Petani Milenial Harus Kuasai Alsintan

Sumberdaya manusia (SDM) milenial harus menguasai teknologi, terutama yang terkait dengan alat dan mesin pertanian (Alsintan). Untuk itu, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan akan melakukan berbagai pelatihan atau pendidikan.

“Kita juga melatih petani atau generasi muda untuk menguasi teknologi Alsintan. Dengan demikian, keberadaan Alsintan akan mendorong anak muda terjun ke sektor pertanian,” kata Kepala  BPPSDMP, Momon Rusmono di Bogor, Selasa (15/1/2019).

Dia menyebutkan, pelatihan Alsintan terhadap petani milenial tersebut diutamakan di daerah rawa pasang surut seperti di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan.

“Untuk lahan rawa kita sudah lakukan pelatihan Alsintan terhadap petani di dua provinsi ini. Sedangkan pelatihan untuk mengoptimalkan penggunaan Alsintan terus dilakukan,” tegasnya.

Seperti yang sudah dipublikasikan, pada tahun 2019 ini Kementerian Pertanian (Kementan) akan mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa seluas 500.000 hektare (ha) sebagai sumber pangan. Salah satunya berada di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan seluas 200.000 ha — yang akan digarap menjadi lahan pertanian modern.

Selain untuk meningkatkan produksi padi atau ketersediaan stok beras, pengoptimalan lahan rawa ini untuk mencetak petani milenial. Sekretaris BPPSDMP, Kementan, Andriko Noto Susanto menjelaskan, rawa merupakan raksasa yang sedang dibangunkan. Bahkan, jika ditangani secara serius, produktivitasnya bisa mengalahkan lahan sawah konvensional di Jawa. Arealnya sangat luas dan airnya melimpah.

Tapi saying, tenaga kerja yang ada sangat terbatas. Karena itu, menurut Andriko, alat mesin pertanian menjadi pilihan untuk mengembangkan lahan rawa. “Selain produktif, cepat, biaya murah dan mampu mengatasi keterbatasan tenaga kerja,” katanya.

Menurut dia, agar Alsintan berkelanjutan, maka harus dikelola SDM pertanian milenial yang mempunyai skill tinggi, anti kemapanan, berani mengambil risiko, inovatif, dan suka menghadapi tantangan.

SDM milenial ini sangat sesuai mengelola lahan rawa karena upah menjadi lebih menarik, tidak kena lumpur, tidak kena panas, sehingga menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan bekerja sebagai buruh. “Petani milenial akan mengembangkan varian-varian pekerjaan yang semula dikerjakan secara konvensional menjadi mekanisasi,” kata Andriko.

Kepala Pusat Pendidikan, BPPSDMP, Kementan, Idha Widi Arsanti menambahkan, dalam jangka panjang, optimalisasi rawa ini memungkinkan tambahan luas panen, produktivitas, dan hasil pertanian.

Menurut Idha Widi Arsanti, areal pengembangan ini selanjutnya menjadi terbuka bagi generasi milenial untuk menggantungkan masa depannya di sektor pertanian.

“Mereka akan bangga dan percaya diri bertemu dengan orang-orang yang bekerja di sektor industri karena income-nya tinggi, keberagaman, berkelanjutan dan tahan terhadap gejolak ekonomi, politik, global maupun regional. Sepanjang ada kehidupan, pangan akan selalu dibutuhkan,” katanya.

Bantuan Alsintan Dilanjutkan

Sementara Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan juga melanjutkan pemberian bantuan Alsintan untuk kelompok tani. Ribuan Alsintan tahun ini kembali akan digelontorkan.

Jenis Alsintan yang akan diberikan kepada petani dengan cuma-cuma antara lain traktor roda dua (TR-2), roda empat (TR-4), pompa air, rice transplanter, cultivator dan ekskavator.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Pending Dadih Permana mengatakan, Alsintan ini berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani. Selain itu, tingkat produksi tanaman pangan Indonesia juga terus meningkat.

“Bantuan Alsintan mampu menekan biaya operasional 35%-48% dalam produksi petani. Dulu, tanpa kemajuan mekanisasi ini, petani bisa membajak sawahnya satu hektare berhari-hari, tapi ini cukup dua hingga tiga jam saja,” kata Dadih  di Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Dia menjelaskan, penggunaan Alsintan modern juga dapat menyusutkan hasil panen (losses) sebesar 10%. Tidak hanya itu, juga meningkatkan nilai tambah dan penanaman padi yang dulunya hanya satu kali setahun kini bisa tiga kali karena proses pengolahan dan panen yang cepat. “Dengan demikian, produksi yang dicapai petani lebih tinggi. Pendapatan petani pun ikut naik,” ujar Dadih.

Penggunaan Alsintan, lanjut Dadih, juga mendorong generasi muda terjun ke sektor pertanian. Sebab, mekanisasi pertanian telah mengubah pandangan masyarakat mengenai bertani.

“Dulu petani miskin, kumuh. Sekarang sejahtera. Lihat saja, dengan alat yang modern, petani bisa olah tanah, tanam, panen sambil telepon dan pakaian yang rapih. Ini mengubah mindset,” katanya.

Sekretaris Ditjen PSP Kementan, Mulyadi Hendiawan menambahkan, sejak tahun 2015 penerapan Alsintan yang disalurkan sebanyak 54.083 unit, pada tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit.

“Kementan juga memastikan, penyaluran Alsintan berjalan sesuai prosedur. Kementan telah membentuk tim khusus untuk melakukan pengecekan secara rutin.  Kami ingin Alsintan betul-betul optimal,” tandas Mulyadi. PSP