Indonesia sepakat mengimpor 125.000 ton beras dari Kamboja untuk mengamankan pasok di dalam negeri. Kesepakatan itu diumumkan dalam pertemuan antara Menteri Perdagangan Kamboja Pan Sorasak dan Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Nugraha Mansury, yang memimpin delegasi Indonesia ke Phnom Penh, Kamboja selama 15-16 Agustus.
Dalam rilis yang dikeluarkan KBRI Phonm Penh, Kamis (17/8), Kamboja juga menyatakan kesiapannya memasok hingga 250.000 ton beras tiap tahun untuk memperkuat cadangan pangan Indonesia. Ketua Federasi Beras Kamboja (CRF) mengatakan, produksi beras Kamboja tahun lalu mencapai 11,62 juta ton dan 3,5 juta ton di antara surplus yang bisa diekspor ke berbagai negara.
Dalam kunjungannya selama dua hari, Wamenlu Pahala Mansury mengadakan pertemuan dengan Menteri Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kamboja, Dith Tina dan ketua CRF untuk membahas pembelian beras dari Kamboja. Delegasi RI sendiri terdiri dari Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi serta perwakilan dari tiga BUMN, yakni Bulog, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).
“Indonesia sepakat membeli 125.000 ton beras dari Kamboja, yakni 100.000 ton melalui Bulog dan Green Trade serta 25.000 ton beras mewah antara Bapanas dan anggota Federasi Beras Kamboja,” demikian pernyataan Kemendag Kamboja.
Soal berapa harga dan persyaratan lainnya, termasuk kapan pengiriman beras tersebut, akan dibahas dalam waktu dekat, demikian bunyi pernyataan itu.
Di samping itu, Indonesia dan Kamboja sepakat merevisi nota kesepahaman (MoU) perdagangan beras antara kedua negara dengan volume sebanyak 250.000 ton/tahun selama empat tahun.
Sorasak juga mendorong investor Indonesia untuk berinvestasi di pabrik penggilingan beras dengan standar ekspor untuk dipasarkan di dalam negeri Kamboja dan ekspor.
Sementara dalam pertemuan dengan Dith Dina, Wamenlu Pahala mengatakan Indonesia masih mencari sumber beras lainnya dari berbagai negara, termasuk dari Kamboja, untuk mengamankan ketahanan pangan.
Pahala menyebut beras Kamboja memiliki kualitas yang bagus, yang diakui dan diimpor oleh delapan negara ASEAN. “Kehadiran beras Kamboja di pasar Indonesia akan menjadi bukti baru kerja sama antara keadua negara di bidang perdagangan,” katanya.
Kesepakatan pembelian beras Kamboja ini muncul beberapa hari setelah Presiden Joko Widodo berbicara dengan PM Kamboja Hun Sen melalui telepon, yang mengkonfirmasi niat Indonesia mengimpor beras dari Kamboja.
Jurubicara Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kamboja, Im Rachna mengatakan bahwa Kamboja memang sedang menggenjot produksi beras untuk memanfaatkan naiknya harga beras di pasar internasional akibat adanya larangan ekspor beras oleh India.
“Kamboja sedang membuat strategi mengambil untung dari larangan ekspor beras India melalui peningkatan kapasitas penggilingan padi dalam negeri untuk mengumpulkan beras, meningkatkan pemrosesan dan mengekspor secara langusng ke pasar internasional,” ujarnya.
Selama semester I/2023 (Januari-Juni), Kamboja telah mengekspor 329.633 ton beras dengan devisa sekitar 229 juta dolar AS.
Kamboja mengekspor sejumlah varietas beras ke 52 negara di seluruh dunia, seperti beras aromatik premium, beras fragrant, beras long-grain (butir panjang), beras pratanak dan beras organik. Tahun 2023 ini, CRF menargetkan Kamboja bisa mengekspor 750.000 ton. AI