
Senior Advisor Croplife Indonesia Midzon Johannis mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung program pembangunan food estate yang digaungkan pemerintah.
“Dengan populasi manusia dunia tahun 1950 sebanyak 2,5 miliar terus naik menjadi 7 miliar pada 2011 dan tahun 2050 dipekirakan mencapai 9 miliar. Imbasnya, konsumsi pangan diperkirakan meningkat 23%, sementara luas lahan pertanian hanya tumbuh 9%,” ujar Midzon saat diskusi Webinar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) Kamis (18/3/2021).
CropLife Indonesia merupakan asosiasi nirlaba yang mewakili kepentingan petani dan industri benih dan pestisida. Dukungan Croplife Indonesia bagi pertanian Indonesia yakni dengan mendorong pengembangan teknologi baru untuk perlindungan tanaman, biologi, bioteknologi, digital dan smart agriculture sesuai dengan kondisi Indonesia.
Croplife Indonesia juga mendukung penyediaan teknologi dan menjamin ketersediaan sarana pertanian seperti produk perlindungan tanaman dan benih, pendamping kepada petani melalui learning centers, ekspo pertanian, pelatihan agronomi dan stewardship.
“Penyediaan teknologi dan menjamin ketersediaan sarana pertanian seperti produk perlindungan tanaman dan benih,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Sarwo Edhy Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan bahwa Food Estate dapat mendukung ketahanan pangan nasional
“Lahan rawa itu luasnya 34 juta hektare. Berdasarkan hasil penelitian sekitar 17 juta hektare yang bisa digunakan sebagai lahan pertanian produktif. Upaya ini dilakukan secara bertahap untuk optimalisasi lahan rawa supaya produksi kita meningkat,”ucap Sarwo Edhy
Sarwo juga menerangkan bahwa pelaksanaan food estate ini didukung Kementan melalui pendekatan teknologi, sosialisasi kepada petani untuk menggunakan padi unggul bermutu bersertifikat. Alhasil, produkvitas Food Estate di lahan rawa Kalteng naik dari sebelumnya 2-3 ton per hektar (ha) bisa menjadi 5 ton per ha.
“Program food estate ini ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan lahan rawa merupakan masa depan bangsa Indonesia,“ ujarnya
Di kesempatan yang sama, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi-FEM Institut Pertanian Bogor (IPB) Sahara mengatakan mekanisasi dan modernisasi pertanian/digitalisasi merupakan salah satu simpul penting yang harus diperkuat baik di on farm dan off farm pada pengembangan food estate.
“Penggunaan alat dan mesin pertanian pada saat pengolahan lahan akan meningkatkan produksi pertanian,” ucap Sahara.
Sementara, pengelolaan hasil diperlukan penggilingan padi atau RMU (Rice Milling Unit) yang merupakan titik sentral dari agroindustri padi.
Kasubdit Optimasi dan Rehabilitasi Lahan, Ditjen PSP, Kementerian Pertanian, Foyya Yusufu Aquino mengatakan, sebagai contoh penerapan teknologi di lahan food estate, pemerintah membuat center of excellence di Kabupaten Kapuas 1.000 ha dan Kabupaten Pulang Pisau 1.000 ha.
Sebelumnya, pada 2019 pemerintah mengoptimalkan lahan rawa di lima provinsi yakni, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung. Luas lahan di 5 provinsi itu ada sekitar 366 ribu ha lahan rawa untuk budidaya padi.
Atiyyah Rahma