Optimasi Lahan Rawa Capai 23.928 Ha

Optimasi lahan lahan rawa yang dilakukan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) sejak tahun 2016 telah mencapai luasan 23.928 hektare (ha). Kegiatan itu dimaksudkan untuk mengimbangi konversi lahan sawah produktif.

“Selain cetak sawah baru, kami juga melaksanakan kegiatan optimasi lahan rawa,”  kata Dirjen PSP Kementerian Pertanian (Kementan), Pending Dadih Permana di Jakarta, Jumat (18/1/2019).

Dia mengatakan optimasi lahan penting dilakukan, menginat saat ini masih banyak masyarakat miskin yang memiliki lahan rawa cukup luas. Namun belum diusahakan secara optimal.

“Kita telah melaksanakan kegiatan optimasi lahan rawa dalam rangka mengoptimalkan lahan-lahan rawa yang masih sangat luas, khususnya yang berada di luar Jawa. Misalnya di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera,” katanya.

Dadih menyebutkan, dulu pun Pulau Jawa mayoritas lahan rawa. Harus menunggu ratusan tahun baru bisa menjadi lahan produktif. Sekarang, Indonesia sudah  punya teknologi,  sehingga untuk menggarap lahan  rawa tidak butuh waktu yang lama.

Pusat Data Daerah Rawa dan Pasang Surut mencatat, Indonesia memiliki potensi lahan rawa 33,4 juta ha yang terdiri dari lahan pasang surut 20,1 juta ha dan rawa lebak 13,3 juta ha. Dari luasan itu, seluas 9,3 juta ha diperkirakan sesuai untuk budidaya pertanian.

Dadih menyebutkan, pada 2016, optimasi lahan rawa dilakukan di areal seluas 3.999 ha. Pada tahun 2017 melambat menjadi 3.529  ha. Namun, pada tahun 2018 lalu meningkat pesat dengan luasan 16.400 ha. Alhasil, capaian sampai saat ini mencapai 23.928 ha.

Dadih menjelaskan, lahan rawa Indonesia merupakan lahan produktif yang sangat luas dengan potensi produktivitas mencapai 7,4 ton/ha. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas varietas lokal yang hanya 2,5-3 ton/ha.

“Pengembangan lahan rawa tidak hanya menyelesaikan pekerjaan fisik saja, tetapi juga pengembangan sumber daya manusianya. Ini karena kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu penentu keberlanjutan program optimasi lahan rawa ini,” tuturnya.

Bahkan, menurutnya, selama tiga tahun ini Ditjen PSP akan mendampingi dan memastikan kegiatan budidaya berjalan dengan baik. Salah satu caranya melalui pendampingan dengan memberikan penyuluhan.

“Melalui penyuluhan diharapkan masyarakat bisa mengelola lahan rawa menjadi satu kluster yang menguntungkan untuk kegiatan usaha tani,” harapnya.

SERASI

Sementara itu, Sekretaris Dirjen PSP Kementan, Mulyadi Hendiawan menambahkan, sepanjang tahun 2019 pihaknya akan memfokuskan perluasan lahan penanaman padi di lahan rawa dan lahan kering. Penanaman padi akan dilakukan di areal lahan rawa seluas 500.000 ha dan 750.000 ha di lahan kering.

Mulyadi menyatakan, program baru penanaman padi ini diharapkan pemerintah bisa menjadi terobosan dalam mengatasi semakin berkurangnya ketersediaan lahan tanam.

“Areal baru ini bisa menjadi titik percontohan bagi masyarakat bahwa potensi lahan kering di Indonesia masih cukup luas, yaitu mencapai 29,39 juta ha. Untuk lahan rawa, potensi pertaniannya mencapai 7,52 juta ha,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku optimis program Optimasi Lahan Rawa akan memberi dampak baik pada semua pihak. Bahkan, Kementan tahun ini akan menggalakkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI).

“Saya yakin, dengan program SERASI, maka petani bisa untung 6 kali lipat. Pertama, produktivitas meningkat dari 2 ton menjadi 6 ton/ha. Selain itu, waktu menanam jauh lebih singkat, dari 25 hari menjadi 3 jam. Tentunya ini sesuai dengan misi kita untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.

Dalam program SERASI, pemerintah mendorong peningkatan kesejahteraan petani melalui konsep koperasi yang dikorporasikan. Selama setahun, program SERASI akan dibiayai oleh pemerintah pusat.

“Kemudian di tahun berikutnya terus bertransformasi menjadi korporasi. Sehingga dikelola secara matang dengan perhitungan profit yang profesional,” jelasnya.

Amran mengatakan, jika produktivitas lahan rawa seluas 550.000 ha mencapai 6 ton/ha, maka potensi produksi mencapai 3,3 juta ton. “Bila petani bisa melakukan dua kali tanam, maka potensi produksi yang dihasilkan 6,6 juta ton,” tegasnya.

Dia menyebutkan, optimalisasi lahan seluas 550.000 ha ini akan dimulai tahun 2019 dan berjalan selama dua tahun. Dalam waktu dua tahun itu dipastikan akan menjadi sawah siap tanam pada 2020 mendatang.

Pemanfaatan lahan rawa ini didukung dengan alat dan mesin pertanian (Alsintan). Bahkan, perbankan dinilai turut men-support untuk program optimalisasi lahan rawa ini. “Mereka bilang, ini lahan rawa super feasible. Pihak perbankan (BRI dan BNI) siap mendukung,” tegasnya. PSP