Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar Pelatihan Pembesaran Ikan Nila dengan Sistem Bioflok di Kota Bitung dan Pelatihan Pembuatan Perahu berbahan Fiberglass di Kabupaten Minahasa Tenggara. Kegiatan itu dilakukan guna memacu pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut)
Kegiatan yang berlangsung pada 8-9 Juni 2021 dan difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Bitung ini menghadirkan pelatih yang berkolaborasi bersama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Tenggara. Pelatihan diadakan menggunakan metode blended online, dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan.
Ditemui secara terpisah, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM), Sjarief Widjaja menyebut, pelatihan ini merupakan implementasi untuk menindaklanjuti program prioritas KKP tahun 2021 – 2024 sebagaimana digaungkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam meningkatkan produksi perikanan dan konsumsi ikan. Salah satunya melalui kampung-kampung budidaya, seperti dengan dikembangkannya kampung nila bioflok.
Sjarief mengatakan, sistem bioflok yang hemat air dan menekan jumlah buangan limbah budidaya, merupakan jawaban dari kendala yang kerap dialami pembudidaya nila.
“Dalam budidaya ikan secara intensif, semakin tinggi padat tebar maka semakin banyak pula kebutuhan pakan, serta kebutuhan air dan juga limbah yang dibuang. Untuk itu, diperlukan teknologi budidaya yang sesuai agar dapat menekan kebutuhan air dan pakan serta meminimalkan buangan limbah. Penerapan teknologi bioflok dalam budidaya ikan adalah jawabannya,” ucapnya, Minggu (13/06/2021).
Pelatihan yang digelar di Provinsi Sulawesi Utara ini diikuti 60 peserta, dengan rincian 30 orang pembudidaya ikan berasal dari Kota Bitung dan 30 lainnya, para nelayan berasal dari Kabupaten Minahasa Tenggara.
Dalam pelatihan ini, Anggota Komite II DPD RI, Stefanus B.A.N Liow mengharapkan dalam pelatihan budidaya mampu meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam mengembangkan produktivitas budidaya ikan nila di Provinsi Sulawesi Utara.
“Pengetahuan dan keterampilan tidak kalah penting dalam mengembangkan produktivitas budidaya ikan nila. Tidak hanya meningkatkan produksinya saja, namun dapat mendongkrak perekonomian di sektor perikanan dan rumah tangga,” jelas Stefanus.
Tak hanya itu, dia menjelaskan para nelayan dapat lebih memperhatikan perawatan hingga mesin. Sehingga dapat menjamin keselamatan dalam penangkapan ikan di laut. Stefanus berharap pelatihan ini dapat diterapkan dengan baik kepada para peserta pelatihan.
Kepala Puslatluh KP, Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, dengan adanya kapal berbahan dasar fiber glass menjadi alternatif yang dapat digunakan para nelayan dalam menangkap ikan. Sehingga nelayan perlu dibekali dengan kompetensi mengenai perawatan dan perbaikan. Dia mengharapkan para nelayan dapat melakukan perbaikan kapal secara mandiri.
“Bantuan kapal penangkap ikan diberikan oleh Ditjen Perikanan Tangkap (DJPT) dan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berupa kapal fiberglass dengan ukuran 3 GT. Semakin banyaknya kapal nelayan berbahan dasar fiberglass maka nelayan juga harus memiliki kompetensi tentang bagaimana merawat dan memperbaiki kapalnya,” jelas Lilly.
Dalam hal ini, dengan adanya pelatihan perawatan dan perbaikan kapal berbahan dasar fiberglass mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan, yang sejalan dengan program prioritas KKP dalam meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap.
Hadirnya pelatihan di Sulawesi Utara diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi pelaku utama kelautan dan perikanan, khususnya pembudidaya dan nelayan di Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Selain itu, pelatihan juga diharapkan akan memberi manfaat bagi masyarakat di sekitarnya, sehingga terus memacu peningkatan produksi baik hasil tangkapan, maupun hasil budidaya dengan peningkatan produk yang berujung pada kesejahteraan pelaku utama beserta keluarganya.Buyung N