Produktivitas pertanian di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dikenal sangat tinggi. Namun, Kementerian Pertanian (Kementan) masih mencoba untuk terus meningkatkan produktivitas tersebut dengan melakukan optimasi lahan rawa.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, pihaknya berharap setiap daerah, dari tingkat kecamatan hingga provinsi, dapat memiliki lumbung pangan. Hal itu sekaligus menjaga ketersediaan pangan dari tingkat terendah.
“Lumbung pangan bisa dilakukan jika produktivitas tinggi. Untuk itu, Kementan mencoba meningkatkan produktivitas dengan melakukan optimasi lahan, salah satunya dengan memanfaatkan lahan rawa,” katanya, Kamis (18/06/2020).
Dia menyebutkan, optimasi lahan (Opla) merupakan salah satu upaya Kementan untuk terus mempertahankan produksi pangan, sehingga tidak terjadi krisis pangan jika terjadi kemarau.
Tahun 2020 ini Kementan akan melakukan Opla rawa seluas 50.000 hektare (ha) di 14 provinsi. Upaya ini dilakukan untuk menjadi lahan pertanian produktif dan meningkatkan produksi pangan,
Opla rawa menjadi salah satu cara untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia, terutama dengan terus meningkatnya konsumsi masyarakat. Menurut Syahrul, lahan rawa yang dioptimalkan tersebut akan menjadi lahan pertanian produktif melalui penataan sistem air dan lahan.
“Sepanjang tahun, sebagian lahan rawa tergenang air. Program optimasi lahan rawa harus bisa membantu mengatasinya dengan manajemen tata air,” kata Mentan.
Pusat Data Daerah Rawa dan Pasang Surut mencatat, Indonesia memiliki potensi lahan rawa 33,4 juta ha yang terdiri dari lahan pasang surut 20,1 juta ha dan rawa lebak 13,3 juta ha.
Dari jumlah tersebut, seluas 9,3 juta ha diperkirakan sesuai untuk budidaya pertanian. Lahan pasang surut itu berada di beberapa provinsi antara lain, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi, Lampung dan Sulawesi Selatan. Lahan ini yang dioptimalkan, sehingga dapat menambah produksi pangan nasional.
Meningkatkan IP
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan, Opla rawa di Sulawesi Selatan telah dilaksanakan, begitu juga dengan provinsi lainnya. Sasaran dari kegiatan optimasi lahan rawa ini adalah kelompok tani atau gapoktan padi sawah yang di lahan rawa pasang surut maupun rawa lebak yang berada dalam hamparan atau satu blok tersier.
Kegiatan ini bertujuan dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP), meningkatkan produktivitas serta partisipasi petani yang tergabung dalam poktan/Gapoktan maupun P3A/GP3A dalam pengelolaan lahan rawa.
“Salah satunya di Desa Siparappe, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang. Kegiatan optimasi lahan dilakukan Gapoktan Sipaenre yang mendapatkan bantuan kegiatan tahun 2019 dengan target luas sekitar 420 ha,” terang Sarwo Edhy.
Dia menjelaskan, pada areal konstruksi optimasi lahan rawa di daerah ini telah dilakukan normalisasi saluran sepanjang 7.490 meter. Selain itu, pada kegiatan ini telah dibuat saluran konektivitas sepanjang 1.200 meter, 14 meter tanggul serta 6 rumah pompa untuk 6 unit pompa.
Kegiatan Opla juga dilakukan di Desa Mattunru-tunrue, Kecamatan Cempa. Kegiatan yang dilakukan Gapoktan Mattunru-tunrue memiliki target luas sekitar 258 ha.
“Sejumlah perbaikan infrastruktur, juga prasarana dan sarana kita lakukan, di antaranya konstruksi perbaikan saluran irigasi tersier 895 meter, serta normalisasi saluran 6.122 meter,“ jelasnya.
Dalam kegiatan Opla rawa, selain ada perbaikan infrastruktur seperti rehabilitasi irigasi pada saluran tersier di lahan rawa, juga dilakukan pengolahan lahan siap tanam, serta diberikan bantuan saprodi seperti Benih, Herbisida, Dolomit Pupuk Hayati dan Pupuk NPK untuk percepatan tanam dan bantuan Alsintan.
Rencananya, pada lahan seluas 258 ha itu akan ditanami padi dengan varietas Inpari-42. “Kita berharap kegiatan ini mendukung produktivitas dan membuat ketersediaan pangan terpenuhi,” tegasnya.
Opla Rawa di Lampung
Sementara program Opla rawa yang dilakukan di Provinsi Lampung seperti di Kabupaten Tulang Bawang, Mesuji, Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, terbukti memberikan banyak manfaat bagi petani dalam meningkatkan produksi pangan.
Sarwo Edhy mengatakan, salah satu daerah yang merasakan dampak positif dari Opla adalah Kabupaten Tulang Bawang. Lahan petani tidak lagi kena banjir dan produksi pangan meningkat.
“Selain itu, jaringan irigasi, tanggul dan pintu air berfungsi lebih baik, sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Dengan upaya ini kita berharap produksi meningkat dan kesejahteraan petani membaik,” tegasnya.
Sarwo Edhy menjelaskan, Oplah pertanian di rawa menjadi lahan pertanian produktif bisa dilakukan melalui penataan sistem tata air. Salah satu komponen kegiatan fisik optimalisasi rawa adalah perbaikan infrastruktur lahan dan air, di antaranya yaitu pembuatan/rehabilitasi saluran, pintu-pintu air, tanggul, serta penyiapan dan pengolahan lahan.
Kegiatan konstruksi telah dilaksanakan Poktan Jaya Santosa di Kecamatan Meraksa Aji, Kabupaten Tulang Bawang. Kegiatan Opla ini di antaranya memperbaiki saluran kwarter sepanjang 1.550 meter, perbaikan tanggul 1.200 meter, pembangunan 32 unit gorong-gorong dan 1 jembatan pada lahan seluas 120 ha.
Sementara Gapoktan Rawa Indah Desa Bidarow Indah, Kecamatan Menggala Timur telah melaksanakan perbaikan saluran tersier sepanjang 4.900 meter, pembangunan tanggul 2.170 meter dan 4 unit gorong2 untuk lahan seluas 180 ha.
Pertanaman awal dan setelah kegiatan Opla rawa di Kabupaten Tulang Bawang pada MT I seluas 8.065 ha. Provitas awal pada MT I sebesar 2,8 ton/ha GKP, sedangkan provitas setelah Optimasi Lahan Rawa menjadi 4,6 ton/ha GKP.
Dampak dari adanya kegiatan Opla rawa yang dibangun pada tahun 2019 yang dirasakan oleh petani di Kabupaten Tulang Bawang di antaranya adalah tidak lagi terkena banjir. Jika ada daerah yang terkena banjir pun tidak butuh waktu lama untuk surut kembali.
“Hasilnya, produksi meningkat, jaringan irigasi, tanggul dan pintu air berfungsi lebih baik. Selain itu, jalan untuk usaha pertanian menjadi lebih baik sehingga dapat menurunkan biaya hingga meningkatkan pendapatan dan sebagainya,“ kata Sarwo Edhy.
Dia menyebutkan potensi lahan di Provinsi Lampung sangat luar biasa. Terdiri dari lahan sawah, lahan pertanian bukan sawah, dan lahan bukan pertanian. Berdasarkan data BPN 2019, luas lahan sawah di Provinsi Lampung seluas 361.699 ha.
Provinsi Lampung memiliki 86.000 ha lahan rawa yang berpotensi untuk pertanian. Lahan rawa ini terdiri dari rawa pasang surut dan rawa lebak.
Pada tahun 2019, Provinsi Lampung menyediakan lahan rawa seluas 25.000 ha yang dipersiapkan menjadi lahan pertanian. Komoditas yang banyak diusahakan pada ekosistem adalah padi. Potensi yang besar ini diharapkan dapat memenuhi ambang baku lahan pertanian untuk produksi pangan nasional. Target kegiatan Opla rawa di Provinsi Lampung pada tahun 2019 seluas 25.604 ha, yang terdiri dari Tulang Bawang sebesar 8.065 ha, Mesuji 7.020 ha, Lampung Tengah 5.845 ha, Lampung Timur 2.159 ha, dan Lampung Selatan 2.515 ha. PSP