti jagung. Ada sebagian yang saat ini beralih ke tanaman horti seperti, buah naga,” tegasnya. PSP