Menyusut, Kepercayaan terhadap Pasar Karbon Sukarela

* Nama-nama Besar Mundur

Ilustrasi Kawasan hutan Indonesia

Pasar karbon sukarela (voluntary) menyusut untuk pertama kalinya dalam 7 tahun terakhir. Sejumlah perusahaan besar, seperti raksasa makanan dunia Nestle dan rumah mode Gucci, mengurangi pembelian. Selain itu, berbagai studi mengungkapkan beberapa proyek perlindungan hutan tidak menghasilkan penyimpanan emisi seperti yang dijanjikan.

Melestarikan hutan sangat penting untuk memenuhi target internasional membatasi kenaikan suhu global guna mencegah akibat-akibat paling ekstrem dari pemanasan global.

Penurunan pasar karbon sukarela ini jelas kabar buruk buat negara-negara miskin, yang akan mengalami kerugian jika terjadi pelambatan aliran dana dari perusahaan multinasional untuk membiaya berbagai proyek mitigasi iklim.

Kenya, misalnya. Negeri ini sedang berusaha menjadi pusat perdagangan offset karbon, yang didasarkan pada proyek-proyek penanaman pohon untuk memitigasi gas rumah kaca yang dihasilkan sebuah perusahaan.

Menurut data BloombergNEF, permintaan kredit karbon terus mengalami penurunan tahun 2023 ini. Jumlah kredit yang dipakai oleh perusahaan turun 6% pada semester I-2023, penurunan pertama dalam 7 tahun.

Data dari perusahaan konsultan Ecosystem Marketplace malah menunjukkan penurunan yang lebih tajam, yakni 8%, pada periode yang sama. Data dari kedua pemberi layanan ini kemungkinan diperbarui secara retroaktif (surut) seiiring dengan revisi pencatatan offset.

Gucci tidak memberikan rincian keuangan dari saham karbon offset-nya atau pun memberi komentar mengapa mereka menghapus klaim sebagai perusahaan yang sepenuhnya netral karbon di situs web-nya.

“Gucci sedang dalam proses peninjauan strategi iklim dan komitmennya dengan tujuan mencapai dampak yang paling positif secara keseluruhan,” demikian pernyataan jubir Gucci dalam surel.

Sedangkan Nestle, yang juga tidak mengungkapkan berapa anggaran belanja karbon offset mereka, akan menghentikan penggunaan karbon offset dan akan mencari jalan lain untuk mencapai net zero emisi alias netral karbon.

Di samping itu, Nestle juga telah membatalkan rencana membuat produk yang netral karbon, termasuk wafer KitKat.

“Kami beralih dari investasi di penyeimbang (offset) karbon untuk berbagai jenama kami pada investasi program dan praktik-praktik yang membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dalam rantai pasok dan operasional kami sendiri, di mana itu semua memberi perbedaan yang sangat besar dalam upaya mencapai ambisi net zero kami,” kata pernyataan itu.

Sementara tiga orang yang tak mau disebut jatidirinya karena tidak berwenang bicara mengatakan, Gucci telah berhenti membeli karbon offset dari South Pole.

CEO South Pole, Renat Heuberger mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaannya selalu mengikuti metodologi yang telah disetujui untuk berbagai proyek tersebut.

“Tidak ada jalan lain untuk untuk melakukan proyek-proyek deforestasi. Anda tidak bisa tahu 10 tahun ke depan berapa tingkat deforestasi yang terjadi,” katanya kepada Reuters, Sabtu (2/9).

Harga kualitas

Ecosystem Marketplace mengatakan, yang jadi persoalan adalah kualitas dari skim proyek-proyek kredit karbon.

“Hasil negatif dari sejumlah studi mengenai kredit karbon menimbulkan cukup kekhawatiran buat perusahaan-perusahaan untuk menyetop sementara pembelian dan menunggu panduan lebih lanjut mengenai jenis kredit yang harus mereka beli,” ujar Direktur Pelaksana Ecosystem Marketplace, Stephen Donofrio.

“Perusahaan-perusahaan bergerak pada arah yang benar, bahwa terdapat peningkatan preferensi terhadap kredit yang kualitasnya lebih tinggi dan lebih mahal.”

Sejumlah studi yang diterbitkan pada Januari dan Maret oleh media massa menunjukkan bahwa pengembang proyek besar South Pole — bersama dengan lembaga verifikator kredit karbon Verra — terkait dengan kredit perlindungan hutan yang tidak menghasilkan penyimpanan karbon sesuai dengan yang dijanjikan.

Sampai tahun ini, pasar karbon sukarela terus tumbuh ketika makin banyak perusahaan — yang mendapat tekanan dari para pemegang sahamnya — untuk mengadopsi kebijakan net zero emisi.

Menurut perkiraan Boston Consulting Group, pasar karbon sukarela yang tahun 2021 mencapai 2 miliar dolar AS, akan mencapai 10 miliar sampai 40 miliar dolar AS pada tahun 2030.

Namun, kredit karbon sudah lama berjuang untuk mendapatkan kepercayaan. Berbagai kelompok pecinta lingkungan mengatakan, mereka membolehkan perusahaan untuk terlihat melakukan aksi iklim meski pada kenyataannya mereka tidak memangkas emisi.

Harga rontok

Ketika permintaan melemah, harga kredit karbon offset yang diperdagangkan melalui pasar Xpansiv CBL — bursa spot karbon terbesar di dunia — anjlok lebih dari 80% selama 18-20 bulan.

Harga kontrak Global Emission Offset (GEO) mereka, yang termasuk proyek-proyek yang memenuhi syarat berdasarkan skim offset maskapai penerbangan CORSIA, diperdagangkan 1,6 dolar AS/ton pada Julia atau turun dari harga puncak 8,85 dolar AS/ton pada November 2021. Sementara GEO berbasis Alam dihargai 2,60 dolar AS/ton atau turun tajam dari 11,75 dolar AS/ton pada Januari 2022.

Perusahaan menggunakan pasar karbon sukarela, di mana mereka memperjual-belikan kredit karbon offset yang mewakili penghindaraan atau penghapusan emisi karbon, untuk memitigasi setiap gas rumah kaca yang mereka hasilkan.

Namun, mengukur penghematan karbon terhitung sulit. Kalangan analis menyatakan, sebagian besar proyek yang ada terlalu berlebihan (overestimate) menilai manfaat yang mungkin berjangka pendek yang diberikan pohon, mengingat pohon mudah dihancurkan, misalnya.

Maskapai penerbangan EasyJet mengatakan pada September 2022, mereka akan menghentikan program karbon offset dan fokus pada pemangkasan emisi dari operasionalnya.

“Tidak dapat disangkal bahwa ini merupakan area yang mendapat banyak pembahasan dan ketidakpastian di media massa,” papar Direktur Kelestarian EasyJety, Jane Ashton.

EasyJet telah membeli kredit karbon offset perlindungan hutan yang telah diverifikasi Verra. Ashton mengatakan, pihaknya sudah mendapat jaminan penilaian dari pihak ketiga bahwa program itu memberikan penghematan karbon seperti yang dijanjikan.

Verra mengatakan akan menerbitkan peraturan baru mengenai proyek perlindungan hutan pada kuartal ketiga.

Direktur senior Verra, Naomi Swickard mengatakan, laporan pers yang negatif sayangnya telah mendorong banyak perusahaan bertanya: “Mengapa saya harus melakukan ini, dan berinvestasi pada sesuatu yang mungkin hasilnya akan diserang oleh pers?”

“Dalam banyak kasus, hal itu mengurangi keinginan korporasi untuk bertindak terhadap iklim,” katanya.

Salah satu proyek yang dapat kritikan karena terlalu berlebihan dalam hal penghematan karbon dan telah disertifikasi oleh Verra adalah proyek Kariba, Zimbabwe. Proyek karbon offset ini tidak dijual sejak Oktober, kata Direktur Investasi Karbon Hijau Steve Wentzel kepada Reuters.

Wentzel mengatakan, proyek ini dibiayai selama beberapa tahun, tapi setelah itu outlook-nya tidak jelas.

Jangan bergantung pada karbon offset

Buat pasar karbon, masalah lainnya adalah regulator dan badan penasehat pasar karbon yang membatasi cakupan penggunaan kredit karbon oleh perusahaan. PBB dan Inisiatif Integritas Pasar Karbon Sukarela atau Voluntary Carbon Markets Integrity Initiative (VCMI) mengatakan, perusahaan tidak boleh terlalu bergantung pada mereka.

Parlemen Uni Eropa berencana mulai tahun depan melarang penggunaan klaim-klaim lingkungan yang hanya didasarkan pada skim karbon offset, sementara rancangan standar pelaporan karbon Uni Eropa mengharuskan perusahaan melaporkan jejak karbon mereka sebelum mengurangi dengan kredit karbon atau penghindaran emisi apapun.

Konsultan Normative yang berbasis di Stockholm, yang membantu perusahaan menghitung jejak karbon mereka, mengatakan bahwa klien-klien mereka menjadi khawatir untuk menggunakan kredit karbon dan memahami bahwa tanpa uji tuntas yang memadai mengenai apa yang mereka beli, perusahaan berisiko dituduh melakukan greenwashing alias sekadar pencitraan sebagai perusahaan ramah lingkungan.

“Mereka (perusahaan) tidak melihat kredit karbon sebagai suplemen atau pelengkap atas tindakan nyata mereka mengurangi emisi,” ujar Kristian Rönn, co-founder Normative.

“Anda perlu mengurangi emisi dan dengan itulah Anda akan dinilai di pasar ketika Anda membuka emisi karbon Anda.”

Penggunaan tindakan hukum kemungkinan juga cara membuat gentar lebih lanjut.

Maskapai penerbangan KLM menghadapi gugatan di pengadilan Belanda, yang diajukan oleh kelompok lingkungan terkait dengan dugaan memanfatkan secara komersial citra perusahaan yang ramah lingkungan kepada konsumen, termasuk penggunaan kredit karbon offset.

KLM menyatakan pihaknya berharap dapat memperdebatkan kasusnya ini dan terus berupaya meningkatkan komunikasi dengan para pelanggannya.

Perusahaan seperti Tullow Oil memilih untuk mengembangkan proyek mereka sendiri ketimbang mengandalkan kredit karbon dari pihak luar. Kini mereka sedang mengerjakan proyek konservasi hutan di Ghana, dan diperkirakan mengambil keputusan final untuk investasi tahun ini.

“Memiliki keterlibatan yang lebih erat memastikan kami untuk berhasil sejak awal. Sisi negatifnya, investasi pada proyek kami sendiri, dibandingkan membeli kredit offset yang sudah ada di pasar, memberikan risiko reputasi tambahan. Itulah sebabnya kami punya peran tata kelola dalam proyek kami itu,” papar Rob Hayward, pimpinan perubahan iklim Tullow. AI