Perlu Percepatan Restorasi Ekosistem, Perkuat Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Webinar Nasional – Belantara Learning Series Episode 4 (#BLSEPS4), Kamis 4 Agustus 2022

Ekosistem yang sehat berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan menjadi kunci konservasi keanekaragaman hayati yang terancam punah seperti harimau, gajah dan orangutan.

Oleh sebab itu upaya restorasi ekosistem harus mendapat dukungan semua pihak.

Demikian terungkap saat Webinar Nasional – Belantara Learning Series Episode 4 (#BLSEPS4), Kamis 4 Agustus 2022 yang juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube Belantara Foundation.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Belantara Foundation bekerjasama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, LPPM Universitas Pakuan, Fakultas Biologi Universitas Nasional, LPPM Universitas Nasional, Rainforest Rising dan PT REKI.

“Seperti kita ketahui, saat ini harimau sumatra, gajah sumatra dan orangutan statusnya kritis atau sangat terancam punah (critically endangered) menurut IUCN. Merestorasi habitat mereka merupakan salah satu langkah tepat dan mendesak untuk dilakukan secara bersama guna membantu menekan laju kepunahan keanekaragaman hayati, terutama ketiga spesies kharismatik yang juga dilindungi oleh Pemerintah Indonesia,” ujar Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna

Pada kesempatan itu Rektor Universitas Pakuan, Prof. Didik Notosudjono mengingatkan pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan konservasi dan restorasi sangat dibutuhkan.

“Teknologi dapat membantu dalam melindungi serta mengamankan plasma nutfah dan material genetik satwa liar yang berstatus terancam kritis dari kepunahan,” kata Didik.

Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Prof Hadi Sukadi Alikodra menjelaskan ancaman perubahan iklim semakin nyata terhadap lingkungan hidup satwa liar, terutama terjadinya kekeringan, kebakaran hutan dan lahan menyebabkan berkurangnya sumber air, tempat berkubang, sumber pakan, kematian pohon tidur, sarang, dan istirahat.

“Diperlukan percepatan restorasi habitat dengan spesies lokal yang tahan kekeringan dan tahan api, serta teknik konservasi tanah dan air dengan teknologi pengaturan aliran air, dam, dan embung”.

PBB melalui UN Decade Ecosystem Restoration 2021-2030 telah menyerukan upaya perlindungan dan pelestarian ekosistem di seluruh dunia.

Seruan ini bertujuan untuk menghentikan laju degradasi ekosistem dan memulihkannya untuk mencapai tujuan global.

Menurut UN Decade Ecosystem Restoration 2021-2030, upaya restorasi seluas 350 juta hektare ekosistem darat dan perairan yang terdegradasi berpotensi dapat menghasilkan 9 triliun dolar AS dalam bentuk jasa ekosistem.

Selain itu, restorasi ekosistem juga dapat menghilangkan 13 hingga 26 gigaton gas rumah kaca dari atmosfer.

Di Indonesia, restorasi ekosistem berpotensi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 52,92 juta ton karbon ekuivalen, yang meliputi restorasi ekosistem lahan kering, gambut, dan mangrove. *** Sugiharto