Kinerja ekspor industri mebel dan kerajinan nasional tahun 2023 diperkirakan mengalami penurunan secara signifikan sebesar 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena kondisi geoplitik dan inflasi besar di negara tujuan ekspor serta lemahnya daya saing produk Indonesia di pasar internasional.
“Bila dilihat secara mendalam, ada argumentasi lain yang perlu mendapat perhatian seksama, secara umum yaitu produk yang berasal dari Indonesia dinilai oleh buyers cukup tinggi atau mahal dibanding dari Malaysia, Vietnam dan terutama China,” ujar Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur saat membeberkan refleksi 2023 dan outlook 2024.
Dengan harga yang lebih mahal, pihak buyers lebih memilih belanja dari Malaysia, Vietnam dan China, kecuali untuk produk-produk khas Indonesia yang berbasis kayu solid, eksotis material seperti rotan, craft, masih merupakan kekuatan kita yang dipilih para buyer.
Dengan kondisi di atas, HIMKI menilai target yang dicanangkan bersama pemerintah untuk mencapai angka ekspor 5 miliar dollar AS (gabungan mebel dan kerajinan) hingga akhir 2024 sepertinya harus dikoreksi dengan fakta dan data yang tidak mendukung di lapangan.
Menurut Sobur, data ekspor mebel per september 2023 hanya mencapai 1,29 miliar dollar, turun dari tahun 2021 yang tercatat 1,86 miliar dolar atau turun 30 persen YoY. Sementara untuk kerajinan tahun 2023 tercatat 513 juta dollar AS atau menurun 21 persen dari tahun lalu yang mencapai 647 juta dollar AS .
Adapun total kinerja ekspor gabungan yang tahun lalu mencapai 2.5 milyar dollar AS, turun menjadi 1,8 miliar dollar pada tahun 2023. Terjadi akumulasi turun 28 persen.
“Dengan basis data tersebut kita bisa prediksi sampai akhir tahun 2023, angka optimis ekspor gabungan mebel dan kerajinan hanya akan mencapai 2.5 miliar dolatr atau menurun 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” jelas Sobur..
Tetap optimis
Walaupun terjadi penurunan, namun HIMKI tetap optimis produk mebel dan kerajinan Indonesia masih bisa tumbuh. Apalagi jika mencermati permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan di dunia terus mengalami pertumbuhan. “HIMKI tetap optimis dengan masa depan industri ini mengingat Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Indonesia memiliki peluang menjadi produsen mebel dan kerajinan terbesar di kawasan regional dan berpeluang menjadi yang terbesar di dunia, khususnya untuk produk-produk berbasis rotan,” ucap Sobur.
Optismisme ini juga diperkuat oleh dukungan pemerintah yang konsisten membantu pelaku industri mebel dan kerajinan nasional dengan sejumlah program kegiatannya antara lain program restrukturisasi mesin atau/atau peralatan untuk sektor industri pengolahan kayu termasuk furniture yang dilaksanakan Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Diretorat Jenderal Industri Agro.
Sebelumnya, HIMKI telah menargetkan ekspor mebel dan kerajinan sebesar lima miliar dollar AS pada tahun 2024. “HIMKI menyadiri bahwa dalam merealisasikan target tersebut di atas diperlukan dukungan dari berbagai pihak, yaitu pemerintah; pelaku usaha industri mebel dan kerajinan baik skala kecil, menangah, maupun besar; para desainer; dan stakeholder lainnya termasuk media dan organisasi swasta lainnya yang concern terhadap perkembangan industri mebel dan kerajinan nasional,” ujar Abdul Sobur.
Menurutnya, ada sembilan langkah yang harus dipenuhi untuk mencapai target ekspor sebesar lima miliar dollar AS
pada tahun 2024. Kesembilan langkah tersebut adalah, kecukupan suplai bahan baku utama dan bahan penunjang, peremajaan alat dan teknologi produksi, inovasi dan pengembangan desain, promosi dan pemasaran, peningkatan kompetensi SDM Industri.
Selain itu, perlu juga dilakukan perbaikan pada regulasi dan sistem pengupahan, penurunan suku bunga, pengurangan tarif pajak dan penegakan hukum, terutama terhadap aksi penyelundupan rotan.Buyung N