Komoditas hasil pertanian Indonesia, seperti kelapa sawit, kakao da karet, yang selama ini menjadi pemasok utama devisa Indonesia dari sektor non migas, saat ini sedang mengalami tantangan.
Akibat kondisi ekonomi global yang belum pulih serta adanya pesaing dari komoditas sejenis lainnya serta hambatan dari negara pengimpor, perolehan devisa dari komoditas hasil pertanian itu mengalami penyusutan.
Contoh nyata besarnya tantangan itu adalah komoditas kelapa sawit. Saat ini harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional telah mengalami penurunan hingga di bawah 750 dolar AS per ton. Selain harga yang turun drastis, upaya ekspor CPO ke mancanegara juga tidaklah mudah. Ada sejumlah negara negara yang berusha mencegah masuknya CPO Indonesia. Yang terbaru adalah kebijakan pemerintah Prancis yang menerapkan bea masuk (BM) sebesar 300 persen terhadap sawit asal Indonesia.
Melihat kondisi pasar internasional yang kurang baik itu, sebaiknya Indonesia perlu mencari alternative lain agar produksi CPO, yang tahun 2014 ini diperkirakan mencpai 30 juta ton, bisa terserap semua dengan harga jual yang wajar.
Untuk saat ini, alternatif itu bisa berupa mendorong peningkatan biodiesel di dalam negeri. Dengan peningkatan penggunaan biodiesel di dalam negeri tentunya akan banyak CPO yang terserap di dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap ekspor CPO ke mancanegara.
Memang, penggunaan bioediesel di dalam negeri sudah duterapkan oleh pemerintah. Penggunaan campuran bahan bakar nabati 10 persen pada solar atau disebut B10 yang sudah dilakukan pemerintah. Dari penggunaan biodiesel itu, sudah mampu menghemat anggaran negara hingga 4 miliar dolar AS.
Namun, dengan produksi CPO yang begitu besar dan lesunya pasar internasional. Volume biodiesel yang dapat diguakan pemerintah sebagai campuran bahan bakar kendaraan, bisa ditingkatkan lagi. Minimal bisa ditingkatkan sebanyak dua kali lipat atau sebesar 20 persen. Selain banyak CPO yang terserap, pemerintah juga bisa menghemat anggaran sekitar 8 miliar dolar AS.
Agar penggunan biodiesel di dalam negeri bisa meningkat, diperlukan sikap tegas dari pemerintah untuk mewajibkan penggunaan biodiesel pada alat transportasi.
Selain itu pemerintah juga semestinya mewajibkan industri dan perusahaan negara, seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), meningkatkan penggunaan biodiesel. Saat ini PLN baru menggunakan sekitar 6 ribu ton biodiesel.
Pemerintah juga perlu meyakinkan produsen atau pengguna kendaraan bermotor kalau biodiesel tidak merusak mesin. Atau untuk mengantisipasi dampak negatifnya, pemerintah dapat menghimbau produsen kendaraan agar menyesuiakan mesinnya dengan penggunaan biodiesel.
Jika penggunaan biodiesel bisa ditingkatkan lagi, tentunya tak perlu lagi adanya kekhawatiran mengenai penyerapan produksi CPO Indonesia yang setiap tahun terus mengalami peningkatan. Penyerapan di dalam negeri juga bisa mendorong terjadinya stabilisasi harga CPO dengan tren melonjak di pasar internasional.