Dana pengembangan pertanian global yang lebih ramah lingkungan dan memiliki daya tahan menghadapi perubahan iklim, yang diprakarsai Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab (UEA), terus berkembang dan sudah mencapai lebih dari 13 miliar dolar AS (sekitar Rp191 triliun).
Misi Inovasi Pertanian untuk Iklim (AIM for Climate) diluncurkan tahun 2021 dan sampai November 2022 lalu sudah mengantongi komitmen 8 miliar dolar AS.
“Perubahan iklim terus memberi dampak terhadap praktik-praktik pertanian yang sudah berlangsung lama dan komitmen global yang kuat sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim secara langsung,” ujar Menteri Pertanian AS, Tom Vilsack, Senin (8/5), seperti dikutip Reuters.
Dia mengumumkan jumlah pendanaan terkini bersama Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup UEA, Mariam Almheiri serta mantan wakil presiden AS Al Gore dalam pertemuan puncak iklim AIM di Washington. UEA tahun ini akan menjadi tuan rumah konferensi perubahan iklim dunia, COP-28, pada November dan Desember.
“Kami akan memastikan bahwa COP-28 akan jadi pengubah permainan (game-changer) untuk sistem pangan,” ujar Almheiri di depan pertemuan puncak AIM, yang akan berlangsung sampai Rabu (10/5) besok. Pertemuan ini juga dihadari oleh pejabat-pejabat dari Kanada, Belanda dan Inggris, selain kalangan ademisi dan eksekutif perusahaan.
Sementara Al Gore mengatakan pentingnya dana yang terkumpul untuk inovasi pertanian dalam menghadapi perubahan iklim disebar secara adil.
“Petani-petani kulit hitam, petani masyarakat adat, petani berpendapatan rendah, mereka semuanya butuh akses terhadap dana inovasi ini juga. Kita harus melibatkan mereka pula,” paparnya.
Anggaran sekitar 10 miliar dolar AS dari total 13 miliar dolar AS yang ada di Dana Pertanian berasal dari pemerintah. Sisanya berasal dari dana-dana inisiatif pihak non-pemerintah untuk mendukung petani kecil, teknologi baru dan pengurangan gas metana, kata jubir Departemen Pertanian AS (USDA).
Pendanaan ini berusaha menyatukan semua negara untuk memangkas emisi dari sektor pertanian, yang mencapai 10%-12% emisi gas rumah kaca. Menurut Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC), emisi sektor pertanian antara lain berasal dari kotoran (manur) ternak, Alsintan dan pemakaian pupuk. AI