Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi kekeringan ekstrem akibat fenomena El Nino pada Agustus 2023.
Salah satunya dengan mendorong petani untuk ikut program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), mengerahkan gerakan Serbu El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada.
“Kami juga terus mendorong percepatan tanam menggunakan alat dan mesin pertanian (Alsintan), seperti traktor roda empat dan traktor roda dua,” kata Dirjen PSP, Ali Jamil di Jakarta, Jumat (4/8/2023).
Dia menyebutkan, tahun ini Ditjen PSP juga menyiapkan alokasi bantuan Alsintan untuk seluruh Indonesia, seperti traktor roda empat sebanyak 1.076 unit, traktor roda dua 5.710 unit, dan pompa air 2.335 unit.
Selain itu, Kementan juga akan memaksimalkan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) yang dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah.
Kementan juga punya kegiatan irigasi perpipaan, irigasi perpompaan, pembangunan embung, dan dam parit yang bertujuan sebagai suplesi air hingga lahan. “Tahun 2023 ini, Kementan juga akan mengalokasikan embung sekitar 500 unit, perpompaan 160 unit, perpipaan 250 unit, RJIT 1.100 unit, sebagai salah satu bentuk antisipasi El Nino,” jelas Ali.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya akan memanfaatkan infrastruktur air untuk menjaga ketahanan pangan sebagai antisipasi menghadapi musim kemarau ekstrem.
“Kami harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim, terutama saat kemarau nanti, dengan memanfaatkan infrastruktur air seperti, embung, dam parit maupun long storage saat kemarau datang,” ujarnya.
Mentan mengungkapkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memprakirakan akan terjadi kemarau ekstrem atau El Nino.
Kondisi ini perlu diwaspadai, terutama pada Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau 2023. Menurut Data BMKG pada pertengahan Juli 2023, Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta dan sebagian besar Jawa Barat (Jabar) sudah memasuki musim kemarau 2023.
Menurut laporan cuaca harian BMKG, beberapa hari dalam sepekan terakhir telah nihil hujan. Sementara itu, Koordinator Pengelola Bendung Pintu Air Katulampa Bogor Andi Sudirman memastikan, sektor pertanian tetap menjadi prioritas utama untuk mendapatkan air dari bendungan meski semakin menyusut.
Seperti diketahui, tinggi muka air (TMA) Bendung Katulampa, Bogor Timur, Bogor, Jawa Barat (Jabar), semakin menipis menyusul hujan yang kian jarang. Penyusutan ini merupakan tanda musim kemarau kering yang sudah diwanti-wanti BMKG sejak lama.
Menanggapi hal tersebut, Andi membenarkan bila kondisi air di Bendungan Katulampa memang berkurang, tetapi masih cukup untuk pertanian.
“Air yang ada di Bendungan Katulampa dibagi dua. (Pertama) dialirkan ke Kali Baru untuk kebutuhan pertanian, Kebun Raya Bogor, dan Istana Bogor. (Kedua) dialirkan ke Sungai Ciliwung yang melalui Kota Bogor,” ujarnya.
Lebih lanjut, Andi mengungkapkan bahwa debit Bendungan Katulampa memang nol karena tidak ada air yang melintas melalui mercu.
Meski demikian, kata dia, air yang digelontorkan setiap hari melalui saluran penguras sekitar 300 liter sampai 500 liter per detik. “Sedangkan ke Kali Baru sampai saat ini air digelontorkan sekitar 2.500 liter sampai 3000 liter per detik, untuk pertanian dan Istana Bogor,” ucap Andi.
Oleh karenanya, air di bendungan diutamakan untuk mengairi pertanian sekitar 330 hektare (ha) karena volume air saat ini berkurang.
Percepat Tanam
Di kesempatan terpisah, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong Provinsi Lampung untuk mempercepat proses tanam dengan varietas unggul tahan kering serta menggunakan kekuatan teknologi mekanisasi sebagai alat utama menjaga produksi dalam negeri.
Langkah ini menurut Mentan perlu dilakukan agar Lampung mampu menjaga wilayah penyangga dalam mengantisipasi cuaca ekstrem El Nino yang diperkirakan berlangsung lama.
“Antara lain mempersiapkan lahan lahan penyangga kita kurang lebih 500.000 ha untuk intensifikasi yang lebih. Dan tentu kita akan gunakan kekuatan mekanisasi dan teknologi termasuk penyesuaian varietas yang tahan kekeringan,” katanya, dalam rapat koordinasi antisipasi dampak iklim El Nino Provinsi Lampung, pekan lalu.
Syahrul mengatakan, selama ini Provinsi Lampung adalah daerah penyangga langsung bagi daerah di Pulau Jawa. Karena itu, dalam menghadapi El Nino ini, Lampung harus menjadi daerah terbaik dalam peningkatan produkai bagi kepentingan nasional.
“Dan kelihatanya Pak Kadis yang ada di sini, Pak Bupati, Pak Gubernur sangat serius dan sangat antusias membantu kepentingan bangsa yang kita cintai ini,” katanya.
Menurut Mentan, upaya pemerintah dalam mengantisipasi dampak buruk El Nino juga dilakukan dengan mendorong penanaman 1.000 ha di seriap daerah. Khusus untuk wilayah Lampung, Mentan berharap pimpinan daerah terus mendampingi petani dalam berproduksi.
“Kalau Gubernur Lampung dan para Bupati Lampung mau tanam 1.000 ha, kita akan siapkan skema KUR dan paket Alsintan. Kita berharap kalau pertanian itu 1.000 ha bisa berkontribusi kepada rakyat perputaran ekonomi sampai Rp30 miliar. Dan ini membutuhkan konsentrasi kerja yang sangat apik antara pemerintah pusat dengan daerah,” katanya.
Namun begitu, Syahrul memastikan bahwa saat ini masih ada petani yang melakukan panen raya sehingga masyarakat tak perlu khawatir akan ketersediaan pangan. Tercatat, bulan Agustus ini ada sekitar 850.000 ha yang siap untuk panen.
“Tetapi ingat kita tidak boleh pede karena cuaca sangat ekstrem kalau hujan langsung banjir kalau panas membakar,” katanya.
Asisten Daerah 2 Pemerintah dan Perekonomian Provinsi Lampung, Kusnardi menyampaikan terima kasih atas dukungan dan perhatian besar jajaran Kementan terhadap Provinsi Lampung dalam membangun pertanian yang jauh lebih kuat terutama saat menghadapi el nino.
Menurut Kusnardi, saat ini potenai lahan sawah di Provinsi Lampung mencapai 361.000 ha lebih. Sebagai antisipasi kegagalan, pihaknya sudah meminta para Bupati agar mempercepat proses tanam dan menyalurkan bantuan pompa.
“Lampung akan melaksanakan tanam padi 100.000 ha untuk periode Juli sampai September 2023. Upaya lain adalah menyalurkan pompa air kepada kelompok tani, mempercepat tanam dan mengoptimalkan sumber air serta mengoptimalkan lahan dan meningkatkan jumlah petani,” jelasnya.
Tingkat IP
Sementara itu di Sumatera Utara, Syahrul mengajak pemerintah daerah (Pemda) dan petani untuk menaikkan Indeks Pertanaman (IP) di lahan pertanian eksisting.
Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi dampak El Nino atau kemarau ekstrem pada produksi padi dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok.
Dia mengatakan, dampak El Nino tidak bisa diprediksi. Akan tetapi, kata Mentan, Presiden Jokowi telah menginstruksikan adanya upaya untuk mengatasi dampak yang akan terjadi sedini mungkin, terutama pada sektor pangan.
Dengan begitu, kondisi ketersediaan pangan khususnya beras harus bisa dijamin secara maksimal.
“Oleh karena itu, Bapak Presiden Jokowi memerintahkan kepada saya mempersiapkan kurang lebih 500.000 ha lahan di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Penyiapan lahan tersebut, lanjut dia, bukan untuk membuat lahan baru, tetapi menambah pertanaman baru.
Jika sebelumnya masa tanam cuma satu atau dua kali dalam setahun, nanti ditingkatkan menjadi dua sampai tiga kali tanam.
“Kami menaikkan jumlah pertanaman sehingga produksi juga meningkat,” katanya.
Syahrul mengatakan, ada enam provinsi di seluruh Indonesia yang akan dilakukan intervensi Kementan. Keenam provinsi tersebut, adalah Sumatera Selatan (Sumsel), Sumut, tiga provinsi di Jawa, dan Sulawesi Selatan (Sulsel), serta ditambah provinsi pendamping, yakni Lampung, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Banten.
“Akan ada 500.000 ha dan kami berharap lahan ini akan ditempatkan pada zona hijau. Zona ini adalah zona yang kalaupun ada El Nino besok, tapi ketersediaan air bisa kami jamin dan tentu dengan menggunakan mekanisasi, intervensi teknologi, bahkan dengan kekuatan varietas-varietas yang tahan hama,” ucapnya. SW