Edu-Ekowisata Hutan untuk Pemulihan Pasca Pandemi

Peresmian Aula di Sentul Eco-Edu Tourism Forest

Pandemi Covid-19 berkepanjangan mengganggu kesehatan masyarakat bukan saja secara fisik tapi juga psikis. Berkunjung ke lokasi edu-ekowisata hutan bisa menjadi menjadi terapi penyembuhan (healing forest).

Salah satu lokasi edu-ekowisata yang bisa dikunjungi adalah SEETF (Sentul Eco-Edu Tourism Forest), Bogor, Jawa Barat. Di kawasan yang dikembangkan lewat kerja sama bilateral antara Pemerintah Indonesia-Pemerintah Republik Korea itu, pengunjung bisa mengembalikan kesegaran jiwa-raga sekaligus menambah pengetahuan.

Apalagi fasilitas di SEETF, makin lengkap. Terbaru, dua aula terbuka diresmikan pemanfaatannya, Selasa (6/4/2021). Peresmian digelar dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Peresmian dihadiri perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Perum Perhutani dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Dari pihak Korea hadir perwakilan dari Kedutaan Besar Republik Korea di Jakarta, pimpinan dan staff dari Korea Indonesia Forest Center (KIFC) serta perwakilan dari beberapa lembaga Korea yang ada di Indonesia.

Park Eunsik, Direktur Jenderal Kerja Sama Internasional Korea Forest Service (KFS) yang hadir secara virtual menyatakan SEETF berperan adalah simbol persahabatan Korea-Indonesia.

Park berharap, dengan diresmikannya dua aula yang diberi nama Millennial Hall dan K-Forest Hall, SEETF bisa berkembang menjadi tempat persinggahan yang nyaman sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat hutan, kesenangan, dan menyegarkan jiwa.

Menurut Park, saat ini Korea Selatan sedang menerapkan program hutan penyembuhan (healing forest) dengan fasilitas wisata hutan skala nasional untuk memberikan berbagai manfaat dari hutan kepada orang-orang Korea yang kelelahan akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan.

“Seperti di Korea, Saya harap SEETF bisa berperan penting bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati hutan yang indah,” katanya.

Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono menyatakan apresiasinya atas selesainya pembangunan kedua aula tersebut.

“Diharapkan dengan bertambahnya fasilitas ini pengunjung dapat lebih menikmati keindahan dan kesegaran alam di SEETF,” katanya dalam sambutan yang dibacakan Kepala Bagian Kerja Sama Bilateral KLHK Dodi Sumardi.

Bambang menyatakan dengan penamaan Millenials Hall dan K-Forests Hall, diharapkan dapat mendukung program pemerintah untuk lebih melibatkan generasi muda dalam menjaga dan menikmati anugerah sumber daya hutan serta mendukung pengembangan wisata, khususnya wisata alam, yang merupakan salah satu prioritas dari Pemerintah Indonesia saat ini.

Millenial Hall yang baru diresmikan di Sentul Eco-Edu Tourism Forest

Persahabatan

Dua aula yang dibangun memiliki konsep menyatu dengan alam, tanpa dinding, dengan bahan lantai batu alam. Millenial hall memiliki luas bangunan 200 m2 yang dinamai dan K Forest Hall memiliki luas 100m2.

Nama ‘Millennials Hall digunakan sebagai simbol bahwa Korea mendukung kebijakan Indonesia untuk pengembangan generasi millennial. Sementara nama ‘K-Forest Hall’ digunakan sebagai simbol kerjasama bilateral Korea-Indonesia di bidang kehutanan yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun, dan akan terus dikembangkan, melalui proyek-proyek kerjasama yang baru.

Dua aula itu melengkapi fasilitas telah dibangun seperti jembatan penghubung, ruang informasi, guest house, asrama dan ruang kelas, kantin, dan mushola. SEETF mulai dikembangkan sejak 2011 dengan dana pengembangan merupakan hibah dari Pemerintah Korea melalui KFS dan disalurkan lewat Korea Indonesia Forest Center (KIFC).

Di sana juga tersedia jogging track sepanjang sekitar 7 Km, pengunjung dapat menikmati kesegaran hutan sambil ber-jogging.  Di samping itu pengunjung juga dapat menikmati alam sambil berkemah di camping ground yang tersedia dengan kapasitas yang dapat menampung lebih dari 200 pengunjung.

Selain tenda-tenda biasa, SEETF juga dapat menyediakan tenda untuk Glamping (Glamour Camping).  Camping di bawah tegakan pohon pinus akan memberikan kesan yang sangat menarik, terutama di waktu cuaca cerah di malam hari.

Bagi pengunjung yang senang ber-swafoto, di SEETF juga tersedia fasilitas untuk swa-foto dengan mengenakan pakaian tradisional Korea, dengan setting background pemandangan Korea, sehingga seolah berfoto di Korea.

Pastinya, SEETF diharapkan bisa menjadi sarana pendidikan lingkungan hidup dan kehutanan sambil berekreasi. Pengunjung bisa mempelajari banyak hal, mulai dari jenis-jenis pohon hingga bagaimana cara mempraktikan hidroponik.

Tahun 2019 lalu, pengunjung SEETF mencapai 20.000 orang.  Dengan semakin banyaknya fasilitas, kunjungan ke SEETF diharapkan semakin meningkat sehingga semakin banyak orang yang teredukasi tentang lingkungan dan hutan.

Direktur Keuangan Perhutani Kemal Sudiro menyatakan pihaknya terus bekerja sama dengan KIFC untuk mengembangkan SEETF. Menurut dia, dengan berbagai fasilitas yang dibangun diharapkan bisa semakin meningkatkan jumlah pengunjung.

“Lebih banyak pengunjung lebih banyak yang bisa diedukasi tentang alam dan hutan, tentu dengan protokol kesehatan,” katanya.

Sentul Eco-Edu Tourism Forest

Sekda Kabupaten Bogor Burhanuddin menyatakan SEETF disiapkan menjadi salah satu wisata unggulan di Kabupaten Bogor. SEETF tidak hanya menjadi tujuan wisata tapi juga dapat meningkatkan wawasan lingkungan masyarakat.

“Mudah-mudahan ini jadi salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Bogor khususnya wisata edukasi. SEETF harus jadi objek wisata CARE,” ungkap Burhanudin.

CARE yang dimaksud Burhanudin adalah Conservation, Education, anda Recreation.

“SEETF ini bahkan sudah masuk ke dalam Perda Nomor 7 Tahun 2020 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Bogor.  Ini masuk di salah satu prioritas yang akan kami pasarkan dengan menggunakan berbagai sarana media,” katanya.

Burhanudin menambahkan, pengembangan edu-ekowisata sejalan dengan komitmen Pemerintah Kabupaten Bogor untuk melakukan berbagai kegiatan pelestarian lingkungan dalam skala yang lebih masif, seperti rehabilitasi hutan dan lahan, pengadaan bibit, penghijauan, hutan tanaman rakyat, reboisasi dan penerapan zero delta q policy untuk daerah resapan air.

Sugiharto