Memupuk Petani Milenial Tumbuh

Endang Ibin, Pengelola Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya” TARUNA MEKAR”

Endang Ibin

Pandemi Covid 19 yang  menyebabkan masyarakat melakukan kegiatan dari rumah (stay at home) mempengaruhi aktivitas di berbagai sektor. Namun di sisi lain, sektor Pertanian harus terus berjalan produktif demi memenuhi ketersediaan pangan yang dibutuhkan 267 juta masyarakat Indonesia. Bahkan kebutuhan pangan menjadi fokus masyarakat di belahan dunia yang negaranya terkena wabah virus ini.

Hal ini menjadikan peluang bagi pelaku usaha sektor pertanian yang ditantang bagaimana untuk tetap produktif menyediakan pangan sehat, mengolah hingga mendistribusikan ke masyarakat. Terlebih saat ini Pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga menyebabkan masyarakat membatasi aktivitasnya dan bekerja dari rumah.

Seperti diutarakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), kredibilitas generasi muda di bidang pertanian saat ini semakin berkembang. “Saya makin percaya anak muda yang mau terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Tak hanya itu, generasi milenial bidang pertanian saat ini tak hanya sekadar bertani, namun juga cerdas berwirausaha tani dengan memanfaatkan teknologi digital. Terbukti dengan bertambahnya jumlah Start-up milenial pertanian dengan berbagai inovasi pemasaran dan distribusi hingga tembus pasar dunia,” ujarnya.

Namun, jauh dari harapan Menteri Pertanian terhadap kaum milenial, Abah Ibin, panggilan akrab Endang Ibin, seorang petani dari Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada tahun 2007 telah mengirimkan petani muda lulusan terbaik SMK Pertanian di seluruh Indonesia untuk magang di Jepang. Hingga saat ini, sebanyak 150 petani muda sudah menyelesaikan magang di Jepang dan siap  membangun bidang pertanian di negeri ini dengan ilmu dan teknologi yang diperolehnya selama 3 tahun berada di negeri Sakura tersebut.

Nah, bagaimana kiprah Abah Ibin  dalam menangani petani muda, berikut petikan wawancara Agro Indonesia dengan Pengelola Pusat Pelatihan  Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Taruna Mekar Cianjur.

Bagaimana potensi P4S dalam pembangunan pertanian di negeri ini?

P4S mempunyai potensi yang cukup besar bagi pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang pertanian. Mengingat, P4S berasal dari, oleh dan untuk masyarakat yang berbasis di pedesaan. Oleh karena itu, upaya-upaya pemberdayaan perlu lebih ditingkatkan, agar  mampu menghadapi tantangan baik masa kini maupun masa mendatang.

Seperti apa arah pembangunan sumber daya P4S?

Arah pembangunan sumber daya P4S bertitik pada upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berakhlaq mulia agar memiliki kemampuan dan semangat  membangun serta memperkokoh kasatuan dan persatuan bangsa bahkan diharapkan menjadi benteng terdepan untuk ketahanan pangan dan perekonomian nasional.

Bagaimana pembinaan petani milenial yang dilakukan Abah Ibin?

Selama ini saya memikirkan generasi milenial supaya bangkit untuk serius melakukan percepatan regenerasi petani. Ditambah lagi saat ini Kementerian Pertanian memiliki program yang sifatnya SOS/emergency dan jangka pendek salah satunya ketersediaan pangan. Petani Milenial memiliki peran besar dalam ketersediaan pangan.

Ini momen yang sangat baik untuk menumbuhkembangkan petani milenial yang berbasis IT. Kementerian Pertanian punya target meningkatkan 2,5 juta petani milenial salah satunya dengan menumbuhkembangkan start up pertanian dengan pendekatan IT. Bagaimana start up ini bisa dikembangkan dengan pendekatan IT. Apalagi saat ini Kementan sudah bekerja sama dengan market place seperti gojek, grab, lazada, tokopedia. Karena itu, saya ingin membangkitkan petani milenial melalui P4S Taruna Mekar untuk turut berkiprah dalam ketersediaan pangan.

Bagaimana anda mencermati kaum milenial yang membangun start up di bidang pertanian?

Ini menjadi peluang bisnis petani milenial.  Kebutuhan utama dalam pandemi  covid 19 adalah pangan. Dalam hal ketersediaan pangan ini ada peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan oleh petani milenial. Dari mulai on farm hingga distribusi melalui online sistem. Kami sudah memulai untuk petani milenial yang kami kirim magang ke Jepang,selain belajar mengolah tanah, budidaya dan IT, kami berharap mereka bisa menjadi pengusaha dan melangkah lebih maju dengan menerapkan ilmu dan teknologi yang diperoleh selama magang di Kirawali, Jepang.

Selama dalam pandemi covid 19 masyarakat akan membutuhkan pangan yang mudah didapat, sehat dan aman tentunya. Untuk itu masalah distribusi pangan menjadi amat penting dan  menjadi tantangan sendiri bagi start up  untuk  menyiapkan ketersediaan pangan, memberdayakan petani binaan di wilayah cianjur hingga distribusi melalui aplikasi online sistem yang siap mengantarkan kebutuhan pangan ke rumah masyarakat.

Bagaimana pembinaan yang dilakukan P4S Taruna Mekar?

Pembinaan yang kami lakukan untuk petani milenial di sini sampai tuntas mulai dari pelatihan, permodalan, teknologi budidaya hingga pemasaran. Pandemi Covid 19 merupakan ancaman sekaligus peluang yang menghadirkan energi positif bagi petani milenial. Profesi bertani adalah sebuah prospektif., karena pertanian dibutuhkan oleh dunia. Anak muda yang masih pesimis dengan bertani itu salah, mengingat pentingnya peran petani milenial untuk menyambut revolusi industri 4.0. Karena revolusi industri serba teknologi modern. Sehingga butuh petani-petani muda yang cepat tanggap terhadap setiap inovasi teknologi.

Menurut kacamata anda apa yang harus dibenahi dalam bidang pertanian?

Yang utama adalah teknologi yang harus dibenahi. Dulu pada tahun 1984 lahan pertanian di negeri ini sangat luas dengan jumlah penduduk 135 juta jiwa, pertanian dipusatkan di pedesaan dengan satu komando dari pusat. Saat ini dengan jumlah penduduk 267 juta jiwa, lahan pertanian semakin sempit karena tergerus untuk pembangunan pabrik, real estate dan sebagainya. Di sisi lain, akibat otonomi daerah, sistem pertanian tidak satu komando tetapi berjalan sendiri-sendiri.

Untuk Taruna Mekar sendiri apa yang sudah disentuh pemerintah?

Namanya juga swadaya semuanya harus dibangun sendiri, tetapi dari Pemda Kabupaten Cianjur  memberikan sarana pelatihan seperti lap top. Namun untuk pembinaan petani kami melakukan sendiri. Dengan keterbatasan lahan saat ini, kami mengajarkan bercocok tanam dengan sistem tumpang sari serta memberikan pengetahuan teknologi penyehatan tanah kembali ke organik. Karena selama ini tanah kita tidak sehat karena terlalu banyak pupuk kimia. Saat ini masih semi organik secara perlahan meningkatkan PH tanahnya dan  nantinya akan menuju organik murni. Kami berharap pemerintah lebih banyak lagi memberikan perhatian kepada petani milenial yang berada di pusat pelatihan P4S.

 Apa yang selama ini banyak dikeluhkan petani sehingga anak muda enggan menjadi petani?

Selama ini yang paling banyak dikeluhkan petani adalah cara penjualan. Penjualan tersebut untuk komoditas padi. Saat musim panen, gabah selalu dihargai lebih rendah oleh tengkulak. Namun saat ini, supaya petani tidak rugi, gabah hasil panen lantas dibeli oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) setempat. Tentu dengan harga yang membuat petani tersenyum.Karena itu, untuk kaum milenial sudah saatnya bangkit dan melirik bidang pertanian sehingga Indonesia sebagai negara Agraris benar-benar bisa swasembada pangan. Saat ini untuk P4S Taruna Mekar tidak lagi ekspor sayur  tetapi difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Shanty