Petani Diimbau Manfaatkan Dryer

Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Karya Bersama mengoperasikan dryer atau mesin pengering padi. Petani diimbau untuk memanfaatkan dryer bantuan Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2018 tersebut.

Dryer berkapasitas  6 ton/hari memang baru dioperasikan pada Februari 2019. Agar maksimal, pengurus UPJA terus melakukan sosialisasi ke petani.

Manajer UPJA Karya Bersama, Muhson mengatakan, sangat bangga UPJA yang dikelola sejak tahun 2015 lalu bisa mengoperasikan dryer. Nantinya, petani Desa Megonten, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng) saat panen di musim penghujan bisa memanfaatkan mesin pengering padi tersebut.

“Kami juga berharap para ‘juragan’ yang biasa membeli padi petani juga bisa memanfaatkan dryer  yang kami miliki,” kata Muhson, di Demak, Rabu (12/6/2019).

Menurut Muhson, karena dryer-nya baru dioperasikan Februari lalu, maka yang memanfaatkan mesin pengering tersebut masih sebagian kecil petani di sekitar Desa Megonten.

Kebetulan, panen padi awal tahun di Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak, Jateng bertepatan dengan musim kemarau. Sehingga, petani yang memanfaatkan mesin pengering tersebut relatif sedikit.

“Karena itu, kami terus melakukan sosialisasi ke petani supaya mau memanfaatkan mesin pengering pada saat panen di musim hujan. Jadi, petani Desa Megonten ke depan tak usah khawatir menjemur padi  ketika musim hujan tiba,” papar Muhson.

Muhson mengatakan, kehadiran alat pengering padi tentunya sangat bermanfaat bagi petani di Kabupaten Demak, Jateng. Pasalnya, sejumlah petani padi di Demak sangat kesulitan menjemur padi di musim penghujan, karena lantai jemur mereka terbatas.

Dengan keterbatasan lantai jemur, padi yang mereka jemur pun tingkat kekeringannya tidak bisa maksimal. “Mesin pengering padi ini akan kami kelola dengan baik. Petani kami harapkan bisa memanfaatkan alat pengering ini dan tak perlu repot lagi menjemur padi saat panen di musim penghujan,” jelasnya.

Menurut Muhson, sebelum mengoperasikan mesin pengering padi tersebut, manajemen UPJA Karya Bersama sudah mendapat pelatihan cara mengoperasikanya dari dinas terkait.

Bahkan, dalam hal pengelolaan, manajemen UPJA Karya Bersama juga akan berkoordinasi dengan dinas terkait. Sebab, cara mengoperasikan dan mengelola dryer ini berbeda dengan rice transplanter, traktor maupun combine harvester.

Muhson mengatakan, manajemen UPJA Karya Bersama akan memaksimalkan pengelolaan mesin pengering padi berkapasitas 6 ton/hari  tersebut.

Untuk mengoptimalkan mesin pengering padi tersebut, manajemen UPJA Karya Bersama ke depan akan membeli gabah petani yang baru saja dipanen. Gabah tersebut, selanjutnya akan dikeringkan dengan dryer. Setelah dikeringkan, gabah tersebut langsung diolah di mesin penggilingan.

Dia menjelaskan, mesin pengering tersebut akan terhubung atau terintegrasi dengan mesin penggilingan padi milik UPJA Karya Bersama. Karena itu, pengelolaan mesin pengering padi tersebut bisa disatukan dengan mesin penggiling padi.

Menurut Muhson, padi yang dikeringkan dengan dryer  kadar airnya bisa ditekan sekitar 16-20/jam. Karena itu, petani tak usaha khawatir produksi padi yang dihasilkan pada musim penghujan akan turun. “Berkat dryer inilah, kami berharap produksi padi di musim penghujan  masih tetap tinggi,” katanya.

Berkah di Musim Panen

Sementara itu UPJA Taju Jawa di Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan,  Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga merasakan berkah jika musim panen tiba.

“Tiap musim panen raya tiba sekitar Maret menjadi berkah bagi kami, karena petani yang sewa combine harvester cukup banyak,” kata Direktur UPJA Taju Jawa, Didik Purwadi Nugroho, di Jakarta.

Dari kegiatan penyewaan combine harvester, UPJA Taju Jawa mampu mendapatkan penghasilan (kotor, Red.) sebesar Rp45 juta-Rp50 juta/musim panen.

UPJA Taju Jawa memang sudah sejak tahun 2012 menyewakan alat dan mesin pertanian (Alsintan) seperti traktor, rice transplanter, dan combine harvester kepada petani di Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan,  Jawa Tengah.

Bahkan, sampai saat ini manajemen UPJA Taju Jawa masih fokus menyewakan Alsintan kepada petani di Kecamatan Prambanan dan sekitarnya.

Sewa Alsintan yang dilakukan UPJA Taju Jawa memang diarahkan kepada petani kecil yang lahannya tak luas. Sehingga, Alsintan yang digunakan pun disesuikan dengan luas lahan petani.

“Jadi, kami sewa Alsintan ke petani dengan telaten mulai dari luas lahan 1.700-2.200 m2  kami lakukan untuk membantu sekaligus mengenalkan mekanisasi pertanian ke petani,” ujar Didik.

Didik mengatakan, UPJA Taju Jawa yang didirikan tak seperti perusahaan jasa Alsintan lainnya yang banyak menyewakan Alsintannya, khususnya combine harvester, sampai ke luar daerah.

“Justru kami menyewakan Alsintan ke petani-petani kecil dengan ongkos sewa terjangkau. Kalau petani di daerah kami (Kecamatan Parambanan) sudah terlayani semua, barulah kami menyewakan combine harvester ke daerah lain, seperti ke petani Kabupaten Bantul,” paparnya.

Menurut Didik, musim panen raya (padi) awal tahun ini yang dimulai pada Maret lalu di Kecamatan Prambanan dan sekitarnya mulai habis. Diperkirakan musim panen raya awal tahun ini tinggal 1-2 minggu lagi (sampai minggu pertama Mei 2019, Red.).

Kendati musim panen awal tahun ini hampir usai, manajemen UPJA Taju Jawa tetap optimis bisa mengotimalkan combine harvester dan Alsintan lainnya ke petani. “Kalau panen awal tahun ini kami siapkan satu unit combine harvester. Nah, Juni ini ada panen padi lagi di Kecamatan Prambanan dan sekitarnya. Untuk musim panen Juni nanti kami siapkan dua combine harvester,” katanya

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, peran UPJA dalam mengoptimalkan pemanfaatan Alsintan cukup besar. “Selain itu, UPJA bisa memenuhi kebutuhan petani. Jadi, ada UPJA petani dapat sewa alat-alat untuk keperluan usaha taninya,” katanya.

Menurut dia, sudah banyak UPJA yang berkembang. Bahkan, ada UPJA yang usahanya tidak hanya sewa-menyewa Alsintan, tetapi melebar ke bisnis lainya yang terkait dengan usaha tani, seperti benih dan sebagainya. PSP