Harga Kedelai Mahal, Pengusaha Tahu Tempe Terancam Gulung Tikar

Sejumlah produsen tahu tempe di wilayah Kabupaten Mojokerto, mengeluh akan mahalnya harga Kedelai yang tembus harga Rp 10. 500 /kg selama 4 bulan terakhir ini. Untuk menutup kerugian sehari-hari agar tetap bisa bertahan produksi, banyak di antara mereka yang menjual ternak sapi atau kambingnya untuk menambah modal.

Sebagaimana disampaikan Ketua Kelompok Industri Kecil Menengah (IKM) Tahu Abadi, Desa Tambak Agung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Didik Amirudin, saat ini harga kedelai mencapai Rp 10.500 per kilogram, dari yang sebelumnya Rp 7000 sampai 8000 per kilogramnya.

Kenaikan harga kedelai itu berdampak pada daya beli produsen tahu yang mulai mengurangi jumlah produksi. Karena dengan harga segitu, untuk saat ini jelas merugi. Akan tetapi tidak ada pilihan untuk berhenti. Usaha kami harus tetap dilanjutkan untuk kelangsubgan hidup keluarga.

Untuk menyiasati harga kedelai yang seperti ini, berbagai cara telah dilakukan para produsen, di antaranya mulai dari mengurangi ukuran, menaikan harga jual tahu dan tempe, hingga merumahkan sebagian pekerja.

Namun hal itu tetap tak mempengaruhi biaya produksi lantaran harga kedelai yang terus naik. Bahkan, pengusaha tahu sampai menjual hewan ternaknya sebagai tambahan modal produksi. Seperti menjual kambing dan sapi.

Ada juga sampai mengeluarkan uang simpanannya hingga habis. Untuk menyesuaikan ongkos produksi dengan penjualan agar tak merugi. “Pertama ukuran tahu pun kita sesuaiakan, di awal naik kita sesuaikan, naik lagi kita sesuaikan lagi, sampaikan yang terkini naik lagi, kita sulit untuk menyesuaikan lagi,” jelas Didik, Jumat (21/01/2022).

Lebih lanjut, Didik mengungkapkan, naiknya harga kedelai hingga mencapai Rp 10.500 dirasakan sejak setengah tahun yang lalu. Sedangkan kedelai harga Rp 9000 mulai dua tahun yang lalu itu sudah pas-pasan. Bila ditotal selama dua tahun ini kita merugi, ada yang masih bertahan. Semua sepakat kondisinya sama, kita merugi tapi tidak bisa berhenti usaha.

Untuk itu, para pelaku usaha berharap pemerintah dapat segera mengatasi persoalan kedelai, agar usaha mereka tak gulung tikar. “Kita berharap kebijakan mulai dari hulu sampai hilir dikawal. Misalnya ada subsidi, harapannya sampai kepada kita atau ada program lain bisa tepat sasaran,” kata dia.

Mengingat beberapa waktu lalu, Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati sempat mengujungi para pelaku usaha tahu di Desa Tambak Agung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Kepada pengusaha tahu Bupati Ikfina Fahmawati menawarkan solusi mencarikan pasar yang dapat menjual tahu tidak sampai merugi. Namun ada biayanya pertama membiayai jasa angkut pengirim kedelai dan Kedua, dari sisi pemasaran produk.

Namun setelah dikunjungi Bupati Ikfina Fahmawati, sebagian pabrik tahu malah memilih berhenti karena tidak kuat beban biaya produksi. “Pabrik yang dikunungi bupati kemarin akhirnya benar-benar berhenti produksi. Karena tidak kuat biaya produksi. Tidak menutup kemungkinan semuanya juga kan berhenti kalau tak kunjung ada solusi,” pungkasnya. Elsa Fifajanti