Usia yang tidak muda sebuah kampus rimbawan dengan prestasi utamanya keberhasilan pembangunan tanah kritis hutan Wanagama yang dirintis oleh almarhum Profesor Soedarwono Hardjosoediro dan almarhum Profesor Oemi Hani’in (1960-an).
Fakultas Kehutanan UGM di samping memiliki andil berkembangnya pengelolaan hutan Perum Perhutani di Jawa juga menggunakannya sebagai kampus lapangan mahasiswa-mahasiswanya, bersama mahasiswa kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), dan hampir seluruh mahasiswa Rimbawan se-Indonesia.
Praktik-praktik lapangan mahasiswa kehutanan khususnya eksploitasi hutan juga dilanjutkan di hutan rimba di luar Jawa. Meskipun istitusi pendidikan yang bekerjasama dengan perusahaan HPH tidak selalu memberi pelajaran yang baik dalam pengelolaan hutan lestari.
Institusi pendidikan kehutanan di Yogyakarta tersebut juga mampu menjadikan alumnusnya menjadi Presiden RI. Dan puluhan menteri dan pemimpin tangguh kehutanan.
Namun besarnya kerusakan hutan serta memburuknya akhlak karyawan kehutanan bahkan kemampuan akademisi di lapangan, dan akibat “Legenda” kejayaan Perhutani akkhir-akhir ini terasa menurun tajam.
“Apakah itu ada kaitannya dengan turunnya pamor kemampuan rimbawan lapangan setelah turunnya gairah mengelola hutan karena hutan sudah “habis”,” kata rimbawan senior Dr. Transtoto Handadhari, Kamis, 19 Oktober 2023.
“Kerusakan hutan sekitar 60 juta hektare serta rusaknya hutan jati di Jawa akibat ketergesa-gesaan kebijakan 2022 membuat minat memuliakan hutan terus berkurang.”
Transtoto, alumnus UGM, yang kini sedang berniat menjadi anggota DPR-RI itu mencemaskan ancaman kecurangan dan ketidakpedulian rimbawan terhadap kelestarian hutan.
“Itu sangat berbahaya, karena dampaknya institusi pendidikan kehutanan akan kehilangan minat mahasiswa belajar kehutanan. Kebijiakan kehutanan harus disesuaikan kembali. Kampus kehutanan harus mampu membangun patriotisme rimbawan yang cinta hutan dan tahan hidup sederhana.. Kampus harus mampu mencari terobosan-terobosan membangun hutan hijau yang menghasilkan nilai ekonomi tinggi”.
“Kembali kepada usia Fakultas Kehutanan UGM yang menginjak 60 tahun agar menyadarkan semua alumninya untuk merenungkan kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi dalam memberikan tauladan keilmuan kepada masyarakat luas. Bahwa hutan adalah inti lingkungan hidup yang harus dijaga”, tegas Transtoto yang seringkali mengingatkan agar jangan menginjak-injak tanah hutan lindung, apalagi menebangnya seperti sering terjadi.
“Bila orientasinya murni ke “perut”, bukan ke konservasi, maka hutan akan rusak. Bencana akan datang”, pungkasnya. ***