Pacu Daya Saing Industri Furnitur, Ini Strategi HIMKI dan Kemenperin

Pemerintah terus berusaha untuk menciptakan iklim berusaha yang kondusif bagi pelaku industri furnitur, antara lain melalui pemberian fasilitas insentif perpajakan berupa tax allowance, serta kemudahan prosedur ekspor dan impor.
“Kami telah dan sedang melaksanakan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Pengolahan Kayu, berupa pemberian reimburse penggantian sebagian pembelian mesin/peralatan sesuai kriteria,” kata Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika saat membacakan sambutan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Rakernas HIMKI 2024 di Jakarta, Jumat (16/02/2024).
Selain itu, ungkap Putu, Kemenperin juga melaksanakan program pengembangan konsep desain furnitur, di mana bentuknya adalah workshop kolaborasi antara desainer furnitur dengan pelaku industri. Kemudian peningkatan kualitas produk juga didukung dengan penerapan SNI dan SKKNI.
“Semua program pemerintah tersebut kami intensifkan sebagai wujud keberpihakan pemerintah agar industri dalam negeri dapat berdaulat, maju, dan berdaya saing,” ujar Putu.
Ketua Umum HImpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menekannya pentingnya meningkatkan daya saing industri mebel dan kerajinan nasional ditengah ketatnya persaingan di pasar internasional..
“Saat ini Vietnam tetap perkasa untuk industri ini, begitu pun Malaysia, di sisi lain ekspor China mengalami penurunan. Namun kalau kita cermati secara mendalam, justru China lah yang sangat perkasa,” ujarnya.
Memang, data menunjukan China mengalami penurunan dari 85 miliar dolar AS ke 70 miliar dollar AS, turun 15 miliar dollar AS. Tetapi China ini pintar, China merelokasi industri mebelnya ke Vietnam, sehingga Vietnam lah yang mengekspor. Lebih dari 600 perusahaan China melakukan relokasi ke Vietnam.
“Jadi kalau kita lihat sekarang, pertumbuhan China yang sangat signifikan, sesungguhnya adalah pertumbuhan Vietnam yang dimana di dalamnya adalah China,” papar Sobur.
Menurutnya, China memilih Vietnam karena mereka berbatasan daratan langsung. Yang terjadi di Malaysia pun juga sama seperti Vietnam dimana China mendekati Malaysia dengan relokasi industri, walaupun tidak semasif Vietnam tentunya.
Tetapi, paparnya, penggunaan teknologi canggih yang dipakai oleh China dan otomatis dipakai di Vietnam, sekarang juga dipakai di Malaysia.
“Untuk itu, HIMKI meminta Kementerian Perindustrian untuk mendorong subsidi pada peremajaan teknologi. Permajaan itu artinya kita bawa ke arah teknologi yang canggih. Supaya ada produktivitas dan standarisasi. Inilah yang harus kita lakukan. Produktivitas kita harus didorong dengan teknologi canggih,” jelasnya.
Sobur mengakui menarik investasi China masuk ke sini bukanlah hal yang mudah selama Vietnam dan Malaysia belum penuh. Hal ini tentu karena adanya kendala secara geografis.
“Tujuan ekspor mereka ke daratan itu lebih mudah. Kalau dari sini kan laut, berapa lama? Costnya lebih tinggi. Begitu penuh di sana, mungkin mereka akan masuk ke Laos terlebih dulu atau ke tempat lain yang berbatasan langsung,” sebut Sobur.
Walaupun begitu, HIMKI tetap optimis dengan industri ini akan mengalami pertumbuhan. “Kita memiliki pameran IFEX. Kita mobilisasi buyer masuk dari pasar non-tradisional seperti India, Middle East kita tarik ke sini,” ucapnya.
Maskur Zaenuri, Sekretaris Jenderal HIMKI mengungkapkan dari berbagai pemaparan yang muncul di Rakernas ini, ada satu benang merah kesimpulan, meskipun kondisi perekonomian dunia belum pulih akibat kondisi geopolitik, ternyata permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan masih terus tumbuh dengan pemasok utama China yang saat ini memimpin sebagai eksportir terbesar produk mebeldunia.
Dijelaskan, meskipun ekspor mebel dan kerajinan mengalami penurunan, HIMKI berharap penyelenggaraan pameran IFEX yang akan digelar pada akhir Februari sampai awal Maret 2024 bisa menahan laju penurunan ekspor. Oleh karena itu, dalam konteks upaya ini, peran IFEX sangatlah penting.
“Peluang pasar global terhadap produk mebel dan kerajinan masih terbuka yang disebabkan oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional,” katanya.
Rapat Kerja Nasional Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Tahun 2024 (Rakernas HIMKI 2024) berlangsung pada Jumat-Sabtu, 16-17 Februari 2024 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta dengan tema “Pentingnya Meningkatkan Daya Saing Industri Mebel dan Kerajinan Sebagai Kebijakan Prioritas untuk Mendukung Tercapainya Target Ekspor 5 Miliar Dolar AS”. Buyung