Petani Tetap ke Sawah Amankan Produksi Pangan

* Di Tengah Pandemi COVID-19

Ancaman COVID-19 tidak membuat petani patah semangat dalam menyediakan bahan pangan penduduk Indonesia. Di beberapa daerah, petani tetap menjalankan kegiatan usaha tani seperti melakukan panen atau tanam padi.

Contohnya di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tepatnya di Kampung Cilampayan, Desa Pasirtanjung, Kecamatan Cikarang Pusat. Saat ini, petani setempat sedang giat-giatnya mengolahan lahan sawah dengan menggunakan traktor roda 4 (TR4) di areal sawah seluas 25 hektare (ha).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, masa pandemi COVID-19 ini adalah saatnya semua lini bergerak untuk membantu dan meyakinkan bahwa kondisi akan menjadi baik.

“Negara sedang dalam kondisi yang tidak biasa dan kita sebagai pejabat pemerintah di bidang pertanian harus hadir menyediakan pangan untuk masyarakat Indonesia,” katanya.

Dia menambahkan, yang terlihat bahwa panen padi masih berlangsung di beberapa wilayah, proses menanan juga langsung dilakukan, kebutuhan pangan rakyat dipastikan tercukupi karena stok beras tersedia.

Data Kementan mencatat, stok beras akhir Maret 2020 sebanyak 3,45 juta ton. Rinciannya di gudang Bulog sebanyak 1,4 juta ton, di penggilingan 1,2 juta ton, di pedagang 754.000 ton, dan di Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) 2.939 ton. Jumlah ini belum termasuk stok di masyarakat lainnya, seperti di rumah tangga dan horeka (hotel, restoran dan katering).

Produksi beras April-Juni 2020 ini diperkirakan sekitar 10,5 juta ton, dengan prediksi penurunan 4% dari perkiraan produksi yang sudah dirilis BPS. Jika dikurangi dengan kebutuhan April-Juni sekitar 7,6 juta ton, dan ditambah dengan stok akhir Maret, maka pada akhir Juni masih ada surplus 6,4 juta ton beras.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, untuk mendukung produksi beras, pihaknya terus mengupayakan ketersediaan air melalui Jaringan Irigasi yang optimal.

Selain itu, PSP juga akan memaksimalkan penggunaan alat mesin pertanian (Alsintan), seperti traktor roda 2 dan roda 4 untuk pengolahan tanah sehingga tanam lebih cepat.

“Proses panen dan tanam harus terus berjalan. Dengan menggunakan Alsintan, maka tidak membutuhkan banyak orang yang berkerumun saat melaksanakan panen. Alsintan seperti traktor roda 2 dan roda 4 juga bisa dimaksimalkan untuk pengelolaan tanah menjelang musim tanam,” ujarnya.

Sarwo Edhy menambahkan, petani juga bisa melakukan sewa pinjam Alsintan yang dikelola Brigadir Alsintan, Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di daerah masing-masing. “Dengan menggunakan Alsintan, petani akan lebih hemat dan lebih cepat dalam proses menanam juga panen,” jelas Sarwo Edhy.

Jadi Lebih Cepat

Hal itu dibenarkan Ketua Gapoktan Sri Rahayu Mandiri, H. Amin. Menurutnya, setelah selesai di Desa Pasirtanjung, TR4 yang dimiliki gapoktan bisa digunakan juga untuk areal persawahan di Kampung Rancakaso, Desar Pasir Ranji, Desa Hegarmukti serta Desa Sukamahi. Total cakupannya mencapai 120 ha.

“Alhamdulillah, dengan traktor jenis TR4 musim tanam tidak terhambat dan lancar. Traktor roda 4 ini digunakan rutin menjelang musim tanam,” katanya.

Amin menyebutkan, TR4 bantuan Kementan melalui Ditjen PSP ini tetap dapat digunakan di wilayah Kecamatan Cikarang Pusat. Dengan Alsintan ini petani bisa tanam  tepat waktu.

Tahun 2019, Gapoktan Sri Rahayu Mandiri mendapat bantuan Alsintan berupa TR4, pompa air dan handsprayer. Bantuan Alsintan ini dimanfaatkan dengan baik.

Amin menyebutkan, produktivitas tanaman padi varies Inpari 32 mencapai 8 ton/ha, naik dibandingkan panen sebelumnya yang hanya 6 ton/ha. Endah Fitriyah, penyuluh Desa Pasirtanjung — yang juga Koordinator Penyuluh di Kecamatan Cikarang Pusat — menambahkan, lahan tadah hujan di Desa Pasirtanjung hanya 25 ha. Tapi jika ditambah dengan enam desa lain di wilayah BPP Kecamatan Cikarang Pusat, maka luas total mencapai 120 ha.

“Kami terus berkoordinasi dan melakukan bimbingan walau dalam situasi seperti ini, sehingga poktan dapat terus berupaya menyiapkan lahan untuk musim tanam berikutnya,” papar Endah.

Dia menyebutkan, Alsintan bantuan pemerintah sangat membantu petani di Cikarang Pusat. “Petani merasa terbantu. Olah tanah menjadi cepat, sehingga tanam pun menjadi cepat juga. Penggunaan Alsintan itu cukup maksimal,” tegasnya.

Harus ke Sawah

Hal yang sama juga dialami petani di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng) dan Sleman Timur (Yogyakarta). Mereka tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan pangan utama masyarakat.

Di saat panen pada April 2020 lalu, petani banyak yang memanfaatkan combine harvester. Bahkan, setelah panen, mereka langsung olah lahan dan tanam dengan rice tranplanter.

“Kami, sebagai manajemen UPJA, tidak memiliki pilihan untuk bisa bekerja dari rumah (work from home/WFH). Kami pun tetap harus ke sawah mengerjakan rutinitas kerja,” ujar Direktur UPJA Taju Jawa, Didik Purwadi Nugroho di Jakarta, Senin (27/4/2020).

Menurut Didik, petani saat ini sudah mempercayakan pembibitan padi (produksi bibit) dan pengolahan hasil panen menjadi beras kepada para pelaku bisnis jasa Alsintan.

“Secara umum, pada musim panen April tahun ini produktivitas tanaman padi menurun, karena banyak tanaman padi yang teserang hawar daun, blast dan beluk,” katanya.

Didik juga mengatakan, banyaknya hama dan penyakit yang menyerang pertanaman padi pada musim tanam (MT-1) Oktober-Maret, salah satunya disebabkan tak adanya jeda hujan di akhir Januari 2020 selama lebih kurang 15 hari. Tingginya curah hujan tersebut menyebabkan merebaknya jamur.

“Pada musim panen ini, UPJA Taju Jawa telah memanen kurang lebih 12 ha tanaman padi,” ujar Didik.

UPJA Taju Jawa, lanjut Didik, juga sudah melakukan aktivitas penanaman padi kurang lebih 20 ha. Kemudian, penyemaian bibit aneka varietas mencapai 30.000 tray,  dan penggilingan padi  kurang lebih 60 ton GKG.

Meski petani dan manajemen UPJA tetap bekerja di tengah pandemi korona, Didik mengaku pihaknya juga menemui banyak kendala. Salah satu hambatannya adalah banyaknya ruas jalan di kampung yang ditutup warga.

“Penutupan akses jalan dilakukan oleh para tokoh kampung sebagai pelaksanaan program pemerintah untuk menghambat menyebarnya COVID-19. Ini mengharuskan kami untuk berjalan memutar jalan yang lebih jauh untuk menuju ke sawah pelanggan,” papar Didik.

Selain itu, sejumlah UPJA juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan suku cadang Alsintan. Sebab, para penyedia suku cadang Alsintan pun terkendala pengiriman barang dari luar negeri dan dari satu kota ke kota lain.

“Dalam kondisi seperti ini mengharuskan kami untuk lebih bersabar atau berupaya menyiasati kerusakan alsintan, tanpa mengganti suku cadang yang dibutuhkan,” ujarnya.

Didik memberi ilustrasi, salah satu importir suku cadang di Surabaya harus menunggu pengiriman barang dari China selama 45 hari. Padahal, dalam  kondisi normal, barang tersebut sudah sampai pada pengguna selambat-lambatnya 14 hari. “Pada umumnya penyedia suku cadang Alsintan tidak berani menyetok suku cadang impor dalam jumlah banyak. Biasanya mereka menyiapkan stok untuk 1 musim tanam, baik untuk Alsintan off-farm maupun on-farm,” katanya. PSP