Transtoto: Tolak Climate Award, Emil Salim Tetap Layak Dapat Penghargaan Pejuang Lingkungan

Prof Emil Salim (kiri) bersama Dr Transtoto Handadhari.

Profesor Emil Salim menjadi pembicaraan karena baru saja menolak penghargaan Climate Award karena merasa gagal melaksanakan Konvensio Rio.

Meski demikian, banya tokoh yang menilai, Emil Salim tetap layak mendapat penganugerahan penghargaan atas jasa-jasanya memperjuangkan kemajuan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.

Banyak tokoh kehutanan dan lingkungan tetap menganggap bahwa perjuangan Emil Salim tetap layak dihargai.

Diantaranya tokoh rimbawan senior, Ketua Umum Yayasan Peduli Hutan Indonesia (YPHI) Dr. Transtoto Handadhari.

“Kondisi lingkungan hidup di Indonesia memang masih buruk. Masalahnya di samping penduduknya besar, namun juga ratusan jiwa apalagi yang tinggal di daerah-daerah kurang terperhatikan umumnya tidak disiplin, jorok dan suka buang sampah sembarangan. Di daerah-daerah tertentu WC masih di kali dan pinggir pantai. Di daerah-daerah kelompok tertentu merokok masih sangat dibiarkan meracuni rakyat. Tapi tokh negara juga melindungi pabrik-pabrik rokok besar,” katanya dalam pernyataan, Senin 26 Juni 2023.

Contoh lain adalah soal pengelolaan sampah plastik. Menurut penelitian (Dr. Retno Hastijanti, ITS, 2023), sampah plastik yang dibenci khususnya di lautan tersebar mengumpul menjadi sebuah pulau di Samudera Atlantik.

Gunungan sampah plastik itu terbesar kedua dikenali para ahli dunia datang dari produk-produk plastik Indonesia.

“Tapi itu merupakan kewenangan banyak instansi pemerintahan. Tidak mungkin ditimpakan sebagai kinerja Prof. Emil Salim semuanya selaku Menteri Lingkungan Hidup saat itu (1985-an),” kata Transtoto.

Transtoto yang pernah ikut menangani pengendalian konservasi tanah dan air di kawasan DAS Ciliwung (kawasan Puncak Bogor), DAS Cisadane (DKI Jakarta) DAS Cimandiri (Sukabumi) sampai DAS Ciujung di Banten serta punya kedekatan pekerjaan bersama Prof. Emil Salim merasa sangat berbangga mengenal kerja keras beliau.

“Beliau harus diakui sukses mengawali membangun landasan dan arah pengelolaan limgkungan hidup di Indonesia,” tuturnya.

“Harus diakui sepak terjang beliau yang sangat cerdas dan tegas. Sebagian besar pemahaman lingkungan diawali dan dipelopori oleh Prof. Emil Salim.
Paling tidak jasa beliau memberikan arah kelestarian lingkungan yang hasilnya kini sudah membaik, meski masih dianggap belum buruk saat ini”, lanjutnya.

Disisi lain seniman lingkungan Acil Bimbo menyataka Emil Salim adalah Sahabat Bimbo.

“Saat pak Emil jadi menteri Lingkungan Hidup, saya bersama Erna Witular berkegiatan di Walhi. Pak Emil seorang intelektual punya sikap dan berkarakter. Sampai hari ini Lingkungan Hidup masih tetap menjadi masalah. Ini mungkin yang menjadi dasar beliau menolak pemberian award karena kecewa melihat praktik-praktik perusakan hutan yang terjadi dan penangannya yang lemah,” ungkapnya.

Masyarakat mencoba mengira-ira apa sebenarnya yang membuat Pak Emil kecewa. Mungkin terkait masalah peran Indonesia dalam pengendalian iklim serta berbagai konvensinya, ataukah praktik pengurangan hutan yang terjadi terus menerus sampai saat ini?

Namun kedua tokoh lingkungan Transtoto dan Acil BIMBO sepakat bahwa Prof. Emil Salim layak menjadi “Bapak Lingkungan Hidup Indonesia”. ****