Target dunia menjaga kenaikan suhu di bawah 20 Celcius dinilai akan gagal karena kebutuhan minyak dan gas bumi (migas) diproyeksi masih akan lebih dari separuh (54%) kebutuhan energi dunia pada tahun 2050.
Proyeksi itu dikemukakan raksasa migas, Exxon Mobil Corp. dalam energy outlook yang diterbitkan Senin (28/8). Perusahaan migas terbesar AS ini memperkirakan emisi dunia akan mencapai 25 miliar ton yang disebabkan penggunaan energi pada tahun 2050.
Angka itu artinya lebih dari dua kali lipat target 11 miliar ton yang diperlukan agar suhu tetap di lebih rendah dari skenario 20C seperti yang dikatakan oleh Panel Antarpemerintah PBB mengenai Perubahan Iklim (IPCC).
“Transisi energi memang sedang berjalan, tapi masih belum terjadi pada skala atau jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ambisi net-zero masyarakat,” kata Exxon seperti dikutip Reuters.
Exxon sendiri menghasilkan kurang dari 3% kebutuhan harian minyak mentah global, dan pada Mei lalu para pemagang sahamnya secara mayoritas menolak tuntutan agar perusahaan mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk memitigasi perubahan iklim.
Badan Energi Internasional (IEA) telah menyatakan sejak tahun 2021 bahwa sumberdaya yang lebih besar harus diarahkan untuk teknologi energi bersih guna membawa dunia pada jalurnya untuk mencapai target net-zero emisi pada 2050.
Sayangnya, hanya dua dari 55 teknologi — yang dibutuhkan untuk mencapai emisi net-zero — “berada pada jalurnya”, kata Exxon mengutip IEA. Emisi hanya akan menurun 25% pada tahun 2050 ketika opsi emisi yang lebih rendah berkembang, yang masih di bawah keinginan skenario.
Secara keseluruhan, Exxon memproyeksikan emisi CO2 terkait penggunaan energi akan memuncak di angka lebih dari 34 miliar ton pada dasawarsa ini karena pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi, dan setelah itu akan menurun menjadi 25 miliar ton pada tahun 2050.
Exxon sendiri telah membenamkan modal sebesar 17 miliar dolar AS pada tekologi rendah emisi karbon selama enam tahun sampai tahun 2027, misalnya untuk teknologi penangkapan dan penyerapan karbon (CCS) dan hydrogen. Raksasa minyak ini menyatakan bahwa kedua teknologi tersebut, yang saat ini tidak komersial, memberikan potensi yang signifikan untuk sektor-sektor yang sulit melakukan dekarbonisasi dalam skenario di bawah 20C IPCC.
Sebagian besar modal yang ditanam Exxon ditujukan untuk mengurangi emisi karbon dari lapangan usaha mereka sendiri serta pihak ketiga. Tidak seperti bisnis sejenis di Eropa, Exxon tetap tidak memanfaatkan sumberdaya energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya. Padahal, pembangkit listrik tenaga angin dan surya diperkirakan memberikan 11% kebutuhan energi dunia pada tahun 2050, atau lima kali lipat dari angka kontribusi saat ini. AI