Sebanyak 289,4 juta batang bibit ditanam untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) sepanjang tahun 2019 lalu. Aktivitas ini ikut memicu terbukanya lapangan kerja secara berkelanjutan.
Pelaksana Tugas Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Hudoyo mengungkapkan, ada sejumlah kegiatan RHL yang dilaksanakan KLHK sepanjang tahun 2019 lalu. Dari kegiatan RHL reguler seperti penananam pohon di Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas ada setidaknya 159,3 juta batang pohon yang ditanam di areal sekitar 207.000 hektare.
Sementara bibit yang disediakan program seperti Kebun Bibit Desa (KBD) sebanyak 23,5 juta batang, kebun bibit rakyat (KBR) sebanyak 50,9 juta batang, persemaian permanen (PP) sebanyak 50,2 juta batang, penyediaan bibit produktif sebanyak 4,6 juta batang, dan penanaman macadamia sebanyak 650.000 batang.
Hudoyo menyatakan, kegiatan RHL yang dilakukan memicu terbukanya lapangan pekerjaan. “Dari kegiatan RHL menyerap 9,84 juta HOK (hari orang kerja) yang jika divaluasi nilai mencapai Rp984,5 miliar langsung di masyarakat,” kata Hudoyo saat media gathering di Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (29/2/2020).
Dia melanjutkan, penciptaan tenaga kerja dari kegiatan RHL bukan hanya terjadi pada saat aktivitas pembibitan, pemeliharaan atau penanaman saja. Melainkan berkelanjutan. Pasalnya tanaman yang ditanam nantinya menghasilkan berbagai jenis produk. Bukan hanya kayu tapi juga buah-buahan.
“Tanaman menghasilkan buah-buahan seperti jengkol, pete, duren secara berkelanjutan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Jadi tanpa disadari RHL menciptakan pekerjaan jangka panjang,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Hudoyo, bibit pohon yang disediakan oleh KLHK adalah bibit yang memang disukai oleh masyarakat petani. Harapannya, mereka mau menanam dan merawat pohon yang ditanam dengan kesadaran pribadi. Lewat konsep tersebut, diharapkan akan muncul sentra-sentra komoditas di berbagai lokasi. “Jadi masyarakat mintanya apa? Kami support bibitnya,” katanya.
Berbekal konsep itu, masyarakat yang menanam bisa memperoleh pendapatan yang cukup besar saat pohon yang ditanam menghasilkan panen buah. Sebagai contoh, Ahmadi, petani di Desa Nusapati, Kecamatan Sui Pinyuh, Kecamatan Mempawah bisa memanen hingga 2 ton jengkol dari 80 pohon yang ditanamnya tahun 2013. Dari panen yang dihasilkan, Ahamadi bisa mengantongi pendapatan tambahan Rp16 juta. Ahmadi sejauh ini sudah dua kali merasakan panen jengkol dan diharapkan bisa panen setiap tahun.
“Dalam waktu dekat, kami juga sudah diundang oleh masyarakat di Lampung untuk panen durian hasil penanaman bibit beberapa tahun lalu,” kata Hudoyo.
Untuk tahun 2020, KLHK tetap akan mengoptimalkan kegiatan RHL. Hudoyo menuturkan, penanaman kegiatan RHL reguler akan dilakukan di areal seluas 57.000 hektare. Selain itu ada dukungan bibit untuk dibagikan kepada masyarakat lewat program KBR sebanyak 1.000 unit, KBD 500 unit, PP sebanyak 40 juta batang, dan persemaian modern di tempat wisata prioritas. Penanaman rehabilitasi DAS juga akan dilakukan oleh para pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan.
Hudoyo melanjutkan, selain kegiatan penanaman, upya RHL juga didukung dengan pembangunan bangunan konservasi tanah dan air (KTA) seperti dam penahan, dam pengendali, gully plug dan, bronjong. Untuk tahun 2020, akan ada 3.000 bangunan KTA yang akan dibangun.
Dia menyatakan perlunya berbagai upaya dan keterlibatan semua pihak dalam kegiatan RHL. Pasalnya, ada 14,3 juta hektare lahan di seluruh Indonesia yang masuk dalam kategori kritis dan sangat kritis.
Sugiharto