Sentra jagung nasional di Jawa Timur mulai panen. Panen raya jagung terjadi di tujuh kabupaten, yaitu Tuban, Lamongan, Lumajang, Jember, Kediri, Mojokerto, dan Pasuruan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pun menyempatkan hadir dalam panen raya jagung di Desa Talun, Kecamatan Montong, Tuban, Jumat (15/2/2019). Amran tampak sumringah melihat hasil panen jagung yang melimpah di Tuban.
Mentan juga gembira bisa berdialog langsung dengan para petani. “Saya senang lihat para petani tersenyum dengan hasil panennya. Di sini kami melayani, jadi kami datang tidak dengan tangan kosong,” katanya.
Luas tanaman jagung yang dipanen pada Februari ini di Desa Talun, Kecamatan Montong mencapai sekitar 10.000 hektare (ha). Sedangkan untuk Kabupaten Tuban, luas yang dipanen lebih dari 50.000 ha lahan jagung.
Tuban merupakan salah satu sentra pertanaman jagung di Jawa Timur. Dengan tibanya masa panen jagung ini, Menteri Amran Sulaiman berharap para petani dapat memasok kebutuhan jagung peternak, baik yang berada di wilayah Tuban, maupun di kabupaten lainnya.
“Kami berharap Bulog dapat membantu menyerap jagung petani saat panen raya seperti ini, sehingga dapat menjadi buffer stock. Kalau mekanisme ini berjalan baik, petani tak akan lagi terjerat tengkulak,” katanya.
Amran berharap petani jagung dan peternak ayam mandiri dapat menikmati masa panen raya jagung saat ini melalui mekanisme distribusi dan stok yang baik.
Kesepakatan bersama
Sukses panen jagung ini tak lepas dari kerja sama semua pihak, mulai dari stakeholder pertanian tingkat pusat hingga daerah, kelompok-kelompok usaha tani, perbankan dan masyarakat petani itu sendiri.
Amran mengatakan, tahun 2018 Indonesia mengekspor jagung 380.000 ton. Untuk tahun ini, ekspor ditargetkan lebih tinggi lagi, yakni 500.000 ton — yang diproduksi dari daerah sentra seperti Gorontalo, Jawa Timur, NTB dan Sulsel.
“Untuk harga jagung saat ini bervariasi, tergantung wilayah. Beberapa daerah harga mencapai Rp3.500/kg. Kami sudah dapat laporan, Sumatera sudah panen, Sulawesi, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga sudah panen,” tuturnya.
Melihat produksi jagung yang melimpah, dibuat kesepakatan bersama antara Kementan-Pemerintah Daerah Tuban-Bulog-peternak-petani. Tujuannya untuk stabilisasi pasokan dan harga jagung di tingkat petani dan peternak sehingga rantai distribusi terpotong menjadi efisien.
“Dengan kesepakatan ini kami ingin mensinergikan peternak dengan petani jagung. Yang di tengahnya ada Bulog. Pemerintah hadir, sehingga dua-duanya untung. Petani untung, peternak tersenyum, dan pengusahanya untung,” tutur Amran.
Berkat bantuan Alsintan
Salah satu faktor yang ikut mendorong sukses panen ini adalah Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan lewat bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan) kepada petani.
Secara terpisah, Dirjen Prasarana dan Sarana (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, sudah menjadi kewajiban pihaknya untuk membantu petani jagung dalam usaha meningkatkan hasil pertanian mereka.
“Produksi jagung harus kita tingkatkan ke depan. Kami akan terus membantu para petani untuk mewujudkan hal tersebut. Saya juga mengharapkan para petani tetap semangat melakukan usaha tani dengan memproduksi pangan lokal, serta mencintai produk dalam negeri,” katanya.
Dia menambahkan, Ditjen PSP sendiri akan melanjutkan program mekanisasi pertanian. Untuk tahun 2019, Kementan akan mengalokasikan Aalsintan sebanyak 40.390 unit.
Alsintan tersebut berupa traktor roda dua sebanyak 13.911 unit, traktor roda empat 200 unit, pompa air 19.279 unit, rice transplanter 2.000 unit, cultivator 4.970 unit, dan excavator 30 unit.
Untuk Kabupaten Tuban, tahun ini mendapat bantuan pompa 4 (diameter 15), pompa 6 (diameter 16), traktor roda 4 sejumlah 5 buah, traktor roda 2 sebanyak 19 dan cultivator 5.
Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), Sholahuddin mengatakan, produksi jagung bulan Februari-Maret bisa mencapai target yang ditetapkan pemerintah. Terlebih panen di tahun ini mencakup lahan yang luas.
Dengan luas areal yang ada di Jawa Timur, maka hasil produksi dapat memenuhi kebutuhan jagung, khususnya di Jawa Timur. “ Mestinya kebutuhan industri pakan ternak di Jatim dapat dipenuhi oleh produksi yang ada,” tegasnya.
Bupati Tuban, Fathul Huda menegaskan, program dan bantuan Kementan memberi dampak positif terhadap tanaman jagung di Tuban. Realisasi luas tanam jagung 2018 di Tuban mencapai 113.290 ha dari target hanya 109 ha, sehingga produksi jagung di Tuban saat ini sangat melimpah.
“Ini keberhasilan luar biasa. Selama empat tahun terakhir ini perhatian pemerintah cukup besar, sehingga kami wajib pertahankan Tuban sebagai nomor satu penghasil jagung,” tegas Fathul.
Wantono (47), salah seorang Penyuluh Pertanian sekaligus petani jagung, Grabakan, Tuban meminta pemerintah daerah maupun pusat agar tidak mengadakan impor jagung. “Jika ada impor, petani kecil atau gurem sangat merasakan dampak negatifnya. Kemudian, pihak-pihak yang inginkan impor jagung, silakan berhubungan dengan pemerintah daerah, khususnya Tuban untuk menanyakan stok jagung,” ungkapnya.
Menurut dia, pada musim panen saat ini, di Kabupaten Tuban stok jagung tersedia dengan cukup. “Silakan datang ke sini (Tuban, Red.), dari pada impor. Kalau impor, biaya angkutnya mahal dan menyengsarakan petani. Impor masuk, harga jagung hancur, petani rugi,” tegasnya. PSP