Kelapa sawit adalah komoditas yang besar dan sangat potensial di Indonesia, namun edukasi soal sawit kepada masyarakat khususnya generasi muda masih sangat diperlukan. Terlebih isu yang kerap memojokkan kelapa sawit masih saja kerap muncul.
“Sepuluh tahun silam perspektif terhadap kelapa sawit masih sangat buruk. Ada yang masih bilang kelapa sawit biang deforestasi , tidak sehat dan kampanye negatif lainnya,” ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonsia (GAPKI), Joko Supriyono, di acara Anugerah Sawit Fest 2021, di Jakarta, Kamis (23/09/2021) .
Padahal, ungkap Joko, bicara sawit itu tidak main-main lantaran produksi kelapa sawit di Indonesia telah sangat besar, baik itu sebagai konsumen dan eksportir terbesar di dunia. “Kita sudah sebagai produsen sawit terbesar. Oleh karena itu kita mengajak para generasi muda tidak hanya terbesar maka kita juga harus kuat. Kita juga harus menang bersaing di pasar. Kenapa perlu menang bersaing karena saingannya banyak,” kata Joko.
Guna menambah literasi sawit yang lebih baik kepada generasi muda, sekaligus sebagai upaya dalam memberikan keseimbangan informasi tentang kelapa sawit, media Info Sawit menggelar acara Sawit Fest 2021.
Kegiatan yang diikuti 2.394 peserta itu didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Bumitama Gunajaya Agro Group, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asian Agri Group, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk., dan PT Cisadane Sawit Raya.
Deputi II Kepala Staf Kepresidenan, Abetnegotarigan, yang menjadi salah satu pembicara, melihat banyak kreativitas dan upaya dari para peserta untuk menghasilkan karya terbaik, tetapi juga dia mengingatkan jangan sampai hanya melihat sisi baiknya saja tetapi juga harus tetap kritis untuk melakukan pembenahan, reorganisasi dari para ganerasi muda untuk bisa mengembangkan industri kelapa sawit.
“Kelapa sawit mampu menyerap sekirar 16 juta pekerja, dimana sebanyak 4,2 juta pekerja lagsung dan sekitar 12 juta pekerja tidak langsung,” tutur Abetnego.
Hal senada juga dikatakan Direktur Kemitraan BPDP-KS, Edi Wibowo. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, Indonesia mampu meraih pendapatan devisa negara tahun 2020 dari sektor minyak sawit dan turunannya, sebesar 21,04 miliar dolar AS atau 13,58 persen terhadap neraca non migas.
“Besarnya pendapatan devisa negara dari sektor sawit ini, merupakan keberhasilan bagi seluruh pemangku kepentingan sawit nasional,” ujarnya.
Sementara Direktur PT Cisadane Sawit Raya Tbk, Seman Suhenda, mengharapkan industri sawit Indonesia tidak seperti di Malaysia yang perkebunan kelapa sawitnya dianggap 3D, yakni Dirty (kotor), Dangerous (bahaya) dan Degrading (merendahkan).
“Sebab itu industri kelapa sawit di Malaysia seperti terhenti pengembangannya dan sulit dalam memperoleh tenaga kerja,” jelas Seman.
Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam mengembangkan sektor sawit ini, seperti berada di jalur khatulistiwa, memiliki iklim yang cocok dengan sawit, alhasil pohon menghasilkan produktivitas tinggi.
“Sebab itu kenapa kita harus menolak sawit, semestinya itu menjadi berkah bagi Indonesia yang patut disyukuri,” tandas Seman.
Sementara itu Pemred InfoSawit, Ignatius Ery Kurniawan menilai tatangan kedepan yang dihadapi industri sawit ada di generasi muda, lantaran generasi ini akan menjadi penentu pengembangan sawit kedepannya dan selayaknya bisa memberikan estafet kepada generasi muda untuk terus bertumbuhnya industri kelapa sawit.
“Kami juga memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang sampai saat ini banyak mendukung kelapa sawit dan mewujdukan pendidikan secara kreatif bagi generasi muda,” tandas dia.
Kegiatan Sawit Fest berisikan lomba yang terdiri atas kategori desain poster, fotographi, penulisan esai dan video kreatif. Total ada 3.196 karya yang ikut dalam kegiatan itu. Buyung N