MT-II Butuh Pupuk Subsidi 4,43 Juta Ton

Produksi padi nasional mulai memasuki musim tanam (MT) kedua April-September (Asep) dengan luas tanam seluas 5,16 juta hektare (ha). Namun, kebutuhan pupuk bersubsidi terus disiasati pemerintah untuk mencukupi, mengingat anggaran subsidi pupuk terus menurun. Salah satu kemungkinannya mengurangi luasan sawah penerima subsidi pupuk maksimal 1 ha atau hanya fokus pada subsidi pupuk urea dan NPK.

Terus menurunnya anggaran subsidi pupuk memang cukup merepotkan Kementerian Pertanian (Kementan), mengingat kebutuhan pupuk di lapangan sebetulnya juga belum mencukupi. Padahal, berdasarkan hasil kajian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), Badan Litbang Pertanian, penggunaan pupuk urea, SP-36 dan NPK berpengaruh positif terhadap produktivitas dengan nilai elastisitas 0,026. Jadi, jika penggunaan pupuk meningkat 10%, maka produksi akan meningkat sebesar 0,26%.

Sejauh ini, usulan alokasi pupuk Kementan tidak sampai separuhnya yang disetujui pemerintah. Tahun 2021 ini, dari usulan subsidi pupuk 23,2 juta ton, pemerintah hanya menyetujui 9,04 juta ton. “Memang kebutuhan pupuk yang dialokasikan 2021 hanya 45%. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan dan kelangkaan pupuk, harap maklum,” ujar Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy.

Itu sebabnya, Kementan berusaha keras agar kebutuhan pupuk bersubsidi di lapangan bisa tetap terlayani. Apalagi, tahun 2022 juga ada rencana mengubah mekanisme subsidi pupuk, di mana penerima harus mempunyai Kartu Tani, penyaluranya pun by name by address serta sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok elektronik (e-RDKK). Subsidi juga diprioritaskan kepada petani miskin dan lahan penerima maksimum 2 ha.

Kementan sendiri telah mengusulkan tiga skema perbaikan distribusi pupuk bersubsidi kepada Komisi IV DPR. Pertama, pupuk subsidi hanya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan komoditas tertentu, seperti padi, jagung, dan kedelai. Kedua, pupuk subsidi akan difokuskan pada pupuk urea, NPK atau dengan pupuk organik. Ketiga, pupuk subsidi dibatasi luasannya hanya di lahan 1 ha. “Kalau sekarang kan alokasi pupuk 9 juta ton untuk luasan maksimum 2 ha. Nah, kalau batasan luasan dikurangi menjadi 1 ha, maka bisa mencakup dua kali lipat,” kata Sarwo.

Sejauh ini, realisasi penggunaan pupuk bersubsidi tahun 2021 sampai Maret sudah terealisasi 1,9 juta ton atau 21,05%. Sementara untuk musim tanam kedua pada April-September (Asep), luas penanaman padi sekitar 5,16 juta ha dengan kebutuhan pupuk subsidi 4,43 juta ton. Alokasi pupuk bersubsidi tersebut terdiri dari urea sebanyak 1,75 juta ton, SP-36 (269.000 ton), ZA (329.000 ton), NPK (1,12 juta ton), NPK formula (7.000 ton) dan organik granul (320.000 ton).

Dirjen Tanaman Pangan, Kementan, Suwandi mengatakan, tanaman padi pada musim tanam kedua akan dipanen mulai Juli-Desember 2021. Dengan luas tanam 5,16 juta ha, kebutuhan benih mencapai 258.000 ton atau 117% di atas kebutuhan. Sementara dari luas panen Januari-Mei 2021, kata Suwandi, berdasarkan angka potensi dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 5,37 juta ha dengan produksi sebanyak 27,73 juta ton gabah kering giling (GKG). “Artinya, selama musim tanam periode Januari-Mei tersebut ada potensi surplus padi sebanyak 3,66 juta ton GKG,” kata Suwandi. AI