Oleh: Hendra Djayusman (Pensiunan Kementerian Kehutanan, Bergiat di Yayasan Sarana Wana Jaya)
Ikan puyu sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Dalam bahasa daerah, ikan ini dinamakan ikan betik atau betok (Jawa dan Sunda), papuyu (Kalimantan Selatan), puyu (Malaya dan Kalimantan Timur), puyu-puyu (Padang), puyo-puyo (Bintan), geteh-geteh (Manado), dan kusang (Danau Matanua). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gauramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan.
Tanda-tanda utama ikan papuyu ini adalah bentuk lonjong, ke belakang lebih pipih. Kepala besar dan mulut tidak dapat disembulkan. Seluruh permukaan badan termasuk kepalanya bersisik kasar dan besar-besar. Jari-jari keras dari sirip perut dapat digerakkan untuk berjalan di permukaan lumpur yang kering. Badan berwarna coklat agak hitam kehijauan.
Ikan puyu berduri tajam, burung-burung pemangsa ikan yang mencoba memakannya bakal tersedak duri dan mati. Banyak juga laporan yang masuk ke pihak ilmuwan terkait burung pelikan yang mati akibat memangsa ikan tersebut. Yang membuat ilmuwan semakin khawatir, dikabarkan ikan ini bisa berjalan di daratan dengan menggunakan sirip depan dan bisa hidup di daratan selama hampir satu minggu. Oleh karena daya tahan mereka yang hebat, maka hal ini bisa membuat daerah persebaran mereka meluas. Merekapun tahan terhadap air garam. Bahkan saat musim kemarau, ikan puyu juga bisa melakukan hibernasi atau tidur panjang di lumpur sembari menunggu hujan turun kembali.
Di Indonesia ikan puyu ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka. Ikan Puyu dapat tumbuh normalpada perairan dengan kisaran pH antara 4-8. Ikan Puyu tahan terhadap kekeringan dan terkadang kuat hidup sampai hampir satu minggu tanpa air atau tunggal dalam lumpur sedikit berarir selama 1–2 bulan.
Biologi Ikan Puyu
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumya, ikan puyu bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, ikan puyu juga memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Ikan puyu mampu merayap naik dan berjalan didaratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan. Kalau hampir mencapai seminggu, harus segera mendapatkan air.
Ikan puyu adalah golongan ikan pemakan segala (omnivora), oleh karena itu mudah diberikan makanan tambahan atau buatan. Menurut Mudjiman (1985), jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ikan secara umum berkisar antara 3-6% dari total berat tubuhnya. Namun jumlah makanan itu dapat berubah-ubah tergantung pada suhu lingkungannya. Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil.
Pertumbuhan ikan puyu di alam dapat mencapai ukuran >200 gram per ekor dalam 1 tahun, sedangkan pertumbuhan dalam lingkungan budidaya (kolam atau fishpen) mencapai kisaran 70 – 100 gram per ekor selama 1 tahun.
Ikan puyu berkembang biak dengan cara induk betina mengeluarkan telur yang dibuahi induk jantan dengan mengeluarkan sperma. Pembuahan yang terjadi di luar dengan cara tubuh induk jantan menjepit tubuh induk betina sambil mengeluarkan telur dan sperma. Telur ikan puyu berbentuk bulat bewarna bening kekuningan dengan sifat mengapung di air. Satu ekor induk ikan puyu dapat memproduksi telur sebanyak 15.000- 30.000 telur tergantung berat dari ikan tersebut. Larva akan diam mengapung di permukaan air atau menempel pada substrat, setelah umur 1 hari larva mulai berenang aktif.
Sebenarnya ikan puyu memiliki beberapa warna, ada yang berwarna coklat dan ada juga yang berwarna hijau. Warna hijau kekuningan menghiasi bagian sisik yang tumbuh dibagian samping tubuhnya. Sedangkan pada bagian perut terdapat semacam garis gelap yang terletak secara acak hingga bagian ekor. Ikan puyu tergolong ikan berukuran berukuran kecil, yang terbesar dari jenis ini yang pernah ditemukan memiliki ukuran 25 cm. Mempunyai kepala yang besar menandakan bahwa ikan ini merupakan ikan predator yang ganas, sisik yang menempel ditubuhnya juga bukan sisik sembarangan yang lunak melainkan bersisik kuat dan tajam. Untuk melindungi ikan ini dibekali oleh penutup insang bagaikan duri, tidak jarang jari manusia akan terluka saat menangkap ikan ini.
Habitat
Habitat ikan puyu adalah seluruh perairan tawar seperti sungai, rawa, danau bahkan sawah. Malah jika anda mempunyai kolam yang telah lama biasanya juga dihuni oleh ikan ini. Ketika sawah dihgenangi oleh air saat itulah banyak ikan yang memasuki areal sawah termasuk juga ikan puyu. Ikan puyu biasanya ditangkap dengan cara dipancing, karena menangkap ikan ini dengan tujuan bukan untuk dipelihara, kebanyakan untuk dijual atau dikonsumsi sendiri. Umpan yang digunakan untuk memancing ikan puyu sama saja dengan ikan lainnya yaitu cacing dan umpan lainnya yang biasa dijual di pasaran.
Khusus di Kalimantan menggunakan umpan yang terbilang unik untuk menangkap ikan puyu. Umpan tersebut berbahan kroto yang merupakan telur dari semut rangrang yang biasa membuat sarang pada daun. Kroto ini kemudian dikukud dengan terlebih dahulu dicampur dengan getah sehingga lengket menjadi satu. Bila ingin menggunakannya tinggal ambil sedikit umpan dan kaitkan pada ujung kail.
Ikan yang satu ini memiliki nafsu makan yang lumayan besar sehingga akan menyambar hewan yang lebih kecil darinya, tidak hanya ikan-ikan kecil yang menjadi mangsa mereka namun juga serangga yang secara tidak sengaja jatuh diatas air juga akan disambar ikan puyu. Namun sebelum ikan puyu menjadi ikan dewasa mereka membutuhkan makanan yang berbeda pada setiap tahap hidupnya. Saat masih menjadi larva mereka memakan kutu air yang notabene lebihkecil dari mereka. Selain kutu air mereka juga mengonsumsi alga bersel satu untuk mendukung tumbuh kembangnya. Sedangkan pada tahapan juvenil ikan puyu memakan makanan yang lebih besar seperti nyamuk dan beberapa hewan kecil lainnya.
Barulah saat beranjak dewasa ikan puyu akan memangsa ikan lainnya. Ada kalanya ikan ini memakan lumut dan beberapa tumbuhan air. Hal ini biasa dilakukan karena ia sulit menemukan makanan kesukaannya; maka dari itu ia akan memakan tumbuhan sebagai upaya untuk menyambung hidupnya supaya tidak mati kelaparan. Sama halnya dengan ikan kebanyakan, ikan puyu menggunakan insang sebagai alat pernapasan. Bedanya selain menggunakan insang, ikan puyu juga bisa menggunakan mulutnya untuk mengambil oksigen dan bernapas. Sebenarnya bukan hanya ika puyu saja yang memiliki kemampuan khusus ini, melainkan masih ada kerabat ikan lainnya yang juga bisa melakukan hal yang sama contohnya ikan lele dan ikan kepala ular (ikan gabus), kedua jenis ikan ini juga bisa bernapas langsung tanpa menggunakan insang.
Bisa dibilang ikan puyu memiliki organ pernapasan ganda, organ labirinlah yang bertanggung jawab pada proses pengambilan udara tanpa melewati insang. Ketika musim panas dan sebagian besar air mengalami kekeringan membuat ikan ini harus berpindah tempat untuk mencari tempat yang masih memiliki air. Dalam proses pencarian air inilah membuat fungsi organ labirin menjadi sangat dibutuhkan agar ikan tetap bisa bernapas hingga mencapai tempat tujuannya. Walaupun begitu ikan puyu tidak mampu bertahan lama pada kondisi kering, sebab kondisi kelembaban tubuhnya juga harus tetap dijaga. Bila tidak ia juga bisa mengalami kematian karena kekekeringan. Oleh karena itu ikan ini jarang terlihat berada lama di daratan, sebab ketika air habis dan tanah masih berbentuk lumpur mereka akan langsung mencarai tempat berair lainnya agar tetap bia menyambung hidupnya. Tempat hidupnya di sungai ikan puyu memiliki wilayah kekuasaan masing-masing. Tapi ikan ini tidak menjaganya sendirian melainkan ditemani oleh pasangannya. Dengan begitu akan menambah kuat pertahanan ikan puyu untuk menjaga daerah kekuasaannya.
Mengancam Australia?
Para ilmuwan Australia dikabarkan kini dalam kebimbangan setelah menemukan spesies ikan asing yang sudah berhijrah ke wilayah negara mereka di selat Torres, bagian utara Australia sebagai ikan pendatang. Mereka mensinyallir ikan termaksud akan memusnahkan ekosistem Australia karena bisa menyebabkan burung dan ikan asli negara itu tercekik jika memangsa ikan puyu.
Menurut laman web Kementerian Pertanian dan Perikanan, ikan spesies air tawar ini bisa hidup di dalam air asin juga. ABC News melaporkan seorang ilmuwan dari James Cook University, Dr. Nathan Waltham percaya bahwa ikan puyu telah datang dari Papua Nugini, dan akan menjadi ancaman kepada hidupan liar setempat.
“Insang mereka tajam dan bila terbuka bisa menyebabkan ia akan terperangkap di dalam kerongkongan ikan atau burung yang memangsanya. Ini memungkinkan binatang pemangsanya mati. Ikan ini telah ditemukan di Pulai Boigu dan Pulau Saibai yang merupakan pulau paling dekat dengan Papua Nugini. Ikan-ikan itu telah berenang menyeberangi selat Torres menuju pulau Boigu dan Saibai,” kata Dr Waltham. Pihak penguasa telah memberi pesan kepada nelayan dan turis supaya membuangnya sebelum ikan ini sampai ke tanah besar Australia. Kementerian Pertanian dan perikanan Australia juga mengatakan spesies ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk terus hidup dan membiak. Bila datang ke daratan Australia diprediksi akan menimbulkan efek buruk terhadap ekosistem perairan (sungai, danau, kolam) Queensland.
Untungnya, invasi ikan puyu ke Australia belum memasuki tahap berbahaya meski sudah terlihat sejak tahun 2005. Ikan ini sekarang hanya ditemukan di pulau-pulau di pantai utara Australia, seperti di Torres Strait, yang memang dekat dengan Papua Nugini. Menurut pernyataan penduduk Torres Strait pada ilmuwan Universitas James Cook, kecil kemungkinan ikan puyu bisa berenang dari Papua Nugini menuju pulau Boigu dan Saibai. Yang lebih mungkin adalah mereka terdampar di pantai-pantai kedua pulau tadi akibat terbawa nelayan Papua Nugini. Akan tetapi, bila tidak dikendalikan persebarannya, bukan tidak mungkin ikan puyu yang juga banyak terdapat di Indonesia ini bakal mengancam kelestarian satwa di Australia.
Penutup
Ikan puyu tergolong ikan yang agresif. Oleh karena itu banyak penghuni air yang tidak mau berurusan dengannya. Kemampuan bertahan hidupnya juga sangat baik dan berada diatas rata-rata ikan lainnya. Sebagai contoh ia akan tetap bisa bertahan hidup meskipun kolam tempatnya berada kekurangan air. Berbeda dengan ikan lainnya yang hanya memiliki umur dalam hitungan bulan, ikan puyu dapat hidup hingga 6 tahun lamanya. Umur panjang ini mungkin didapat dari 2 cara pernapasan yang dimilikinya, sehingga mampu melewati masa kemarau dan masa-masa krisis lainnya. Ikan puyu memiliki penyebaran yang cukup luas dan mencakup beberapa negara yang membentang dari India hingga Indonesia bahkan ikan ini juga ditemukan di Cina dan negara-negara sekitar Indonesia.