Promosikan Hasil Riset, KLHK Luncurkan Teras Inovasi

(Kiri-kanan) Kepala BLI KLHK Agus Justianto, Dirjen PSKL KLHK Bambang Supriyanto, Kepala Pusat Litbang Sosial, Ekonomi, Kebijakan KLHK Syaiful Anwar, dan Kepala Pusat Litbang Hutan KLHK Krisfianti L Ginoga menunjukan hasil inovasil persuteraan alam saat peluncuran Teras Inovasi di Bogor, Kamis (21/11/2019).

Pusat Litbang Hutan Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan Teras Inovasi untuk mempromosikan berbagai hasil riset yang dihasilkan.

Kepala BLI KLHK Agus Justianto menjelaskan, BLI KLHK telah menghasilkan banyak inovasi. Sebut saja ulat sutera unggul, inokulan gaharu, benih unggul tanaman hutan, dan obat untuk penyakit karat puru pada tanaman sengon. Inovasi tersebut, kata dia, perlu dipromosikan dan disebarluaskan kepada masyarakat.

“Inovasi BLI KLHK diharapkan bisa menjadi solusi inovatif bagi masyarakat saat menghadapi tantangan pengelolaan lingkungan dan kehutanan. Masyarakat pun bisa memberi feed back yang bisa menjadi inspirasi penelitian selanjutnya,” kata Agus saat peluncuran Teras Inovasi di Bogor, Kamis (21/11/2019).

Teras Inovasi berlokasi di Kampus BLI, Gunung Batu, Bogor. Di sana masyarakat bisa mengeksplorasi berbagai inovasi BLI dan berinteraksi langsung dengan para peneliti dalam diskusi yang santai namun substantif.

Agus meminta agar para para peneliti terus menghasilkan inovasi yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Pengenalan inovasi kepada generasi milenial juga harus secara konsisten dilakukan. “Inovasi harus menjadi sebuah budaya,” katanya.

Turut hadir dalam peluncuran Teras Inovasi, Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (KLHK) Bambang Supriyanto dan Kepala Pusat Litbang Hutan Krisfianti L Ginoga.

Pada saat peluncuran digelar diskusi tentang budidaya ulat sutera. Peneliti BLI telah menghasilkan ulat sutera dan pohon murbei sebagai pakan ulat yang unggul. Pemanfaatan inovasi itu oleh masyarakat petani mampu meningkatkan produksi kokon hingga 39% dan benang sutera yang hingga 20% sehingga impor benang sutera bisa ditekan.

Sugiharto