
Pengendalian perubahan iklim butuh dukungan secara sadar dari masyarakat dan para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, isu perubahan iklim perlu diinternalisasikan dalam dunia pendidikan.
Demikian terungkap saat diskusi virtual Pojok Iklim yang bertemakan “Internalisasi Perubahan Iklim dalam Kurikulum Pendidikan”, Rabu (17/3/2021).
Diskusi yang dipandu oleh Peneliti Madya Balai Litbang dan Inovasi KLHK, Titiek Setyawati ini dihadiri oleh 150 peserta yang terdiri dari Kementerian/Lembaga, organisasi non-pemerintah, perguruan tinggi, sektor privat dan individu.
Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementeriana LIngkungan Hidup (KLHK), Sarwono Kusumaatmadja menuturkan sektor pendidikan mendapat pukulan berat pada saat pandemi. Untuk itu, pendidikan harus bisa menciptakan sikap-sikap yang diperlukan untuk menghadapi peri kehidupan yang semakin kompleks.
Menurut Sarwono, pendidikan adalah suatu proses untuk memahami dan menghayati informasi sehingga informasi itu bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Diskusi Pojok Iklim kali ini diharapkan dapat menemukan format serta metode pendidikan yang sesuai untuk menghadapi gejala perubahan iklim secara konseptual, strategis dan efektif.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Adil Budiman, mengungkapkan pengembangan pendidikan lingkungan hidup di Kota Sukabumi dilaksanakan melalui dua metode.
Pertama yaitu metode monolitik dengan memasukkan materi pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu muatan lokal sekolah. Kedua, metode integrasi yaitu adanya materi pendidikan lingkungan hidup ke dalam semua mata pelajaran.
“Kunci keberhasilan Kota Sukabumi dalam pengembangan gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah adalah adanya komitmen setiap unsur sekolah, perubahan perilaku berbudaya lingkungan, serta SDM pendidik dan peserta didik. Tanpanya, program Adiwiyata tidak berkesinambungan ke depannya.” katanya.
Peneliti Ahli Utama, Badan Litbang dan Inovasi KLHK, Hendra Gunawan, memaparkan pengalamannya dalam menyusun kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup tematik mangrove di Indramayu.
Untuk mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup tematik mangrove, harus bersifat integratif dan diperlukan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak. Pendidikan karakter cinta mangrove dan cinta lingkungan pada umumnya perlu ditanamkan dan diwariskan lintas generasi serta diformalkan dalam kurikulum.
Kepala Bidang Pengembangan Generasi Lingkungan, Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan generasi Lingkungan KLHK, Asri Tresnawati, menyatakan pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu strategi menuju perubahan perilaku masyarakat peduli lingkungan. Untuk memperbaiki lingkungan, perlu perubahan perilaku ramah lingkungan dan peran aktif baik dalam pendidikan formal maupun non-formal.
Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Ramli Yanto, menyatakan bahaya kerusakan lingkungan sama bahayanya dengan radikalisme, narkoba, dan korupsi. Untuk itu Jatim menekankan insersi isu lingkungan hidup pada kurikulum dan mata pelajaran yang berkaitan.
“Harapannya sekolah bukan sekedar menuntaskan kurikulum, namun juga cinta lingkungan menjadi habituasi bagi siswa-siswi dan para pengajar di sekolah.” katanya.
Sugiharto