SVLK Juga Bantu Turunkan Deforestasi

Krisis global yang terjadi sebagai dampak dari konflik Rusia-Ukraina rupanya tak menghalangi kinerja industri perkayuan Indonesia. Ini tercermin dari catatan pada semester I tahun 2022. Produksi kayu stabil sementara ekspor mengalami kenaikan.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diolah oleh Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) per 8 Agustus 2022, produksi kayu bulat sepanjang semester pertama tahun 2022 (Januari-Juli) menunjukkan angka yang cukup stabil.

Produksi kayu dari hutan alam tercatat sebesar 2,77 juta m3, turun tipis 2,8% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 2,85 juta m3.

Untuk kayu dari hutan tanaman, produksi tercatat sebesar 24,9 juta m3 turun tipis 5,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang sebesar 26,3 juta m3.

Sementara untuk produksi kayu dari Perum Perhutani (Jawa-Madura) tercatat sebesar 579.265 m3 naik 3,5% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 559.924 m3.

Untuk di hilir, ekspor secara umum mengalami peningkatan. Ekspor produk kayu pada semester I/2022 mencapai 8,35 miliar dolar AS atau naik sebesar 11,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang sebesar 7,4 miliar dolar AS.

Jika dibandingkan dengan total ekspor pada tahun 2021 — yang mencapai 13,57 miliar dolar AS — berarti catatan ekspor produk kayu hingga semester I/2022 tahun ini sudah sebesar 61,6%.

Tiga produk kayu yang mencatat ekspor terbesar pada semester ini adalah kertas, bubur kayu (pulp), dan panel kayu dengan nilai secara berturut-turut 2,43 miliar dolar AS, 1,94 miliar dolar AS, dan 1,91 miliar dolar AS.

Kinerja yang dicapai tersebut tidak lepas dari pasar yang terus tumbuh di sejumlah negara tujuan utama. Ekspor produk kayu Indonesia ke Jepang tumbuh 25% menjadi 936,1 juta dolar AS pada semester I/2022.

Sementara ekspor ke Amerika Serikat sebesar 1,47 miliar dolar AS, naik sebesar 19%; ekspor ke Uni Eropa+Inggris sebesar 768,5 juta dolar AS, naik sebesar 20%; dan  ekspor ke Republik Korea sebesar 483,7 juta dolar AS, naik 7,61%.

Kinerja ekspor di pasar-pasar utama itu masih mampu menopang penurunan yang terjadi di China yang merupakan pasar utama produk kayu Indonesia. Ekspor produk kayu Indonesia ke negeri tirai bambu pada Januari-Juli 2022 tercatat sebesar 1,78 miliar dolar AS. Angka ini turun 18,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 yang mencapai 2,19 miliar dolar AS. Penurunan ini terjadi di penghujung semester karena di kuartal pertama tahun 2022 ekspor ke China masih menunjukkan tren positif (lihat grafis).

Optimis

Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Agus Justianto optimis jika tren positif ini bisa dipertahankan. “Mudah-mudahan kinerja ekspor produk kayu tahun ini bisa menyamai tahun 2021 lalu,” katanya, Sabtu (3/9/2022).

Sekadar informasi, ekspor produk kayu pada tahun 2021 yang sebesar 13,57 miliar dolar AS adalah rekor tertinggi ekspor produk kayu Indonesia sepanjang sejarah.

Agus menjelaskan, di antara faktor yang membuat ekspor produk kayu moncer adalah krisis Rusia dan Ukraina. Situasi yang terjadi memang membuat sejumlah negara melakukan embargo terhadap produk-produk Rusia, termasuk produk kayu. Ini membuat ada celah pasar yang bisa dimasuki oleh produk kayu Indonesia.

Tanpa embargo, Rusia sesungguhnya sudah menerapkan kebijakan yang bertujuan mencegah ekspor kayu gelondongan tahun ini. Dikutip dari kantor berita Rusia TASS, pembatasan ekspor kayu gelondongan oleh Rusia dilakukan dengan menerapkan tarif yang lebih tinggi untuk kayu dengan kelembapan lebih dari 22% dengan ketebalan dan lebar lebih dari 10 cm.

Tarif yang ditetapkan sebesar 200 euro/m3 untuk kayu jenis softwood. Sementara untuk kayu hardwood tarif berkisar 250 sampai 370 euro/m3.

Kayu gelondongan masih bisa diekspor hanya melalui dua perlintasan, yaitu Lotta di perbatasan Finlandia dan Khasan di perbatasan Korea Utara.

Rusia adalah eksportir kayu gelondongan paling besar di di dunia. Tahun 2020, Rusia mengekspor 15 juta m3 kayu bulat yang setara dengan 12% dari perdagangan kayu bulat dunia.

Agus cukup optimis tren positif ekspor produk kayu bisa dipertahankan. Apalagi, sejumlah negara konsumen punya kebijakan dalam pemanfaatan produk kayu.

Jepang, misalnya. Negeri Matahari Terbit itu diketahui sedang menyiapkan regulasi yang mewajibkan struktur bangunan memanfaatkan produk kayu. Hal itu bagian dari kebijakan dekabornisasi karena penggunaan beton dan baja dinilai lebih tinggi emisi karbon yang berdampak pada perubahan iklim.

“Penggunaan kayu juga dinilai lebih tahan gempa,” kata Agus.

Menurut Agus, dalam Indonesia-Japan Forestry Investment Dialog pada 1-5 Agustus 2022 yang berlangsung marathon di sejumlah Kota di Jepang, sejumlah pelaku usaha Jepang sudah menyatakan minatnya untuk meningkatkan pemanfaatan produk kayu Indonesia.

Agus memandang, saat ini adalah saat yang tepat untuk menggenjot pemanfaatan kayu lestari dari hulu hingga hilir. Untuk itu, perlu dukungan dari semua pihak agar investasi kehutanan di hulu bisa tumbuh dan investasi di hilir bisa bergerak. “Bergeraknya investasi kehutanan hulu-hilir akan membuka peluang kerja,” katanya.

SVLK

Agus menjelaskan, potensi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor produk kayu juga tidak lepas dari telah dimilikinya SVLK. Skema sertifikasi wajib (mandatory) yang dulu hanya mencakup legalitas, kini juga telah di-upgrade mencakup kelestarian. Namanya pun berubah menjadi Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian dengan singkatan tetap SVLK.

Menurut Agus, SVLK terbukti ikut berkontribusi pada penurunan laju deforestasi Indonesia. Data terbaru menunjukkan laju deforestasi Indonesia telah turun sebesar 75% dari sebelumnya 450.000 hektare (ha) per tahun menjadi 115.000 ha pada periode 2019-2020. “Ini salah satunya berkat adanya SVLK,” kata Agus.

Menurut Agus, berkat akuntabilitas dan transparansinya, SVLK diakui perjanjian kemitraan sukarela untuk penegakan hukum, tata kelola, dan perdagangan sektor kehutanan (VPA-FLEGT) Indonesia-Uni Eropa. Dokumen sertifikat yang dikeluarkan berdasarkan SVLK pun disetarakan sebagai lisensi FLEGT.

Inggris yang baru saja keluar dari Uni Eropa, tetap menyetarakan sertifikat SVLK sebagai lisensi FLEGT seiring dengan kesepakatan bilateral implementasi FLEGT melalui VPA Indonesia-Inggris pada Maret 2019.

Agus menyatakan, untuk memperkuat penetrasi pasar produk kayu di Indonesia perlu dilakukan penguatan implementasi VPA.

Dia juga mendorong pemerintah Inggris dan Uni Eropa untuk secara konsisten memberi kemudahan bagi produk kayu Indonesia sebagai satu-satunya yang telah berlisensi FLEGT, sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditandatangani pada FLEGT VPA yaitu pada pasal 13. “Perluasan pengakuan pasar di Uni Eropa dan Inggris juga perlu terus kita lakukan,” katanya. Sugiharto