Kementan Imbau Optimalkan Irigasi dan Pompa

Kekeringan mulai dirasakan petani di sejumlah daerah. Lahan sawah yang ditanami padi pun kekurangan air. Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau masyarakat mengoptimalkan irigasi dan pompa air yang ada.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya melakukan optimalisasi pompanisasi di sejumlah wilayah terdampak. “Sudah kita instruksikan kepada petani dan kelompok tani untuk mengoptimalisasi pompa yang kami beri. Kita instruksikan mereka memompa air dari sungai terdekat,” kata Sarwo Edhy di Jakarta, Selasa (2/7/2019).

Sedangkan untuk lahan kering yang berlokasi jauh dari sungai, petani dapat memanfaatkan sumber air permukaan dengan menggunakan pompa air bantuan pemerintah.

Berdasarkan catatannya, dalam kurun empat tahun terakhir Kementan telah mengalokasikan sekitar 200.000-an unit pompa dengan berbagai jenis ukuran.

Sedangkan bagi wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan, lahan yang belum memiliki pompa diimbau segera mengajukan kepada dinas pertanian di wilayah masing-masing. Tidak hanya itu, lanjut Sarwo Edhy, guna mengantisipasi kekeringan, pihaknya juga selama tiga tahun terakhir telah membangun banyak infrastruktur air.

Dia menuturkan, sebanyak 3 juta hektare (ha) infrastruktur air telah dibangun selama 3 tahun terakhir dan yang diharapkan dapat meminimalisasi dampak kekeringan di areal pertanian.

“Dalam kurun waktu 2015-2019 (angka realisasi per April 2019) telah terbangun irigasi yang dapat mengairi lahan sawah seluas 3,129 juta ha, dan ini dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) 0,5, sehingga  berdampak pada peningkatan produksi sebanyak 8,21 juta ton,” jelas Sarwo Edhy.

Sarwo Edhy menambahkan, pihaknya juga sudah mempersiapkan Tim Khusus penanganan Kekeringan. Tim khusus ini akan turun ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.

“Tugas dan fungsi dari Tim Khusus ini nanti untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR serta Pemerintah Daerah setempat,” ujar Sarwo Edhy.

Tujuannya, untuk memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari Bendung atau Bendungan. Serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang telah disepakati. “Secara umum, permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari Bendung atau Bendungan mengalami penurunan,” kata Sarwo Edhy,

Diapkan Pompa Air

Sementara itu, ratusan pompa air sudah disiagakan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pompa ini disiapkan agar petani mendapatkan pasokan air. Seperti yang terlihat di Desa Sidamulya, Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu ketika Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto melakukan monitoring kekeringan di Jawa Barat.

Penyuluh terlihat mendampingi untuk mengupayakan petani mendapatkan air dengan pompanisasi di saluran sekunder. “Yang penting tanaman padinya terselamatkan. Namun, dampaknya petani di ujung (hilir) tidak kebagian air,” tuturnya.

Data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, hingga 2 Juli 2019 di Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 14.617 ha luas pertanaman padi terancam kekeringan atau 7,8% dari luas tanam 97.107 ha.

Rahmanto menyebutkan, mayoritas yang terkena dampak kekeringan adalah sawah tadah hujan yang tidak mengalami hujan lebih dari 30 hari.

Kabupaten Indramayu memang dikenal sebagai daerah dengan potensi air yang rendah dan mayoritas petani tidak mengindahkan rekomendasi petugas untuk bertanam.  “Potensi sumber air juga hanya bisa mengairi sawah yang terdekat dengan sumber air,” tuturnya.

Karenanya, pompanisasi bisa menjadi jalan bagi sawah yang terletak jauh dari sumber air. Namun, penggunaan pompanisasi juga membutuhkan upaya lainnya agar petani mendapatkan air yang merata.

Rahmanto menyebutkan, pemerintah telah berbagai upaya untuk mengatasi kekeringan, utamanya bagi daerah yang terkenal rawan kekeringan. Upaya tersebut antara lain perbaikan saluran irigasi tersier dan irigasi desa, mobilisasi pompa air untuk mengamankan standing corp terutama pada daerah yang masih memiliki sumber air (sumur pantek, sungai dan lain sebagainya).

Kemudian melakukan penerapan teknologi yang efektif dan efisien supaya areal yang terairi lebih luas, seperti gilir giring, intermiten dan sebagainya.

Sedangkan pada areal yang akan tanam, dilakukan perhitungan kecukupan air hingga panen dengan memanfaatkan informasi iklim (KATAM TERPADU). Dan petani direkomendasikan menggunakan varietas padi tahan kekeringan dan umur genjah.

Pemantauan standing corp melalui remote sensing juga tetap dilakukan pemerintah untuk tindakan penyelamatan wilayah yang mengalami kekeringan. PSP