Salah satu sektor unggulan di Kabupaten Bantul sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten Bantul adalah sektor Pertanian. Sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian yang dominan dari masyarakat Bantul. Lebih dari 56.000 petani yang ada di Bantul.
Persoalannya jumlah tersebut didominasi petani sepuh-sepuh. Dengan rata-rata petani berusia di atas angka 60-70 tahun. Sementara berdasarkan data DKPP, jumlah petani milenial di Bumi Projotamansari saat ini sebanyak 1.250 orang, yang terjun dalam sektor tanaman pangan, hortikultura hingga sektor peternakan. Usia petani milenial, berada di usia 17-39 tahun. Usia tersebut terpaut jauh dengan petani sepuh.
Bantul sendiri tahun ini menargetkan memiliki 2.500 petani milenial. Target 2.500 petani milenial diharapkan mampu meregenerasi petani usia lanjut serta membangun pertanian Bantul melalui pendekatan teknologi. Kedepannya petani milenial inilah yang akan menggantikan petani-petani yang sudah sepuh,
Untuk membekali generasi milenial agar siap menjadi generasi penerus pertanian, Pemerintah Kabupaten Bantul terus berupaya memberikan dukungan khususnya dalam kegiatan pembinaan dan pemberdayaan pelaku sektor pertanian. Dan dalam upaya memberikan dukungan khususnya dalam kegiatan pembinaan dan pemberdayaan pelaku sektor pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul melaksanakan Pengukuhan Asosiasi Petani Milenial dan Pemantapan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) dan Asosiasia Pasar Tani (Aspartan). Dengan mengangkat tema Bantul Bangkit Pasca Covid, acara digelar di Aula Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Rabu, 8 Juni 2022
Dalam sambutannya, Joko Waluyo Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) Kabupaten Bantul menyampaikan bahwa kehadiran asosiasi petani milenial yang menjadi wadah petani muda diharapkan mampu menjadi solusi terhadap dua masalah yang dihadapi sektor pertanian. Generasi muda yang terjun ke dunia pertanian dapat menggantikan petani yang saat ini sudah memasuki usia senja sehingga krisis sumber daya manusia dapat diantisipasi. Kini banyak anak muda tertarik mengembangkan bisnis di sektor pertanian
“Tercatat ada 1.200 pemuda dan pemudi yang menekuni usaha pertanian dan turunannya,” kata Joko
Kepala DKPP ini menerangkan bahwa guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing pada sektor pertanian, perlu terobosan-terobosan dan kerja yang berkolaborasi, membutuhkan sinergi dan kerjasama dari para pemangku kepentingan.
“Para Petani Millennial, KTNA, Perhiptani dan Aspartan Kabupaten Bantul yang merupakan komponen-komponen pertanian diharapkan berperan aktif dalam mendongkrak sektor pertanian melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan kelembagaan petani, dan turut mengawasi proses produksi hingga mengolah pasca panen,” ujar Joko
Sementara itu Bupati Bantul Abdul Halim Muslih dalam kesempatan yang sama saat mengukuhkan pengurus Asosiasi Petani Milenial Nandur Srawung menyampaikan, keberadaan petani milenial sangat dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan perkembangan zaman. Bila tidak dipersiapkan sejak saat ini sektor pertanian akan mengalami krisis sumber daya manusia. Karena usia petani yang rata-rata sudah di atas 60 tahun, sulit menerima kehadiran teknologi pertanian. Lewat petani milenial, pertanian akan tetap terjaga. Apalagi petani milenial cukup terbuka dan bisa menerima transformasi teknologi untuk mengembangkan pertanian.
“Pengukuhan petani milenial kita ini memberikan harapan yang besar sekaligus menepis kekawatiran akan hilangnya generasi pertanian kita.” ujarnya
Menurut orang nomor 1 di Bantul ini, isu utama di dalam pertanian ada 2 hal, pertama tentang generasi dan yang kedua tentang transformasi. Dengan tumbuhnya anak-anak muda milenial yang terjun di bidang pertanian ini akan menepis kekhawatiran bahwa pertanian tidak bisa dilanjutkan oleh generasi sesudahnya, dan asumsi atau kekhawatiran ini tidak terjadi. Hal kedua adalah transformasi pertanian yang saat ini tidak bisa kita tawar-tawar lagi. Dari paradigma pertanian subsisten menuju pertanian yang komersial atau semi komersial. Mau tidak mau pada akhirnya harus melakukan transformasi teknologi.
Kehadiran asosiasi petani milenial yang menjadi wadah petani muda diharapkan mampu menjadi solusi terhadap dua masalah yang dihadapi sektor pertanian. Generasi muda yang terjun ke dunia pertanian dapat menggantikan petani yang saat ini sudah memasuki usia senja sehingga krisis sumber daya manusia dapat diantisipasi.
“Hadirnya para petani milenial yang lebih terbuka, yang lebih inovatif dan kreatif maka transformasi pertanian ini akan mampu dijalankan. Teman-teman milenial ini akan mampu menciptakan inovasi-inovasi baru karena ciri utama generasi milenial kita adalah terbuka dan siap untuk belajar.” kata Halim
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa generasi masa kini dapat menekuni dan mengembangkan sektor pertanian, karena sektor pertanian ini menjadi sektor ekonomi masa depan yang memiliki prospek yang cerah. Di era pandemi sejak tahun 2020, terbukti bahwa sektor pertanian ini sektor yang tangguh dari goncangan pandemi. Ketika sektor industri terpuruk, sektor pariwisata terpuruk, perdagangan terpuruk dan sektor-sektor yang lain terpuruk karena pandemi, dan mengalami pertumbuhan negatif, sektor pertanian ini tumbuh lebih dari 4% di Kabupaten Bantul.
Sektor pertanian sebagai sektor prioritas pembangunan ekonomi, disamping sektor industri dan pariwisata. Karena sektor pertanian ini dihuni oleh mayoritas atau bergantung padanya sejumlah besar masyarakat Kabupaten Bantul. Oleh karenanya kontribusi sektor pertanian ini harus terus menerus ditingkatkan untuk meningkatkan kesejahteraan mayoritas masyarakat Bantul.
“Para stakeholder para pemangku kepentingan yang lain para akademisi, praktisi, pengusaha para pegiat dan pengamat untuk bersama sama menemukan cara-cara baru ddialam transformasi teknologi pertanian ini agar pertanian kita semakin efektif, semakin efisien, dan meningkatkan nilai tukar petani, dan mewujudkan pertanian Bantul yang maju dan mensejahterakan,” tegasnya ***Anna Zulfiyah