Saat ini publik sedang dihebohkan dengan penelitian siswa sekolah tentang akar bajakah yang dipercaya bisa menjadi anti kanker. Sejatinya, banyak jenis-jenis tumbuhan di Indonesia yang diyakini punya kemampuan sebagai obat penyakit ganas itu. Salah satunya adalah Taxus sumatrana. Hasil uji yang dilakukan peneliti-peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI KLHK) bahkan sudah memastikan jenis tanaman itu memiliki kandungan zat aktif anti kanker.
“Sudah diuji, hasilnya konsisten, zat aktif pada Taxus sumatrana terbukti bisa dimanfaatkan sebagai anti kanker,” kata Ahli Peneliti Utama P3HH Totok Waluyo, saat Festival Riset Hutan Tropis dan Lingkungan Hidup di Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (13/8/2019).
Totok menjelaskan, Taxus sumatrana mengandung flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan hidrokuinon. Pohon ini juga mengandung senyawa baccatin III dan senyawa 10-deacetylbaccatin III. Kedua senyawa ini memperlihatkan aktivitas antitumor dan anti kanker.
Ujicoba anti kanker dilakukan pada sel kanker Sel MCF-7 (ATCC HTB 22). “Saat ini riset kemampuan Taxus sumatrana sebagai anti kanker sedang berjalan dan terus dilakukan,” katanya.
Totok melanjutkan, kemampuan taxus sumatrana sebagai anti kanker sama dengan kemampuan tanaman dari genus taxus di seluruh dunia. Kemampuan genus taxus tersebut sebagai anti kanker sudah diakui.
Kemampuan taxus bahkan sudah dikenal sejak tahun 1970-an. Ekstrak dari tanaman ini yaitu paclitaxel dimanfaatkan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker khususnya kanker ovarium dan kanker payudara dan juga telah dicobakan untuk pengobatan beberapa jenis kanker lainnya.
Pada awalnya, jenis taxus yang diteliti adalah dari spesies Taxus baccata namun dalam penelitian selanjutnya, semua genus taxus mempunyai potensi sebagai obat anti kanker. Genus Taxus memiliki 24 spesies dan 55 varietas. Sebaran alami genus taxus hanya terdapat di beberapa negara, terutama di Asia, seperti Taxus cuspidata (ditemukan di Jepang), Taxus chinensis (ditemukan di China), dan Taxus sumatrana (ditemukan di Indonesia, Taiwan, Vietnam, Nepal, dan Tibet).
Di Indonesia, Taxus sumatrana tersebar di Sumatera Utara, Jambi, dan Sumatera Selatan. Penyebaran Taxus sumatrana di Indonesia tidak terlalu luas hanya di beberapa titik pada beberapa wilayah.
Wilayah penyebaran terluas ada di Jambi yang meliputi Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, dan Danau Belibis. Di Sumatera Utara penyebarannya berada di sekitar Gunung Sibuaton dengan areal yang sempit sedangkan di Sumatera Selatan berada di sekitar Gunung Dempo.
Sayangnya, meski sangat bermanfaat, eksistensi Taxus sumatrana terancam. Di lokasi-lokasi Taxus sumatrana ditemukan, tingkat regenerasi sangat rendah, terutama di Gunung Sibuaton dan Gunung Dempo. Di Gunung Sibuaton, regenerasi pohon untuk tingkat tiang tidak ada, sedangkan di Gunung Dempo, hanya terdapat pohon dewasa tanpa ada regenerasi untuk tingkat di bawahnya baik semai, tiang dan pancang.
Untuk di Jambi, tingkat regenerasi Taxus sumatrana masih baik namun jika dibandingkan dengan jenis lain, tingkatnya masih sangat rendah. Panjangnya masa dormansi benih dan pertumbuhan yang lambat menjadi salah satu alasan Taxus sumatrana kalah bersaing dengan jenis lain dan rendah tingkat regenerasinya.
Sugiharto