Harga makanan dunia turun pada bulan Oktober, didorong oleh turunnya harga daging, produk susu, dan gula, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).
Dalam rilisnya, Jumat (7/11), indeks harga pangan FAO, yang melacak sekeranjang bahan makanan pokok, rata-rata mencapai 126,4 poin pada Oktober, turun dari level yang direvisi sebesar 128,5 poin pada bulan September. Meski demikian, angka ini masih lebih rendah 20% dibandingkan dengan puncaknya pada Maret 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Harga daging turun 2% pada bulan lalu, mengakhiri tren kenaikan harga selama delapan bulan berturut-turut akibat penurunan harga daging babi dan unggas. Namun, secara keseluruhan, harga daging masih 4,8% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu, dengan harga daging sapi yang terus naik karena permintaan global yang kuat.
Penurunan harga daging babi didorong oleh pasokan global yang melimpah, dengan harga ekspor Uni Eropa (UE) yang mendapat tekanan tambahan akibat permintaan impor yang lebih lemah dari China karena adanya bea impor baru. Harga unggas juga mengalami penurunan signifikan, seiring dengan turunnya harga ekspor dari Brasil setelah adanya pembatasan perdagangan akibat flu burung yang diberlakukan China — yang mendorong para eksportir untuk mengalihkan penjualan ke pasar dengan harga lebih rendah.
Harga produk susu turun 3,4% dibandingkan bulan September, yang menandai penurunan bulan keempat berturut-turut. Harga mentega terus merosot karena pasokan ekspor yang melimpah dari UE dan Selandia Baru, sementara harga susu bubuk juga menurun akibat permintaan yang terbatas dan persaingan ekspor yang kuat.
Harga gula anjlok 5,3%, mencapai level terendah sejak Desember 2020, akibat produksi yang lebih kuat di wilayah utama penghasil gula Brasil dan harapan akan hasil panen yang lebih besar di India dan Thailand, yang telah memulai operasi pemerasan. FAO juga mencatat penurunan harga minyak mentah yang lebih lanjut memberi tekanan pada harga gula global dengan mengurangi permintaan dari sektor biofuel.
Sebaliknya, harga minyak nabati naik 0,9% pada bulan lalu hingga mencapai level tertinggi sejak Juli 2022, didorong oleh kombinasi faktor, termasuk mandat biofuel dan keterlambatan panen di kawasan Laut Hitam.
Harga sereal turun 1,3% pada bulan Oktober. Produksi sereal global diperkirakan akan meningkat sebesar 4,4% tahun ini, dengan kenaikan produksi yang diharapkan terjadi di semua jenis sereal utama, menurut FAO.
Rekor baru produksi sereal
FAO juga merilis pembaruan perkiraan untuk pasar sereal global. Produksi sereal dunia diperkirakan meningkat 4,4% pada 2025 menjadi 2.990 juta ton, mencapai rekor baru, dengan peningkatan produksi di semua jenis sereal utama.
Laporan Singkat Pasokan dan Permintaan Sereal yang baru juga memperkirakan pemanfaatan sereal dunia pada 2025/26 meningkat 1,8% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 2.929 juta ton, terutama karena pasokan yang melimpah dan harga yang lebih rendah. Penggunaan sereal untuk pakan ternak diperkirakan akan meningkat dengan laju yang lebih cepat.
Berdasarkan perkiraan yang diperbarui, stok sereal global diprediksi meningkat 5,7% menjadi 916,3 juta ton, mencapai rekor tertinggi. Rasio stok terhadap penggunaan sereal global pada 2025/26 diperkirakan naik menjadi 31,1%, tertinggi sejak musim 2017/18.
Perkiraan terbaru FAO untuk perdagangan sereal dunia pada musim 2025/26 menunjukkan peningkatan 3,2% menjadi 499,5 juta ton. Perdagangan gandum internasional diperkirakan tumbuh kuat, didorong terutama oleh peningkatan impor dari Asia, sementara perdagangan beras global diperkirakan sedikit menurun. AI



