Lahan Kering pun Bisa Tanam 2-3 Kali Setahun

Dirjen PSP Sarwo Edhy melakukan panen perdana padi gogo di Desa Kandangan Lama, Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

Dulu, lahan kering dianggap lahan tidak produktif karena tidak bisa ditanami, baik padi maupun jagung. Namun, kini lahan kering tersebut bisa ditanami sehingga menjadi produktif.

Sebagai contoh Desa Kandangan Lama, Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Di desa ini dilakukan panen perdana padi gogo di atas lahan kering seluas 800 hektare (ha).

Panen tersebut dilakukan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy, yang didampingi Bupati Tanah Laut Sukamta, Kamis (21/2/2019).

“Ini suatu kebanggaan bagi kami atas upaya petani di Tanah Laut yang bekerja keras hingga bisa panen melimpah. Tadinya masyarakat tidak yakin bisa menanam di musim kemarau, tapi ternyata terbukti bisa,” ujar Sarwo Edhy, Kamis (21/2/2019).

Sarwo Edhy berharap, setelah panen segera ditanami kembali. Diharapkan produksi juga semakin meningkat, sehingga Tanah Laut jadi lumbung padi dan jagung.

“Mohon lahan dipelihara dengan baik. Bila sudah bisa ditanam dua kali setahun, terus diupayakan menjadi tiga kali setahun. Satunya lagi untuk menanam jagung,” katanya.

Sarwo Edhy juga meminta petani memanfaatkan bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) semaksimal mungin. Baik itu pompa, combine harvester, transplater dan sebagainya jangan sampai menganggur.

“Tolong bantuan Alsintan dimanfaatkan betul. Jangan seperti beberapa daerah lain yang dianggurkan, bahkan dijual. Kita sedang inventarisir penggunaannya. Bila diketahui nganggur, maka akan ditarik kembali. Bila masih membutuhkan bantuan Alsintan lagi, silakan diajukan ke Dinas Pertanian,” tegasnya.

Begitu juga dengan jaringan irigasi atau embung, Sarwo Edhy mempersilakan Dinas mengajukan bila dibutuhkan. Menurutnya, kunci utama pertanian adalah ketersediaan air.

“Beberapa waktu lalu Saya ngecek irigasi dan embung di Yogyakarta. Bantuan pemerintah pusat juga. Alhasil, sangat bermanfaat mengairi persawahan begitu luas,” ungkap Sarwo Edhy.

Sarwo Edhy kembali menegaskan, Kementan saat ini punya program prioritas, yakni Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani). Kementan tahun 2019 ini akan mengoptimalkan lahan rawa pasang surut dan lebak seluas 500.000 ha di enam provinsi. Dari luasan itu, Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalimantan Selatan (Kalsel) dinilai paling siap.

“Potensi lahan rawa lebak ada 32 juta ha. Lahan produktifnya ada 10 juta ha. Dan 30.000 ha adanya di Tanah Laut. Melalui Program ini, bisa mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia,” pungkas Sarwo Edhy.

Bantuan Rp200 miliar

Bupati Sukamta berterima kasih atas perhatian Kementan terhadap pertanian Tanah Laut. Tercatat, dalam kurun waktu 2015-2018, bantuan yang digelontorkan Kementan sebesar Rp200 miliar.

“Selama pemerintahan Bapak Jokowi-JK, 2015-2018, Kementan sudah menggelontorkan Rp200 miliar. Sebesar Rp100 miliar atau 50% berupa Alsintan. Selebihnya pembuatan saluran irigasi, asuransi, akses kredit, optimasi lahan, serta pupuk bersubsidi,” ungkap Sukamta.

Berkat bantuan Alsintan Kementan, lanjut Sukamta, produksi padi Tanah Laut terus meningkat. Dirinya makin optimistis sebab lahan rawa yang ada di wilayahnya juga disentuh menjadi lahan pertanian.

“Bantuan Alsintan benar-benar bisa membantu petani. Hanya saja yang berat-berat kami simpan sendiri dan pemakaiannya bergantian. Sebab, biaya perawatannya mahal, ditanggung pemda,” kata Sukamta.

Dirinya juga terus mendorong petani di wilayahnya untuk mendaftarkan lahan pertaniannya ke asuransi. Saat ini, sudah hampir 50% lahan pertanian di Tanah Laut sudah diasuransikan.

“Kami pernah mengalami penurunan produksi pertanian padi akibat kekeringan. Selain itu, penurunan produksi pertanian itu juga akibat serangan hama tungro. Kami tidak mau petani mengalami kerugian lagi, kami dorong ikut asuransi pertanian,” pungkasnya.

UPJA Tani Mandiri

Sementara itu  Ketua UPJA Tani Mandiri, Abidin, mengenalkan mekanisasi pertanian ke petani yang berada di lahan marginal. Dia mengaku tidak semudah “membalikkan sebuah telapak tangan”.

Keuletan dan ketekunan menjadi kunci UPJA Tani Mandiri. Di bawah komando Abidin sebagai Ketua UPJA, petani yang berada di daerah tadah hujan di Desa Magepanda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, akhirnya bisa tanam padi.

“Ada sekitar 15-20 ha yang sudah olah lahan dengan bantuan traktor roda empat (TR 4). Ada juga petani di Kabupaten Sikka ada yang sudah mulai tanam padi,” kata Abidin.

Lantaran hujan yang terjadi di Kabupaten Sikka pada awal tahun 2019 belum sederas wilayah di Jawa, namun petani tetap bersemangat menanam padi.

Agar tanaman bisa tumbuh dengan baik, mereka memanfaatkan pompa air yang dimiliki UPJA Tani Mandiri. “Ada juga yang saat ini baru menyemai benih. Kami perkirakan, petani yang menyemai benih ini akan mulai tanam pada Februari. Untuk menyemai benih padi, petani memanfaatkan pompa air,” papar Abidin.

Tak hanya bisa menanam padi, petani di Kabupaten Sikka yang kebanyakan lahannya berupa lahan tadah hujan tersebut juga kini membudidayakan jagung.

Umumnya petani yang ada di lereng pegunungan dan bukit menanam palawija, seperi jagung. “Petani sudah memanfaatkan mesin penanam jagung, sehingga petani tak perlu waktu lama untuk menanam jagung di hamparan yang bisa dibilang cukup luas,” ujarnya.

Menurut Abidin, petani yang menyewa pompa air hanya dikenakan biaya Rp500.000-Rp1 juta/musim (3 bulan). Manajemen UPJA Tani Mandiri sudah menyiapkan pompa untuk petani yang memerlukan.

Sedangkan pemakai (petani) wajib membeli bahan bakar untuk operasional. “Karena itu, sewa pompa air yang diberlakukan ke petani dipatok dengan harga cukup terjangkau,” ujarnya. PSP