KLHK Sebut Banjir Kalsel Bukan Karena Luas Hutan

MR Karliansyah

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah menegaskan, banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan disebabkan oleh anomali cuaca.

Dia menyatakan, banjir pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yag ada di wilayah Kalsel terjadi pada  Daerah Tampung Air (DTA)  Riam Kiwa, DTA Kurau dan DTA Barabai karena curah hujan ekstrim dan sangat mungkin dengan recurrent periode 50 hingga 100 tahun.

”Penyebab utamanya terjadi anomali cuaca dengan curah hujan sangat tinggi. Selama lima hari dari tanggal 9-13 Januari 2021, terjadi peningkatan 8-9 kali lipat curah hujan dari biasanya. Air yang masuk ke sungai Barito sebanyak 2,08 miliar m3, sementara kapasitas sungai kondisi normal hanya 238 juta m3,” ungkap Karliansyah saat media briefing virtual, Selasa (19/1/2021).

Daerah banjir berada pada titik  pertemuan 2 anak sungai yang cekung dan morfologinya merupakan meander serta fisiografi-nya berupa tekuk lereng (break of slope), sehingga terjadi akumulasi air dengan volume yang besar.

“Faktor lainnya yaitu beda tinggi hulu-hilir sangat besar, sehingga suplai air dari hulu dengan energi dan volume yang besar menyebabkan waktu konsentrasi air berlangsung cepat dan menggenangi dataran banjir,” kata Karliansyah.

Karliansyah membantah jika faktor luas hutan menjadi penyebab banjir yang merendam 11 dari 13 kabupaten/kota yang ada di Kalsel.

Dia menjelaskan, wilayah DAS Barito Kalsel tidak sama dengan  DAS Barito Kalimantan secara keseluruhan. DAS Barito Kalsel  seluas 1,8  juta hektare hanya merupakan sebagian dari keseluruhan DAS Barito Kalimantan seluas 6,2 juta hektare.

Sementara di DAS Barito Kalsel secara kewilayahan kawasan hutan hanya mencakup 39,3% sementara sisanya 60,7% berupa Areal  Penggunaan Lain (APL) bukan hutan.

Bukan Kawasan Hutan 

Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) KLHK, Belinda Arunarwati Margono menguraikan, DAS Barito dengan luas total lebih kurang 6,2 juta hektare melintasi 4 provinsi yaitu Kalteng, Kalsel, Kaltim, dan Kalbar.

Untuk luasan DAS Barito di Provinsi Kalimantan Selatan sendiri seluas lebih kurang 1,8 juta hektare atau setara 29%.

Berdasarkan data Ditjen PKTL KLHK tahun 2019, kondisi hulu DAS Barito 80,8% bertutupan hutan dengan proporsi 79,3% bertutupan hutan alam dan sisanya 1,4% adalah hutan tanaman.

Sedangkan dari 19,3% berpenutupan bukan hutan alam, terdiri dari mayoritas semak belukar dan pertanian campur.

Lebih lanjut, seluas 94,5% dari total wilayah Hulu DAS merupakan Kawasan Hutan, dengan 83,3% bertutupan hutan alam dan sisanya 1,3% adalah hutan tanaman. Sementara 15,4% berpenutupan bukan hutan alam yaitu mayoritas semak belukar dan pertanian campur.

DAS Barito Kalsel memiliki proporsi 39,3% kawasan hutan dan 60,7% Areal Penggunaan Lain (APL). Khusus untuk kawasan hutan yakni seluas 718.591 Ha, sebanyak 43,3% arealnya berhutan, dan 56,7% tidak berhutan.

“DAS disini ini memang didominasi  lahan untuk masyarakat atau disebut Areal Penggunaan Lain yang bukan merupakan Kawasan Hutan,” tutur Belinda.

Sugiharto