Tantangan Masih Mengancam

Tahun 2014 telalu berlalu. Sejumlah pencapaian pun telah ditunjukkan di beragai sektor, baik yang melebihi target atau yang gagal mencapai target yang dicanangkan sebelumnya.

Tahun 2014 boleh dikatakan sebagai tahun yang penuh tantangan bagi pencapaian kinerja bidang ekonomi di Indonesia. Di tahun tersebut, berlangsung pemilihan umum dan pemilihan presiden. Akibat kegiatan pemilu dan pilpres itu, ekonomi nasional ikut terdampak. Investor asing lebih memilih sikap wait and see sehingga laju kegiatan investasi di negeri ini agak terhambat.

Kinerja ekonomi nasional juga terganggu oleh kondisi internasional . akibat kondisi ekonomi internasional yang tengah kurang bergairah, kinerja ekspor komoditas andalan Indonesia juga ikut terpuruk. Hal ini ditandai dengan jatuhnya harga jual sejumlah komoditas perkebunan yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia, seperti minyak sawit mentah (CPO), karet, kakao dan kopi.

Akibat perlambatan investasi dan menurunnnya kinerja ekspor komoditas andalan, pertumbuhan  ekonomi Indonesia di tahun 2014 diperkirakan hanya mencapai 5 hingga 5,1 %. Angka itu jauh dari target yang sudah ditetapkan dalam Anggaran pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebesar 5,5 %.

Apa yang terjadi selama tahun 2014 perlu menjadi bahan atau masukan bagi Pemerintah Jokowi-JK untuk menata perekonomian Indonesia di tahun 2015 ini. apalagi pemerintah telah menargetkan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 7% pada empat tahun mendatang.

Tentunya,  untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 % tidaklah mudah jika pemerintah tidak menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar itu.

Banyak hal yang perlu dibenahi pemerintah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Misalnya saja memperbaiki sistem birokrasi di pusat dan daerah, yang selama ini menjadi penghambat bagi masuknya investasi di negeri ini.

Kegiatan investasi merupakan salah satu faktor pemicu peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dengan masuknya investasi, kegiatan ekonomi pun makin menggeliat di dalam negeri. Penyeraapan tenaga kerja akan semakin bertambah.

Hal lain yang juga penting untuk dilakukan pemerintah adalah dengan meminimalisir impor dan mendorong produksi komoditas pangan. Selama ini, sebagian besar pemenuhan kebutuhan komoditas pangan di dalam negeri masih bergantung pada pasokan impor. Misalnya saja, komoditas beras, gula, kedelai, daging sapi hingga berbagai jenis tanaman hortikultura seperti cabai, bawang dan buah-buahan.

Ketergantungan terhadap pasokan impor itu tentu saja akan menggerus anggaran negara dan memunculkan terjadinya inflasi dan defisit pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Karena itu, upaya pemerintah untuk menghapus ketergantungan impor terhadap sejumlah komoditas, seperti kedelai, jagung dan beras, layak disambut baik. Memang jalan menuju swasembada komoditas tersebut tidak mudah, terlebih untuk komoditas kedelai. Namun, kita perlu optimis kalau target swasembada itu bisa dicapai.

Untuk mencapai swasembada  itu, konsistensi sikap pemerintah sangat dibutuhkan. Perencanaan yang matang dan realistis, bukan sekadar pencitraan belaka, adalah hal penting yang harus dilakukan bagi pencapaian target swasembada itu. Hal ini semoga bisa terus dibuktikan di tahun ini.Terlebih tahun 2015 akan tetap memunculkan sejumlah tantangan, seperti persiapan penerapan MEA, kondisi ekonomi dunia yang masih belum pasti. Jika kita tidak waspadai dalam menghadapi tantangan itu, sulit untuk mencapai target.