Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) meningkatkan daya saingnya melalui pengembangan desain dan perbaikan mutu produk. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui pelaksanaan Program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri atau DAPATI yang dikoordinasikan oleh satuan-satuan kerja di bawah Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin.
Sebagai salah satu satuan kerja di bawah BSKJI Kemenperin, Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banjarbaru menyelenggarakan kegiatan dari program DAPATI dalam bentuk Konsultansi Teknis Desain dan Tenun Menggunakan Kartu. Kegiatan ini diikuti delapan pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Kalimantan Selatan pada 9-11 Agustus 2022.
Kedelapan IKM tersebut, yakni Najwa Banjarbaru, De Cawan, Windy’s Collection, Tia Hanif, Khansa Handmade, Alisya Craft, Rabita, dan Kantan Sasirangan. Adapun narasumber desain yang hadir adalah Mentari Widyani Prameswari selaku fesyen desainer dan narasumber untuk tenun menggunakan kartu, yaitu Anastasia Kartika Santati yang saat ini menjadi pengusaha rajut dan tenun.
“Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan konsultansi teknis pengembangan desain dan mutu produk rajut melalui Program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri (DAPATI) BSPJI Banjarbaru pada IKM Najwa Banjarbaru,” kata Kepala BSKJI Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta, Kamis (25/08/2022).
DAPATI merupakan program yang memberikan bantuan pelayanan jasa konsultansi kepada pelaku IKM. Program ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan IKM dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirian industri.
“Para pelaku IKM perlu memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menjalankan usahanya agar mampu bertahan dengan menyesuaikan bisnis ke arah yang lebih produktif dan efisien. Program konsultansi teknologi DAPATI ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk IKM,” tutur Doddy.
Pada praktikum konsultansi teknis desain, materi yang diajarkan meliputi penentuan konsep produk (konsep desain, pembuatan moodboard) dan evaluasi konsep produk. Sedangkan, untuk konsultansi teknis tenun menggunakan kartu, dibahas tentang cara pembuatan kartu tenun menggunakan karton, serta tenun menggunakan kartu tingkat pemula (pengenalan metode/pola, pola GTT sederhana, cara mengawali dan menyudahi tenunan).
Setelah mengikuti konsultansi teknis desain dan tenun menggunakan kartu tersebut, para pelaku IKM diharapkan dapat mengaplikasikan materi yang telah didapatkan ke dalam produk mereka sehingga tercipta produk dengan kombinasi warna yang lebih menarik, ragam motif yang lebih beragam, serta dapat mengkombinasikan teknik rajut dengan teknik tenun menggunakan kartu.
“Produk yang dihasilkan diharapkan dapat lebih bernilai jual dan kapabilitas SDM di IKM rajut dapat meningkat. Melalui kegiatan pendampingan industri ini, BSPJI Banjarbaru diharapkan dapat mengawal dan memfasilitasi ide-ide yang bersifat inovatif dan kolaboratif dengan para pelaku industri supaya dapat meningkatkan daya saing,” ujar Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri Kemenperin Heru Kustanto.
Plt. Kepala BSPJI Banjarbaru Budi Setiawan berharap, melalui kegiatan konsultansi ini, para pelaku IKM bidang kerajinan di wilayah Kalimantan Selatan dapat meningkatkan produktivitas, mutu produk atau desain produk sehingga bisa meningkatkan daya saingnya.
“IKM kerajinan rajut merupakan sektor yang memiliki potensi dan peluang besar untuk semakin berdaya saing di kancah nasional hingga global,” ujarnya. Berdasarkan proyeksi tren tas tahun 2022 dari Harper’s Bazaar dan Marie Claire, bahwa tas yang dibuat dengan keterampilan seperti rajut, macrame, tenun akan mendapatkan perhatian lebih secara global.
Salah satu peserta Bimtek adalah IKM Najwa Banjarbaru, yang merupakan produsen tas dan dompet rajut di Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 2014. IKM ini berperan aktif sebagai pendiri dan pengurus dalam Komunitas Rajut Banjarbaru sejak tahun 2019.
Selama pandemi Covid-19, IKM Najwa Banjarbaru mengalami penurunan produksi akibat berkurangnya permintaan dan daya beli masyarakat. Hal ini salah satunya disebabkan oleh mutu produk rajut yang belum konsisten dan branding produk rajut Najwa yang belum kuat.
Sebagai salah satu produsen produk fesyen, IKM Najwa Banjarbaru belum memiliki desain khas dan signature product yang mewakilinya serta belum memiliki desain khas Indonesia khususnya Kalimantan Selatan, sedangkan banyak ragam hias khas Kalimantan Selatan yang dapat menjadi inspirasi desain motif rajut.Buyung N